White Wishes [Taehyung BTS] ✔

Per Jungkookie1273

98.8K 6.8K 317

Sekali lagi aku membuatmu kecewa..sungguh hubungan ini lebih penting dari apapun. Dan menyakiti seseorang yan... Més

Intro
1#Hari kelulusanku
2#Senior High School
3#Pertemuan kecil
4#Awal
5#Pertemuan yang tak terduga
6#Teman masa kecil
7#Stalker?
8#Melelahkan
9#Pembalasan
10#Penasaran
11#Heart
12#Ungkapan
13#Teman yang lain
14#Falling in love
15#Keberanian
Baca^^
16#Alien mesum gila!
17#First kiss
18#Memulai
19#NgeFly
20#Kekasih?
21#Perjodohan
22#Secret
happy birthday to my husband
23#terungkap
24#Problem
25#Rasa lain
26#Meluap
27#Hurt
28#LiSa story
29#Rahasia yang terungkap
perkenalan Yerin-Chungha
30#Tuduhan
31#Rumit
32#Kesadaran
33#Keegoisan
34#Terlambat?
35#Perubahan aneh
36#Semua tidak terduga
37#Hurt-2
38#Teman Palsu
39#Pasangan aneh
40#Rindu
41#Terungkap?
42#Pertunjukan
Baca^^
43#Usaha
45#Kesekian kali
46#END
New FF

44#Yes or No?

1.4K 118 24
Per Jungkookie1273

Author POV

Hae ra sedang membersihkan meja pelanggan dengan wajah berseri-seri. Tangannya mengelap meja, tapi matanya tak pernah lepas dari dua sosok manusia yang sedang bercanda di depannya.

Jongin dan LiSa. Tampaknya dua orang ini sedang berada di masa suka sama suka. Sebenarnya Hae ra sudah menanyakan hubungan mereka karena dia merasa curiga, akhir-akhir ini mereka terlihat selalu bersama. Tapi, tidak ada satupun yang menjawab sesuai dengan apa yang dipikirkan Hae ra. Baik Jongin maupun LiSa sendiri, mereka selalu menjawab jika tidak memiliki hubungan spesial.

Awalnya Hae ra tidak percaya dan terus mendesak LiSa untuk mengatakan jujur, tapi sepertinya mereka memang jujur. Alasan yang bisa membuat Hae ra percaya adalah Jongin. LiSa mengatakan sebenarnya Jongin memang sempat mengajaknya menjalin hubungan, tapi LiSa menolaknya. Menolak bukan karena tidak suka, melainkan karena Jongin yang sebentar lagi akan mengikuti ujian. Bagaimanapun dia harus fokus belajar karena akan segera lulus dan melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Jadi, LiSa membuat janji akan menerima Jongin jika Jongin lulus dengan nilai baik dan masuk ke perguruan tinggi favoritnya.

"Kau niat mengelap meja atau melihat orang pacaran,huh?"

Hae ra tersentak mendengar suara berat seseorang tepat di telinga kanannya. Buru-buru dia menjauhkan badannya beberapa langkah dari tempat berdirinya semula.

Hae ra kenal betul dengan suara khas milik seseorang ini. Lebih tepatnya, seseorang yang selalu mengisi hatinya dimanapun dia berada. Dia memandang Taehyung dengan tatapan horror.

"Mau apa kau kesini??"

Taehyung dengan santainya melipat kedua tangannya di dada.
"Jadi begini caramu menyambut seorang pelanggan? Ck. Aku rasa bosmu harus mempekerjakan orang yang ramah agar pelanggannya merasa betah disini"

Hae ra memutar kedua bola matanya.
"Jadi, tuan...kau ingin memesan apa?" katanya dengan nada halus yang sangat ketara dipaksakan. Dia juga menekankan kata 'tuan' di kalimatnya.

"Nah begitu baru benar, tapi kau perlu senyum sedikit agar telihat profesional" Taehyung memegang dagunya seolah dia menilai sikap Hae ra.

