Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.2M 1.7M 56.8K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 24

476K 23.5K 567
By Reiinah76

Malam itu Dera baru pulang dari rumah Anandya pukul 8 malam. Dia menghabiskan banyak sekali waktu bersama Anandya, bahkan dia lupa kalau Pak Matro masih menunggu panggilannya untuk menjemput Dera di rumah Anandya. Dan pada akhirnya, Dera memanggil Pak Mator untuk menjemputnya malam sekali melebihi eskpetasinya.

"Makasih Pak, maaf kemalaman," kata Dera. Perempuan itu keluar dari dalam mobil dan langsung berterimakasih kepada Pak Matro.

"Tidak apa, Nyonya, sudah tugas saya."

Sekali lagi Dera berterima kasih lalu dia segera melangkah masuk ke dalam mansion besar itu. Mobil Gerald sudah terparkir rapi di garasi, berarti laki laki itu sudah pulang dari kerjanya.

Dera membuka pintu dengan sidik jarinya yang sudah Gerald daftarkan kepada sistem sekuriti rumah. Lampu berukuran mikro di gagang itu berubah menjadi warna hijau lalu terdengar suara kunci terbuka. Aroma masakan langsung menyambut indra penciuman Dera saat dia masuk ke dalam rumah iitu. Ini sudah jam setengah 9 malam, siapa yang makan selarut ini?

Dera melangkah masuk menemui pelayan yang tadi pagi berbicara padanya, siapa namanya? Oh iya, Lastri.

"Nyonya baru pulang? Sore tadi Tuan Gerald pulang langsung mencari Nyonya lho," katanya sambil tersenyum jahil, lagi.

Dera tersenyum gemas melihat perempuan itu. Tadi pagi dia dengar dari Bi Sati, katanya Lastri adalah anak dari salah satu pelayan tua disini, namun ayahnya jatuh sakit dan terpaksa ibunya harus merawat suaminya di rumah. Tapi berhubung bekerja di rumah Gerald adalah satu satunya sumber penghasilan mereka, jadi sebagai gantinya Lastri lah yang melakukan pekerjaan ibunya.

Kata Bi Sati dia adalah anak yang rapih, suka hal hal lucu, dan hobinya adalah mengusili orang lain. Tidak terkecuali majikannya. Serumah ini hanya Gerald yang belum pernah dikerjai oleh Lastri. Bahkan Bi Sati pernah dijahili juga, dia menaruh mainan serangga di dalam lemari perempuan paruh baya itu. Bi Sati paling benci dengan binatang yang merayap, dan saat melihat mainan itu, Bi Sati langsung berteriak dengan kencang dan mengobrak abrik lemarinya menggunakan sapu yang sedang digenggamnya hinga seluruh isi lemari itu hancur lebur.

Lastri tertawa cekikikan saat melihat itu di balik pintu bersembunyi.

Walaupun begitu Bi Sati berkata bahwa sesudahnya Lastri datang ke kamar Bi Sati untuk meminta maaf. Dan dalam sekejap naluri keibuan Bi Sati muncul sehingga dia tidak bisa marah kepadanya, sebaliknya dia hanya menegur pelan lalu memaafkan Lastri secepat kilat. Bi Sati tidak mungkin bisa memarahi seorang anak kecil, apalagi hanya berumur 16 tahun. Bahkan lebih muda dari Dera.

Dera masih saja terkekeh geli setiap mengingat cerita Bi Sati.

"Temani suaminya atuh, Nyonya," katanya sambil menepuk bahu Dera pelan. Dera baru tahu kalau Lastri berasal dari Sunda.

"Dimana Gerald sekarang?"

"Lagi makan sendirian seperti seorang jomblo di ruang makan. Miris, Nyonya, padahal kan enggeus boga pamajikan oge (Sudah memiliki istri juga)," katanya. "Datangi Tuan Gerald, Nyonya, sekalian disuapi makanannya dengan roamntis manis masin gitchu."

"Astaga, iya iya aku mengerti," kata Dera terkekeh pelan.

