Yes, Mr Billionaire [COMPLETE...

By Reiinah76

37.2M 1.7M 56.8K

"Mulai sekarang kau milikku, mengerti?" "Y-yes, Mr. Billionaire" --- Dera Destia, seorang perempuan berumur 1... More

REVISI
Yes, Mr Billionaire
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
chapter 45
chapter 46
Chapter 47
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Chapter 55
Chapter 56
Chapter 57
Chapter 58
Chapter 59
Chapter 60
Chapter 61
Chapter 62
Chapter 63
Chapter 64
Chapter 65
Chapter 66
Chapter 67
Chapter 68
Chapter 69
Chapter 70
PENGUMUMAN!!!
Chapter 71
Chapter 72
Chapter 73
Chapter 74
Chapter 75
Chapter 76
Extra Part (1)
Extra part (2)
PENGUMUMAN!!

Chapter 3

640K 37.3K 2K
By Reiinah76

Di hadapan Dera, berdirilah sebuah pintu besar yang entah mengapa terlihat begitu raksasa di matanya. Besar sekali. Pak Fedri, laki laki berumur 40 tahun tadi yang memanggil Dera, dia menyuruhnya mengetuk pintu ini dan tunggu sampai orang yang di dalam mengijinkannya masuk.

Tapi beberapa lama berdiam di sana Dera tidak kunjung mengetuk pintu, perempuan itu sebaliknya terdiam mati kutu di hadapan pintu besar yang terasa mengintimidasi nya.

Haruskan ku ketuk? Ada siapa di dalam sana? Apakah orang yang bernama Gerald itu? Apakah Tuan Gerald orangnya menakutkan? Apa yang harus kulakukan!?

Tenanglah sedikit, Dera. Kau akan baik baik saja.

Akhirnya Dera memberanikan diri. Diketuknya pintu itu pelan.

Tok tok

Tidak ada jawaban

Dia mengetuknya sekali lagi, dan sebuah suara berat menyahutnya. "Masuklah."

Suara itu semakin menciutkan kepercayaan diri Dera. Perempuan itu membuka pintu yang ternyata terasa jauh lebih berat dari yang ia sangka dengan tangan gemetar.

Di dalam ada sebuah meja kerja besar dengan sebuah kursi kerja yang tidak kalah besarnya dengan meja itu. Sebuah komputer di atas meja, dan banyak sekali kertas kertas yang bececeran menutupi permukaan meja. Dan di ruangan itu, berdirilah seorang laki laki muda, berambut hitam, dan berbadan kekar, mengenakan kemeja putih dengan jasnya digeletakkan begitu saja di atas sofa di samping meja kerjanya.

Laki laki itu memandang keluar, melihat ke arah langit sore yang terlihat sangat mencolok, mewarnai petang hari ini dengan keindahannya. Dera bergeming di tempat menunggu suara dari laki laki itu yang belum berbicara sepatah kata pun semenjak dia memasuki ruangan itu. Canggung.

"Kau sudah sadar?" tanyanya. Kalau di dengar lebih dekat lagi, suaranya semakin membuat tubuh Dera merasa menggigil.

"S-sudah," jawab Dera gugup. Bahkan kata terimakasih tidak bisa lolos dari sela sela bibirnya.

"Baguslah," katanya masih menghadap ke arah jendela. "Kau sudah membaik, bukan? Akan kuantarkan kau pulang ke rumahmu."

"Tidak!" seru Dera spontan. Perempuan itu kaget dengan ucapannya sendiri. "M-maksudku... Aku tidak ingin kembali ke rumahku... masalahnya rumit."

Sebuah senyuman muncul di wajah laki laki itu. "Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku," ucapnya kali ini memutuskan untuk membalik ke arah Dera.

Dera mematung saat matanya melihat wajah laki laki itu. Rambut hitam dengan mata kelabu pekat, tinggi, dan memiliki wajah tampan, mungkin melebihi semua model dan artis artis yang pernah Dera lihat. Sangat tampan.

"Aku sudah mencari tahu tentangmu. Dera Destia, anak sulung dari keluarga berisikan 4 orang, memiliki seorang ibu dan ayah, serta seorang adik perempuan. Ayahmu seorang pengusaha kain, dan ibumu adalah seorang ibu rumah tangga. Bukankah begitu?"

Dera mengangguk, merasa sedikit kaget karena laki laki itu mengenalinya. Apa yang bisa dipertanyakan, dia adalah orang kaya yang memiliki sumber informasi dimana mana.

"Aku sudah tahu semuanya tentang mu, dan terrmasuk prilaku buruk keluargamu terhadap dirimu juga," katanya.

Deg!

Dera memantung di tempat. Tidak pernah sekalipun dia membocorkan tentang ini ke siapa pun, dan tidak pernah juga dia berniat memberi tahu ini kepada orang lain. Lalu, darimana kah laki laki itu mengetahuinya?

"Tidak perlu begitu terkejut, Nona. Apakah dengan diriku mengetahui rahasiamu ini sebegitu mengagetkan bagimu?" tanyanya. Dera menelan ludah kecut, lidahnya kaku dan rasanya sangat sulit untuk mengeluarkan suara sekalipun. "Tenang saja, aku tidak memberitahu tentang ini kepada siapa pun. Hanya aku dan tangan kananku yang tahu tentang ini, selebihnya tidak ada," ucapnya.

Dera menghela nafasnya lega. Kelar sudah hidupnya kalau ada yang mengetahui tentang ini, berhubung ibunya mengancam akan membunuhnya kalau Dera membocorkan apapun tentang prilaku mereka. Dan Dera rasa membunuh bukan sekedar kata untuk ibunya mengingat prilakunya selama ini.

"Jadi kau ingin tetap tinggal disini?" tanyanya.

"Bolehkah?"

"Tentu saja. Aku tidak sekejam itu membiarkanmu lepas tanpa rumah sama sekali, aku masih manusia memiliki hati."

"Kau sangat baik! Terimakasih."

Tiba tiba lelaki itu tertawa kencang. "Apakah kau benar benar berpikir bahwa aku akan membiarkanmu menginap, memberimu makan, dan menyiapkan seluruh kebutuhanmu tanpa bayaran apapun? Jangan bermimpi."

"Jadi... Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"

"Mudah saja."

"Menikahlah denganku."

.

Aku baru sadar waktu dulu aku buat chapter ini pendek banget ya wkwkkw

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 44.8K 42
Revisi (beberapa chapter di privat secara random) Follow-refresh-kebuka. Kalo belum bisa Hapus dari libray-masukin lagi-refreh Kalo belum bisa Logout...
1.8M 59K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
751K 3.3K 12
Hts dengan om-om? bukan hanya sekedar chatan pada malam hari, namun mereka sampai tinggal bersama tanpa ada hubungan yang jelas. 🔛🔝 my storys by m...
867K 52.1K 55
Tatapan yang tajam dan gelap itu sangat menusuk mataku. Baru kali ini aku melihat seorang pria yang menatapku dengan tatapan tajam dan penuh kebencia...