Gadis yang memegang semprotan dan lap itu dalam hatinya mengutuk Taehyung habis-habisan. Ingin marah-marah tapi dia tau tempat, didekat mereka juga ada bosnya. Sepertinya Jongin dan LiSa sekarang sedang menatapnya, lebih tepatnya menatap dirinya dan Taehyung.

Hae ra meredam emosinya dalam-dalam, dia menetralkan ekspresinya yang sudah seperti ingin memakan orang itu.
"Baiklah tuan, maafkan saya. Jadi, tuan ingin memesan apa?" Tanyanya dengan senyum. Iya senyum, senyum menahan marah dan itu malah terlihat lucu di depan Taehyung.

"Ahh sudah hentikan. Kurasa tersenyum tidak cocok untukmu, senyummu akan membuat anak-anak menangis ketakutan jika melihatnya," jawab Taehyung santai dan sangat lancar.

Wajah Hae ra sudah merah dibuatnya, lelaki yang notabennya mantan kekasihnya ini sangatlah menjengkelkan, bahkan sikap Daniel saja sampai kalah. Hae ra mencengkeram semprotan dan lap di tangannya dengan kuat, benar-benar terlihat sedang menahan amarah.

"Tuan, jika anda ingin memesan, katakan saja pesanan anda. Disini juga masih ada pelanggan lainnya yang harus saya layani, jika anda tidak ingin memesan, sebaiknya anda keluar saja daripada harus mengulur waktu saya." Ucap Hae ra yang masih sabar. Tidak, bahkan batas kesabarannya sudah berada di paling ujung. Sekali lagi saja Taehyung membuatnya marah, dia akan melupakan sikap sopannya dan meluapkan emosinya.

Taehyung memperlihatkan smirknya.
"Siapa yang bilang aku ingin memesan? aku tidak ingin memesan apapun"

Sudah cukup. Kesabaran Hae ra sudah habis, kemarahannya sudah berada di tingkat atas.

Plukk

Hae ra membuang lap yang sedari tadi dia bawa, dengan menggebu-gebu, dia menghampiri Taehyung dan menyemprotkan semprotan yang dia bawa tepat di wajah Taehyung.

"Dasar gila!! kau sengaja mempermainkanku??!" Hae ra berjinjit dan terus saja menyerang Taehyung dengan semprotan itu.

Taehyung gelagapan karena mendapat serangan mendadak dari mantan kekasihnya ini, dia tidak menduga sama sekali jika Hae ra menyerangnya.

"Hentikan.....Hae ra....wajahku basaahh. bwehh--" Taehyung mengeluarkan cairan yang memasuki mulutnya, wajahnya basah, matanya terpejam.

"Salah siapa kau membuatku marah!! rasakan ini....."

Hae ra masih saja menyerang Taehyung dengan brutal padahal dia sendiri kewalahan karena tinggi Taehyung, tapi dia gigih dengan tetap menyemprotnya.

Jongin dan LiSa tertawa terbahak-bahak melihatnya, mereka semua sampai lupa jika masih ada pelanggan yang berada disini. Tapi rupanya pelanggan itu tidak merasa terganggu, terbukti karena mereka seperti antusias melihat aksi Hae ra dan Taehyung, bahkan ada yang memotretnya.

Taehyung sampai memundurkan badannya karena Hae ra sangat brutal. Tidak mau terus di hujani dengan cairan itu, Taehyung dengan sigap merebut semprotan yang berada di tangan Hae ra. Lalu dia membuangnya jauh.

"Ya! jangan buang senjataku!!" Hae ra hendak mengambil semprotan yang jatuh mengenaskan di lantai, tapi Taehyung menahan tangannya.

"Apalagi?! kau tidak ada keperluan disini kan? jadi cepat pergi sana sebelum aku berubah pikiran dan menyerangmu kembali!" Kata Hae ra dengan ketus.

"Ck. aku kesini karena ada keperluan. Eomma ingin menemuimu sekarang,"

Kalimat Taehyung barusan bagaikan senjata ampuh untuk membuat Hae ra tidak berkutik.