"Sip, Nyonya," katanya. "Lastri tidak mau menggangu waktu Nyonya bersama Tuan Gerald, Lastri pamit dulu ya.." Tidak bisa dipungkiri kalau sampai sekarang Dera masih tidak nyaman dengan sebutan Nyonya yang mulai ditujukan kepadanya. Berkali kali dia ingin protes, namun dia takut hal itu membuat orang mulai curiga dengan pernikahan palsu mereka. Jadi rasa tidak nyaman itu Dera pendam sendiri, sedikit bersyukur karena ada Bi Sati yang masih mau memanggilnya dengan nama asli Dera.

Dera menghela nafasnya panjang. Perempuan itu mulai melangkah masuk ke dalam ruang makan dan mendapatkan Gerald yang sedang menyantap makan malamnya di sana.

"Kau baru makan selarut ini?" tanya Dera duduk di kursi samping Gerald.

"Aku baru pulang," kata Gerald datar. "Aku tidak sadar kau masuk ke dalam ruang makan."

"Itu karena langkahku sangat pelan," kata Dera. "Bukankah kau bisa makan di kantor? Kalau kau membiarkan dirimu sering telat makan kau akan memunculkan dampak buruk kepada tubuhmu, misalnya terjangkit penyakit maag, gangguan pencernaan, atau-"

"Iya aku mengerti, cerewet," kata Gerald sambil mengacak rambut Dera lembut. Jantung Dera berdetak dua kali lipat lebih cepat merasakan sentuhan hangat tanga Gerald. Tanpa berkata apapun Gerald kembali makan sambil sesekali melihat ipadnya mengecek apakah ada email yang masuk. Gerald membawa sibuknya sampai ke rumah, Dera menggeleng pelan.

Dera mencoba untuk mengalihkan perhatian dari dadanya yang bergemuruh gila. Dia mengeluarkan handphone hanya mengingat bahwa baterainya habis tadi di rumah Anandya. Lalu sekarang apa yang bisa kugunakan untuk mengalihkan perhatian ini!?

Sebagaimanapun dia mencoba, matanya selalu kembali kepada sosok Gerald yang sedang sibuk makan. Dera memperhatikan wajah laki laki itu. Rahangnya sangat tajam dan tegas berlangsung hingga dagunya yang lancip. Hidungnya mancung dan bibir tipisnya terlihat mengkilap karena minyak yang menempel di sana.

Bibir yang pernah menyentuh bibirnya juga.

Wajah Dera kembali memerah.

"Sudah puas memandangiku?" tanyanya menggoda Dera yang terpergok menatapnya secara terang terangan. Sekarang sudah dipastikan muka Dera sudah semerah kepiting rebus.

"A-aku tida-"

"Tidak perlu menyangkal, aku tahu kau sedari tadi menatapiku," kata Gerald. "Apa yang sebenarnya kau lihat, hmm? Kau baru sadar suamimu sebegitu menarik?"

"T-tidak, siapa juga. Jangan salah paham," kata Dera. Dia sangat malu! Bukan hanya ketahuan memandangi Gerald, dia bahkan ketahuan sedang mengagumi penampilan laki laki itu. Kalian tidak akan tahu betapa malunya Dera sekarang.

Gerald beranjak berdiri dari kursinya.

"Kau tidak pandai berbohong," bisik sebuah suara tepat di samping telinganya. Dera hampir terlonjak kaget saat sadar Gerald sudah berpindah tempat ke belakangnya dengan dua tangan melingkar di leher perempuan itu. "Akuilah, kau tertarik padaku, bukan?"

Mulut Dera tidak bisa berkata kata, lebih tepatnya dia terlalu sibuk menahan debaran jantungnya hingga dia tidak memiliki waktu untuk merangkai kalimat di dalam benaknya.

"Bahkan kau tidak bisa menjawab pertanyaanku," katanya dengan suara serak. Oh, Tuhan!

Gerald mengubur kepalanya di leher Dera lalu menciumnya di sana membuat Dera terkesiap kaget. Dera menutup mulutnya rapat rapat, mencoba menahan suara suara aneh dari ujung tenggorokannya yang mengancam kelaur dari pita suaranya.

