HUJAN: Sebait Kenangan Kusam

By Wahyudiekwa

181K 10.5K 583

Meraih peringkat 20 Besar di kategori puisi, 2018. - Pada tetesan air itu, tercipta sebuah rasa yang memecah... More

- Peron Selamat Tinggal
- Hanya Dirimu
- Mawar
- Adalah Kau yang Harus Menjalani
- Kamu dan Kanopi Pohon
- Perihal Kehilangan
- Pasir
- Takut
- Memori
- Hujan: Sebait Kenangan Kusam
- Kau
- Hati
- Arti Dari Melepaskan
- Sebuah Catatan
- Andai
- Sebuah Awal yang Baru
- Untuk Pembaca
- Apakah Kau Akan Tetap Sama?
- Aku dan Diriku
- Manusia Paling Cantik
- Alkisah
- Seorang Pria
- Dari Rasa Kecewa
- Paling Baik
- Hujan di Hari Sabtu
- Kisah Penuh Debu
- Asa dan Air Mata
- Adalah Aku
- Masa yang Jenuh
- Lelah
- Aliran Perasaan
Mati
Dirimu yang Lain.
Ikhlas
Kangean
Pergi
Kedai Kopi
Satu November
Kosong
Tengah Malam
Jatuh Cinta
Debaran Satu
Debaran Dua
Semesta
Sang Masa
Falaise d'Etretat
Arus
Malang
Ketika Saatnya
Waktu
Perihal Berubah
Assumption(s)
Lepaskan
Pelukan
Cukup
Tinta
Ego dan Luka
Bicara dan Kata
Menjadi Dua Puluh
Doa
Aksara
Politik
Pamit
November
Cerita
Kopi dan Ragu
Tanya
Bayang
Kita dan Tiada
Moonlight
Pena
Bagaimana Jika?
Aku Ingin Pulang
Pesan Suara
Diri Sendiri
Mengenangmu
Doa dan Dia
Tak Apa
Firasat
Pilihan
Dancing
Peluk
Kala
Pinta
Bahagia
Melankolia
Hiraeth
Être
Saturn
Menjadi Dua Puluh Tiga

- Surat Dari Jauh

2.4K 131 5
By Wahyudiekwa

Selamat Pagi.

Bagaimana di sana? Masihkah kau sering keluar sendirian saat sore? Pakailah sweater rajut merahmu. Aku tau, kau tak betah akan dingin. Juga, jangan lupa hentikan kebiasaan meminum kopimu. Kau selalu terlihat gelisah.

Bersama surat ini telah ku kirimkan jaket dengan motif beruang coklat, sebagaimana yang pernah kau lakukan dulu. Bersama surat ini telah ku kirimkan bubuk Teh herbal, kau harus mengganti kopi itu dengan ini--aku tidak mau tau.

Kabarku tidak terlalu baik--kalau kau ingin tau.
Seperti biasa, setiap malam aku selalu menghabiskan berpuluh-puluh kertas untuk menuliskan rinduku, padamu--jangan tanya lagi.

Iringan melodi dari Roberta Flack selalu membuatku mengingatmu. Entah kali keberapa daftar lagu ini aku ulang-ulang. Yang jelas bersama irama yang membuai syaraf Vestibulokolear, kenangan-kenangan itu kembali begitu saja.
Tanpa izin, namun mendobrak sedemikian parah--pintu yang coba aku tutup rapat.

Aku tak bisa memejamkan mata,
Jujur saja aku ingin melarikan diri sejenak dari apa yang kusebut rindu ini. Aku ingin melupakanmu sejenak. Aku ingin istirahat sejenak.

Tapi--yah, sebagaimana yang bisa kau prediksi,
Usaha-usahaku untuk mengenyahkanmu dari segala macam bentuk ingatan berakhir dengan kegagalan yang sama. Berakhir dengan deretan alur yang sama ;

Mencoba menutup mata namun tak bisa--Menulis dengan air mata yang sama---lalu bermuara pada ingatan tentangmu. Selalu seperti itu.

Tentangmu dan tentang kita yang selama ini coba kujadikan abu, namun selalu menemui jalan buntu.
Padamu, ingin kujelaskan apa itu menunggu.
Padamu, ingin kujelaskan apa itu terbelenggu.
Sama seperti kopi yang sering kau teguk, yang pahit manisnya selalu tersaji dengan rapi di dalam cangkir.
Dan bagimu, aku hanyalah gula yang diaduk dalam gelas, yang lenyap tanpa sempat berucap. Dan bagiku, kaulah rasa pahit itu. Sulit dihilangkan, namun sakit untuk kusimpan.

Berbaik hatilah untuk diam sebentar. Biarkan aku menuangkan kekesalanku, rinduku, dan ingatan tentangmu pada aksara di atas kertas ini.
Berbaik hatilah untuk mengingatku sebentar.
Berbaik hatilah untuk kembali sebentar,
Karena aku merindukanmu

dan

bahumu.

----
Ekwa.

Continue Reading

You'll Also Like

608 44 23
sebelum tidur memang waktu yang tepat untuk bercerita, bercengkrama, dan mencurahkan rasa yang entah pada siapa.
8.1M 208K 148
Cover by: @silviye_ Bahkan rasa ini pernah ada untukmu, sebelum akhirnya waktu mampu menghapusnya. Bahkan jantung ini pernah berdetak hebat karena m...
280K 7.6K 25
Arsip
34M 878K 163
Hanya beberapa kata yang tersirat makna. 4 april 2016 Jangan lupa gunakan hashtag #refinamile jika akan di posting ke media sosial.