Merasa Hae ra sudah tidak ada pergerakan, Taehyung akhirnya melepaskan genggamannya pada tangan gadis itu. Dia mengeluarkan sapu tangan yang ada di sakunya lalu membersihkan wajahnya dengan sabar.

Hae ra masih mematung di tempatnya. Dia sedang berkutat dengan pikirannya. Antara menolak atau tidak, jujur dia tidak ingin menolak ajakan Ny.Kim yang sudah sangat baik padanya, terlebih lagi Ny.Kim adalah sahabat dari ibunya sendiri. Tapi jika dia tidak menolaknya, kemungkinan besar Ny.Kim pasti menanyakan hubungannya dengan Taehyung yang sudah kandas itu.

Taehyung sudah selesai membersihkan wajahnya, dia menatap Hae ra yang masih tetap diam.

"Apa kau mau jadi patung disini?"

Hae ra tersadar dari lamunannya.

"Kau tidak sedang beralasan agar bisa mengajakku pergi kan?" selidik Hae ra. Dia berharap ini memang hanya alasan Taehyung saja.

Taehyung menatapnya datar.
"Apa aku terlihat sedang berbohong? untuk apa aku berbohong dengan menyangkut pautkan eomma. Aku tidak akan seperti itu, meskipun di matamu aku ini brengsek."

Hening.

Suasana sangat hening, mereka sedari tadi dibuat bahan tontonan oleh orang-orang yang berada disini. Tapi tidak ada satupun diantara dua orang ini yang sadar. Mereka seperti sedang berada di dunianya sendiri.

Srett

Taehyung menarik tangan Hae ra agar mengikutinya. Tapi Hae ra menahan tubuhnya agar tidak terbawa oleh Taehyung.

"Kau tidak bisa lihat jika aku sedang bekerja?"

"Tapi eomma memintamu bertemu dengannya sekarang.." nada bicara Taehyung melemah dan terdengar sangat lembut.

Hae ra memalingkan wajahnya kearah lain karena ingin menghindari kontak mata dengan Taehyung. Jika menatap matanya, pasti Hae ra akan luluh.

"Hyung...kau pemilik tempat ini kan? izinkan Hae ra pulang lebih awal..kami ada urusan penting..bisakah?" Tanya Taehyung akhirnya. Dia memang mengetahui jika seseorang yang menjadi awal dari masalah hubungannya kini sedang berada disini.

Jongin terlonjak karena merasa Taehyung menatapnya dan sepertinya memang sedang bicara padanya. Ya siapa lagi si pemilik tempat ini kalau bukan dia dan ayahnya. Mana mungkin juga ayahnya yang ditunjuk Taehyung, ayahnya saja tidak ada disini.

Jongin menetralkan ekspresinya sebiasa mungkin.
"Arraseo. Hae ra, pergilah..LiSa akan menggantikanmu,"

Hae ra menatap tak percaya pada atasannya ini.
"Tapi...aku baru sebentar disini, dan aku tidak merasa mempunyai urusan dengannya!"

"Hae ra. Kau tidak mengkhawatirkan siapa yang ingin bertemu denganmu? aku tau kau menyayanginya, pergilah..kau tidak bisa membohongi hatimu sendiri" LiSa akhirnya angkat bicara karena merasa gemas dengan temannya yang keras kepala ini.

Hae ra menatap Taehyung. Dan ternyata Taehyung menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Haruskah? Haruskah dirinya menurut saja?

Dengan pertimbangan, akhirnya dia menyetujui untuk ikut.

"Oppa, eonnie...aku pergi dulu. Mian, karena tidak menyelesaikan pekerjaanku hari ini"

"Gwaenchana," jawab Jongin dengan tersenyum ramah.

"Sudah cepat pergi..kasihan yang sedang menunggumu" kata LiSa dengan gerakan menyuruh Hae ra pergi.

"Arraseo. Kalau begitu kami pergi dulu.."