Tiba tiba Dera merasakan rasa merenyit di bagian lehernya. Gerald menggigit pelan kulitnya lalu menghisapnya kuat membuat Dera berjengkit pelan dari kursinya.

"G-gerald!"

Tidak lama Gerald melepas rengkuhannya lalu kembali ke kursinya seperti tidak terjadi apa apa. Sedangkan Dera terduduk di kursinya sambil memegang lehernya dan menenangkan nafasnya.

"Apa yang kau lakukan?!" tanya Dera.

"Coba lihat dirimu di kaca," katanya pelan. Gerald menyondorkan kepada Dera ponsel miliknya dan Dera membuka aplikasi kamera selfie diponsel itu untuk berkaca. Betapa terkejutnya Dera melihat sesuatu terjiplak jelas di leher jenjangnya.

Terlihat sebuah tanda di sana, berwarna merah, bekas bibir Gerald. CUPANG!? DIA MELETAKAN SEBUAH KISSMARK DI LEHERKU!?

Muka Dera memerah padam membuat Gerald tertawa puas karenanya.

"Untuk apa ini?" tanya Dera. "Ini pasti susah dihilangkan. Orang orang akan berpikir yang aneh aneh ketika melihat ini."

"Biarkan saja mereka berpikir sesuka mereka," kata Gerald terdengar tidak peduli.

"Tapi-"

"Kau milikku. Ingat itu, dan tanda di lehermu hanyalah buktinya," kata Gerald tajam. Dera berdiam tidak membalas. "Jangan kau berani berani mencoba menghapusnya, atau aku akan membuatkanmu lebih banyak dari itu. Lagipula, mengapa aku harus peduli dengan pikiran orang lian? Kita sudah berstatus suami istri bila kau lupa."

Dera duduk diam di kursinya sambil meredam perasaan aneh di dalam hatinya.

"Dera," panggil Gerald.

Dera mendongak.

"Aku akan menghadiri sebuah pesta dari Verio play station, sebuah perusahaan mainan teman kerjaku. Acara ini dibuat dalam rangka ulang tahun perusahaannya yang ke 22 tahun. Aku ingin kau datang bersamaku, acaranya masih seminggu lagi. Jadi jangan buat acara apapun Sabtu depan."

Dera mengangguk pelan.

"Baiklah."

---

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam saat akhirnya Dera melangkah masuk ke dalam kamarnya. Perempuan itu langsung menaruh barangnya diatas karpet, lalu masuk ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya yang terasa sangat lengket.

Dia tahu ini sudah larut malam dan tidak baik jika mandi begitu larut, namun sekarang dia membutuhkannya. Pikirannya terus mengulang pikiran pikiran negatif dan perasaaannya bergemuruh tidak tenang. Ada apa denganku?

Air hangat mengguyur kulit Dera, membuat tubuhnya terasa sangat rileks.

Suara setiap tetesan air yang jatuh membasahi lantai membuat Dera menenang sedikit.

Perempaun itu tidak berani mandi terlalu lama, dia tidak ingin terkena paru paru basah karenanya. Dengan segera dia keluar dari kamar mandi untuk mengeringkan tubuhnya dan menggunakan seluruh pakaiannya.

Dera menghampiri kasurnya lalu merebahkan tubuhnya yang lelah di atasnya. Jemari Dera perlahan naik menuju lehernya dimana tadi Gerald menaruh bekas disana.

Dia menghela nafas panjang.

Mengapa perasaanku tidak tenang seperti ini?

.

Follow me on instagram

Nnareina

Kok ngebaca ulangnya geli lagi ya? wkwkkwkw

Jangan lupa vote dan komen yang banyak yaaa, thank youuu.

Love you all!!

Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 90.1K 88
Bella Clores seorang model cantik yang digandrungi para lelaki namun memiliki kepribadian yang dingin. Sudah banyak pria yang mengajaknya berkencan b...
767K 3.3K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
1.4M 114K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
1.2M 44.8K 42
Revisi (beberapa chapter di privat secara random) Follow-refresh-kebuka. Kalo belum bisa Hapus dari libray-masukin lagi-refreh Kalo belum bisa Logout...