HUJAN: Sebait Kenangan Kusam

By Wahyudiekwa

181K 10.5K 583

Meraih peringkat 20 Besar di kategori puisi, 2018. - Pada tetesan air itu, tercipta sebuah rasa yang memecah... More

- Peron Selamat Tinggal
- Hanya Dirimu
- Mawar
- Adalah Kau yang Harus Menjalani
- Kamu dan Kanopi Pohon
- Perihal Kehilangan
- Pasir
- Takut
- Memori
- Hujan: Sebait Kenangan Kusam
- Kau
- Hati
- Arti Dari Melepaskan
- Sebuah Catatan
- Andai
- Sebuah Awal yang Baru
- Untuk Pembaca
- Aku dan Diriku
- Manusia Paling Cantik
- Alkisah
- Seorang Pria
- Dari Rasa Kecewa
- Paling Baik
- Hujan di Hari Sabtu
- Kisah Penuh Debu
- Surat Dari Jauh
- Asa dan Air Mata
- Adalah Aku
- Masa yang Jenuh
- Lelah
- Aliran Perasaan
Mati
Dirimu yang Lain.
Ikhlas
Kangean
Pergi
Kedai Kopi
Satu November
Kosong
Tengah Malam
Jatuh Cinta
Debaran Satu
Debaran Dua
Semesta
Sang Masa
Falaise d'Etretat
Arus
Malang
Ketika Saatnya
Waktu
Perihal Berubah
Assumption(s)
Lepaskan
Pelukan
Cukup
Tinta
Ego dan Luka
Bicara dan Kata
Menjadi Dua Puluh
Doa
Aksara
Politik
Pamit
November
Cerita
Kopi dan Ragu
Tanya
Bayang
Kita dan Tiada
Moonlight
Pena
Bagaimana Jika?
Aku Ingin Pulang
Pesan Suara
Diri Sendiri
Mengenangmu
Doa dan Dia
Tak Apa
Firasat
Pilihan
Dancing
Peluk
Kala
Pinta
Bahagia
Melankolia
Hiraeth
Être
Saturn
Menjadi Dua Puluh Tiga

- Apakah Kau Akan Tetap Sama?

3K 162 10
By Wahyudiekwa

"Aku lelah" Kataku padanya suatu saat.
Saat itu senja hendak berpamit pada laut yang yang tenang. Pendarnya terarsir dengan rapi. Jingga. Senja. Dua hal yang kusuka.
"Aku juga sama" balasnya.
"Aku hanya heran." Kataku melanjutkan. "Banyak manusia membenci mereka yang memakai topeng, tapi herannya jika kita melepas topeng kita, Tak ada yang mau menerima kita." Ujarku.
Dia tetap sama. Mulutnya terkatup rapat. Matanya menyiratkan bahwa ia sedang berfikir keras.

"Aku menunggu jawabanmu" kataku lagi.
"Dunia memang bekerja seperti itu, Yu." Ujarnya.

"Aku takut." Kataku lagi.
"Aku juga sama." Lanjutnya.

"Akankah kau menjadi orang yang sama, saat kau tau ketika aku membuka banyak topeng yang kupakai?". Mataku menatap lurus tajam bintang yang mulai berpendar diatas cakrawala senja. Cahaya jingga telah berubah menjadi hitam. Kelam.
"Sebenarnya, ketika kau membuka topengmu, mereka yang sayang padamu, akan tetap sama. Tak berubah. Mencintaimu sepenuh hatinya. " Tanggapnya halus.

"Lalu, bagaimana dengan mereka yang pergi? Bagaimana jika Aku sayang mereka tapi mereka hanya menyanyangi 'topeng' ku? " kataku putus asa.

"Mereka yang pergi, adalah mereka yang terbiasa melihatmu sempurna,Yu. Mereka terbiasa melihat kau mengukir senyum bahagia, Ketika tiba saatnya kau membuat jiwa mereka sakit, Mereka akan pergi tentunya. Untuk menyembuhkan jiwanya. Entah untuk kembali untuk menerima kau apa adanya, atau pergi selamanya dan tak pernah menganggap kau ada."

Melodi sore ini mengalun dengan rapi. Fikiranku berkelana jauh, kembali. Pergi, dan kembali lagi.

"Kau tau kan, aku hanya-- tak mau percaya. Padamu. Bahkan pada diriku sendiri." Kataku.

"Tapi aku percaya padamu. Aku tau kau pasti khawatir tentang pandangan buruk orang lain terhadapmu. Bagaimana kau khawatir mengecewakan orang lain, Yu. Sedang, orang lain tak pernah berfikir untuk menjaga perasaanmu.

Ada saatnya dalam hidup, Kita harus sadar bahwa tak semua orang yang kau jaga perasaannya, Mau menjaga perasaanmu juga. " ujarnya dalam.
Udara dingin mulai menyelimuti epidermis kulit. Syaraf syaraf tubuh meresponnya dengan rapi, kemudian dilanjutkannya ke otak. Tapi, otakku masih bergumul dengan banyak hal. Banyak sekali.

"Sudahlah Yu. Kau tau, seberat apapun yang kau hadapi, kau tetaplah dirimu sendiri. Jangan lupa itu. Kata-kata buruk mereka di belakangmu itu di hadapan Tuhan bertransformasi menjadi kebahagiaanmu sendiri apabila kamu tetap sabar.
Sabarlah. Daripada sibuk mencari pembenaran atas perkataan mereka tentangmu, lebih baik kau tetap fokus untuk terus maju. Untuk menjadi dirimu sendiri. Untuk bahagiamu sendiri, Yu". Katanya.

Satu hal yang kusadari kemudian. Akan selalu ada orang yang menjaga perasaanmu, sebagaimana kau menjaga perasaan mereka. Ada seseorang yang menangis karenamu, sebagaimana kau menangis kehilangan mereka. Ada seseorang yang ingin kau bahagia, sebagaimana kau ingin mereka bahagia. Sampai saat itu kau sadar, bahwa, hidup ini indah.

-----
Ekwa

Continue Reading

You'll Also Like

308K 7.1K 60
Kami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan.. Ini adalah kisah hidup, yang sulit...
1.6M 118K 56
Spiritual - Romansa Kisah seorang perempuan yang ditinggal nikah oleh laki-laki yang pernah menyuruhnya untuk menunggu selama 2 tahun. Namun takdir...
1.7K 854 37
Hanya seseorang yang ingin bercerita mengenai kehidupannya melalui diksi yang dirangkai sedemikian rupa menjadi sebuah puisi. Hi, readers! Jangan lup...
363 15 11
"Selamat datang, para penjelajah sajak dari jauh. Kalian telah berlayar panjang di antara lautan kata hingga kini, sang waktu mempertemukan kita. Sel...