Taehyung tersenyum dalam hati melihat Hae ra pasrah seperti ini. Akhirnya dia berhasil. Benar, dia bisa menaklukkan Hae ra dengan cara lain. Dia berdoa dalam hati supaya semua rencana yang sudah tersusun rapi berhasil dan sesuai dengan apa yang diharapkannya.

^^

Setelah memaksa Hae ra melakukan ini dan itu, sekarang gadis itu di paksa untuk membukakan pintu rumahnya.

Ya, sesudah pergi dari tempat Hae ra bekerja, ternyata Taehyung membawanya ke rumah Yerim. Awalnya Yerim juga bingung dengan kedatangan mereka yang tiba-tiba. Tapi setelah Taehyung membisikkannya sesuatu Yerim akhirnya mengerti.

Dan, jadilah Hae ra sekarang. Dia memakai dress putih polos milik Yerim yang belum pernah dipakai dan di make up disana. Tentu saja Yerim yang melakukan itu semua.

Tapi yang membuat Hae ra jengkel setengah mati, yaitu Taehyung yang mengajaknya ke rumah Hae ra sendiri, dengan alasan ingin mencuci muka karena habis terkena semprotan mematikan dari dirinya. Jika dia ingin cuci muka, kan bisa di rumah Yerim tadi atau paling tidak di rumahnya sendiri karena tujuan mereka kan kesana, jadi mereka tidak perlu berputar arah.

Seperti sekarang, Hae ra sedang duduk di sofa ruang tengahnya sendiri menunggui Taehyung yang dari tadi belum keluar dari kamar mandi. Hae ra tidak berhenti menyumpah serapahi Taehyung yang menurutnya menyebalkan itu.

"Ekspresi macam apa itu? sudah bagus di make up tapi ekspresimu seperti itu, tidak cocok sekali" kata Taehyung yang sepertinya baru keluar dari kamar mandi, rambut bagian depannya sedikit basah dan wajahnya juga masih terdapat bulir-bulir air.

"Wae?? tidak suka?? yasudah sekarang tinggal kau pergi dari sini dan katakan pada eomma jika kau tidak jadi mengajakku karena aku jelek." jawab Hae ra dengan nada tinggi. Terlihat sekali jika gadis ini sangat kesal karena ulahnya. Taehyung malah tersenyum karena berhasil menggoda gadisnya.

"Siapa yang bilang jelek? kau sendiri kan? aku tidak merasa seperti itu"

Hae ra berdecak.
"Sudahlah aku pusing berdebat denganmu. Jadi sekarang bagaimana? sebenarnya apa tujuanmu, sepertinya kau sedang mempermainkanku!"

Taehyung menghampiri Hae ra yang duduk di sofa kecil yang berada disana, kemudian duduk di sebelah Hae ra dengan jarak yang sangat dekat, bahkan tubuh mereka menempel.

Hae ra yang merasakan itu jadi gugup sendiri, mau bergeser tapi posisinya sudah mentok. Tubuhnya bergerak resah. Taehyung daritadi mengamati tingkah Hae ra, dan dia sengaja menempel seperti itu.

"B-bisakah kau bergeser?"

Taehyung menggeleng pasti.
"Tidak bisa, lihat sendiri jika tidak ada ruang lagi di sebelahku" dia mengarahkan dagunya ke samping kanannya, dan Hae ra yang duduk di samping kirinya melihat arah yang Taehyung tunjuk, memang benar jika sudah tidak ada ruang lagi. Dan itu artinya sial, bisa-bisa Hae ra mendadak terkena serangan jantung.

Taehyung yang mengerti kegugupan gadisnya ini tersenyum.
"Tidak usah gugup begitu, belum aku cium saja sudah gugup. Bagaimana kalau aku cium?"

Hae ra menatap Taehyung tajam. Dia langsung berdiri dari tempatnya.
"Dasar alien mesum gila! bisa-bisanya daritadi kau mempermainkanku!"

Entah kenapa saat mendengar Hae ra mengatai dirinya 'alien mesum gila' hatinya menjadi lega. Karena dengan itu berarti Hae ra sudah kembali seperti dulu.

"Jangan kesal..aku bukannya sedang mempermainkanmu, tapi aku mempunyai alasan mengajakmu ke rumahmu. Kau sadar tidak jika dari tadi aku tidak memakai jaket?"

Hae ra menatap Taehyung dari atas sampai bawah. Memang benar, dia sadar jika sejak dari tempat kerjanya tadi Taehyung hanya mengenakan kaos lengan pendek warna hitam dan celana jeans sobek-sobek warna hitam. Dia tidak mengenakan jaket, padahal di luar dingin. Taehyung saja tadi menyuruh Yerim untuk meminjamkan Hae ra jaket.

"Jadi kau mengajakku kesini karena ingin meminjam jaket padaku? tapi semua jaketku pasti tidak akan muat padamu.."

Taehyung menatap gemas Hae ra yang bicara polos seperti itu.
"Aku tau. Sebenarnya dari rumah aku sengaja tidak memakai jaket karena ingin memakai jaket yang aku pinjamkan dulu padamu, pasti masih kau simpan kan?"

Hae ra berpikir sejenak. Mencerna kata-kata Taehyung. Jaket?

Setelah dipikir-pikir akhirnya dia mendapatkan jawaban. Menyinggung jaket itu, dia jadi mengingat kejadian dimana Taehyung menolak menerima jaketnya sendiri karena Hae ra memakainya untuk berpelukan dengan Jongin. Bahkan sampai melemparnya ke lantai.

Seakan mengerti apa yang dipirkan Hae ra, Taehyung berdiri dan menyentuh pundak Hae ra.

"Jangan pikirkan soal itu. Aku minta maaf. Sungguh aku tidak ingin kau mengingatnya lagi," Taehyung menatap Hae ra dengan sendu. Matanya memancarkan jika Taehyung benar-benar menyesal dengan apa yang di perbuatnya dulu.

Hae ra menepis lembut tangan Taehyung yang berada di pundaknya.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambilnya. Lebih baik kau tunggu saja di mobil, agar tidak mengulur waktu"

Taehyung hanya pasrah, dia tau Hae ra terluka jika mengingatnya. Dan pada akhirnya dia hanya mengikuti permintaan Hae ra. Menunggunya di mobil.

^^

Hae ra POV

Semenjak aku mengembalikan jaketnya, suasana menjadi canggung. Selama perjalanan kami juga hanya diam saja tanpa berbicara. Aku sempat meliriknya, wajahnya datar, matanya hanya fokus kearah jalanan. Mungkin dia juga sedang memikirkan sesuatu.

Tunggu, aku mengenal jalan ini. Ini bukan jalan menuju rumah Taehyung.

Reflek aku menatap kearahnya. Tapi dia tidak menyadari jika aku menatapnya, ekspresinya masih sama. Aku ingin bertanya tapi takut, jadi aku hanya diam saja dan memastikan sendiri dugaanku ini benar atau tidak. Bisa saja dia ingin mampir ke suatu tempat terlebih dahulu.

Beberapa menit berlalu dan mobil Taehyung sudah terparkir manis di sebuah tempat yang sangat aku kenali.

"Tae, kau....ini sebenarnya ada apa?" Tanyaku akhirnya. Mulutku sudah gatal ingin bicara. Masa bodoh apapun reaksinya padaku.

"Turun saja, kau akan tau nanti." Jawabnya tanpa menatapku.

Baiklah. Aku akan menurutinya saja. Aku segera membuka seatbelt dan keluar dari mobil.

.

.

.

Sampailah aku di ruangan eomma. Benar, Taehyung membawaku ke tempat eommaku dirawat. Dan disana ternyata sudah ada Ny.Kim dan Tn.Kim. Alasan kenapa aku bisa mengenalinya? walaupun aku baru pertama kali bertemu dengan ayah Taehyung, aku bisa mengenalinya karena Taehyung pernah menunjukannya lewat foto dulu.

"Aigoo....anak-anak kita akhirnya sudah datang" ucap Ny.Kim antusias lalu memelukku.

"Ahh...Hae ra, eomma merindukanmu.."

"Eumm, aku juga.." jawabku di sela pelukan kami.

Pelukan kami berakhir setelah mendengar deheman seseorang yang tak lain adalah Tn.Kim.

"Aku juga ingin berkenalan dengan kekasih putraku...kau kan sudah sering kali bertemu" kata Tn.Kim pada Ny.Kim.

Aku tersenyum melihat wajah Ny.Kim yang berubah masam.

"Jadi ini gadis yang membuat putraku jatuh cinta...hmm, manis."

Jujur aku malu mendengar pujian Tn.Kim, tapi didalam hatiku rasanya senang sekali. Aku segera membungkuk.
"Annyeong. Yoon Hae ra imnida,"

Tn.Kim tersenyum padaku.
"Panggil aku appa seperti kau memanggil istriku eomma,"

Ya Tuhan jantungku rasanya tidak bisa dikendalikan. Ayah Taehyung sangat menyambutku, tidak seperti yang aku bayangkan. Orang kaya selalu memandang remeh orang miskin dan berakhir memisahkan kisah cinta anaknya karena tidak sederajat. Ah tapi aku baru ingat, aku dan Taehyung sudah berakhir.

"Ne..appa" jawabku.

Tn.Kim tersenyum dan mengelus rambutku.

"Eomma...aku Kim Taehyung, kekasih putrimu. Maaf selama ini aku baru mengunjungi eomma,"

Aku terkejut melihat Taehyung yang sudah duduk di sebelah ranjang eommaku dan memeluknya. Memang benar, dia baru pertama kali kesini. Aku juga bingung kenapa dulu aku tidak kepikiran sama sekali untuk mengajaknya kesini. Eommaku tersenyum dan mengelus punggung Taehyung, tapi masih sama belum ingin bicara. Tapi tidak apa, dengan begini saja sudah membuatku lega.

"Hae ra, kau tau alasan eomma memintamu kesini dan kau berdandan seperti ini?"

Aku menggeleng karena memang aku tidak tau maksud dari semua ini.

Kuperhatikan Taehyung sudah kembali ke posisi semula dan sedang menatapku lekat. Dan benar, jantungku berdegup kencang hanya karena ditatapnya seperti itu. Ku alihkan pandanganku ke Ny.Kim.

"Biar Taehyung sendiri yang mengatakannya," kata Ny.Kim sembari mempersilahkan Taehyung untuk melakukan sesuatu.

Apa-apaan ini? semua sedang menatapku. Aku yang hanya berdiri sendiri di hadapan mereka merasa gugup.

Apalagi sekarang?? Taehyung sedang berjalan kearahku. Dia seperti menggenggam sesuatu di tangannya.

Srett

Karena terbuai dengan tatapannya, aku jadi tidak sadar jika dia sudah menarikku agar tepat berada di hadapannya.

"Aku tau selama ini aku sudah sangat menyakitimu, aku bodoh. Pikiranku masih labil dan mudah di pengaruhi. Tapi perlu kau tau, aku merasa sangat cemburu, aku tidak ingin kau berpaling dengan pria lain. Dan rencana itu, aku hanya ingin cepat menyelesaikan rencana itu agar kita bisa cepat berbaikan, tapi ternyata kau terluka karena merasa aku membohongimu dan mempermainkanmu. Tapi sungguh bukan itu maksudku. Jadi, biarkan aku memperbaiki semua kesalahanku. Berikan aku kesempatan untuk memulainya lagi bersamamu..."

Taehyung mengangkat tangannya dan terlihatlah sebuah kalung yang menggantung di depan mataku. Kalung putih dengan gandul berbentuk love dan didalamnya terdapat berlian kecil yang berkilau. Sederhana tapi indah menurutku.

"...kau tau apa arti gandul yang ada di kalung ini? love, berarti hatimu, dan berlian kecil itu adalah aku, aku yang akan selalu berada didalam hatimu. Dan begitupun sebaliknya. Love, berarti hatiku, dan berlian kecil itu adalah kau yang akan selalu ada didalam hatiku..."

Sungguh aku ingin menangis karena mendengarnya, aku tersentuh. Tapi apa maksudnya ini? apa dia akan mengajakku menjalin hubungan kembali dengannya?

"...aku tidak akan memintamu kembali menjadi kekasihku. Aku takut jika menjalin hubungan sebagai kekasih tidak akan bertahan lama. Jadi..."

Taehyung menatapku dalam. Sorotan matanya memperlihatkan perasaannya padaku. Aku sampai tertegun melihatnya seperti ini. Ini sisi lain dari seorang Kim Taehyung.

"...aku akan mengikatmu dengan hubungan yang lebih serius"

Reflek aku membulatkan mataku.
"Maksudmu? m-menikah?" kata itu lolos begitu saja dari mulutku.

Taehyung tersenyum.
"Bukan, sebenarnya aku juga ingin menikahimu, tapi kita belum lulus sekolah. Aku juga belum memiliki pekerjaan, akan aku beri makan apa dirimu dan anak-anak kita nanti kalau sekarang kita sudah menikah?"

Ah, dasar bodoh. Memalukan sekali. Kenapa juga aku terlalu percaya diri. Aku yakin seratus persen jika sekarang pipiku memerah.

"Hae ra, aku akan mengikatmu dengan hubungan pertunangan. Orang tua kita juga menginginkan ini..."

Taehyung kembali mengangkat kalung itu di depan mataku.

"Jika kau menerimaku, maka saat aku memakaikanmu kalung ini, kau tidak akan menghentikanku. Tapi jika kau menolakku, hentikan aku untuk memakaikannya padamu..."

Taehyung menghela nafas.
"...tapi aku harap kau menerimaku,"

Apa aku sedang di lamar sekarang?? Di depan orang tuanya dan eommaku. Ya Tuhan, kenapa seharian ini jantungku selalu saja di buat berdetak tak karuan seperti ini. Dia melamarku disaat aku belum mempersiapkan diriku sama sekali. Apa yang harus aku lakukan? haruskan aku menerimanya? tapi aku takut dia akan menyakitiku lagi.

Taehyung sudah mulai mengarahkan tangannya untuk keleherku. Gerakannya sangat lambat, mungkin dia sedang memberiku waktu sedikit untuk berpikir.

Aku menatap eommaku, dia tersenyum. Lalu aku beralih menatap orang tua Taehyung, mereka juga tersenyum dan menganggukan kepala tanda agar aku menerimanya.

Aku kembali menatap Taehyung, matanya fokus pada kalung ini. Aku menggigit bibir bawahku, menahan gugup teramat sangat.

Aku sendiri masih belum yakin dengan hatiku, apa aku harus menerima atau menolaknya. Terkadang aku merasa sakit jika mengingat saat dulu dia menyakitiku.

Baiklah, sudah kuputuskan.

Grepp

Aku memegang tangan Taehyung. Sontak dia menatapku dan memberhentikan gerakan tangannya untuk memakaikanku kalung.


"Mianhae...."


Mohon bantuannya^^

Continua llegint

You'll Also Like

7.6K 940 7
[ Complicated ] • - One Shoot - Shortstory • Bangtan Boys × you • CAST : - Bts All member - Y/N ( your name ) Baca aja dulu siapa tau suka...
1.6K 353 23
Bagaimana jadinya jika matahari dan es disatukan? Siapa yang akan menang? Tentu saja matahari, karena es akan meleleh akibat panas yang dikeluarkan s...
520 82 7
꒰ w e l c o m e ꒱ 's ୭ ✧ c a s t = 𖨂 Han Yujin 𖨂 Kang Hyerim / u ⋆˚➶
4.7K 862 7
A short story Taehyung x Yn Aku tak masalah jika bagimu aku yang kedua... Selagi kau membalas perasaanku dan juga menyayangiku, aku tak apa-apa... Os...