SWEETY VENUS [#2 VENUS SERIES]

Oleh RiriLidya

684K 55.9K 7.6K

The second book of Venus Series [21+] Diana datang ke bar setelah memutuskan pacarnya yang telah berselingku... Lebih Banyak

Sweety Venus (#2 Venus Series)
Sweety Venus - Chapter 1
Sweety Venus - Chapter 2
Sweety Venus - Characters
Sweety Venus - Chapter 3
Sweety Venus - Chapter 4
Sweety Venus - Chapter 5
Sweety Venus - Chapter 6
Sweety Venus - Chapter 7
Sweety Venus - Chapter 8
Sweety Venus - Chapter 9
Sweety Venus - Chapter 10
Sweety Venus - Chapter 11
Sweety Venus - Chapter 12
Sweety Venus - Chapter 13
Sweety Venus - Chapter 14
Sweety Venus - Chapter 15
Sweety Venus - Chapter 16
Sweety Venus - Chapter 17
Sweety Venus - Chapter 18
Sweety Venus - Chapter 19
Sweety Venus - Chapter 20
Sweety Venus - Chapter 21
Sweety Venus - Chapter 22
Sweety Venus - Chapter 23
Sweety Venus - Chapter 24
Sweety Venus - Chapter 25
Sweety Venus - Chapter 26
Sweety Venus - Chapter 27
Sweety Venus - Chapter 28
Sweety Venus - Chapter 29
Sweety Venus - Chapter 30
Sweety Venus - Chapter 32
Sweety Venus - Chapter 33
Sweety Venus - Chapter 34
Sweety Venus - Chapter 35
Sweety Venus - Chapter 36
Sweety Venus - Chapter 37
Sweety Venus - Chapter 38
Sweety Venus - Chapter 39
Sweety Venus - Chapter 40
Sweety Venus - Chapter 41
Sweety Venus - Chapter 42
Sweety Venus - Chapter 43
Sweety Venus - Chapter 44
Sweety Venus - Chapter 45
Sweety Venus - Chapter 46
Sweety Venus - Chapter 47
Sweety Venus - Chapter 48
Sweety Venus - Chapter 49
Sweety Venus - Chapter 50
Sweety Venus - Chapter 51
Sweety Venus - Chapter 52
Sweety Venus - Chapter 53
Sweety Venus - Chapter 54
Sweety Venus - Chapter 56
Sweety Venus - Chapter 57
Sweety Venus - Chapter 58
Sweety Venus - Chapter 59
Sweety Venus - Riri's Note
SWEETY VENUS - Q&A
Author's Note
the third story of the Venus series.
CERITA KETIGA - WAJIB BACA!
OPEN PO SEXY VENUS DAN SWEETY VENUS

Sweety Venus - Chapter 55

7.5K 855 147
Oleh RiriLidya

Nate kembali sadar. Ia melepaskan cekalan tangannya membiarkan Diana masuk ke mobil wanita itu sendiri dengan cepat.

Saat Diana sudah di jalan raya, ia masih memikirkan sikap Nate barusan. Ada apa dengan pria itu? Mata Nate seolah kehilangan kehidupan di sana.

Saat masih asik dengan lamunannya Diana tidak sadar sebuah mobil hitam menyalip mobilnya dan berhenti mendadak. Diana dengan refleks mengerem mendadak. Diana melihat seseorang keluar dari sana dan ia juga ikut keluar.

"Lucy?"

Mendengar panggilan tersebut membuat senyum Lucy memudar seketika. Tapi detik berikutnya Lucy kembali tersenyum.

"Long time no see, Step-Sister."

Diana mengerutkan dahinya bingung. Mungkin Lucy selama ini menganggap dirinya menjadi bagian diri wanita itu.

Sungguh, setelah diperhatikan cukup lama, Lucy terlihat sedikit berbeda dari terakhir kali mereka bertemu. Tidak ada tahi lalat lagi di bawah matanya. Apa wanita di depannya ini melakukan operasi?

Diana hanya mengedikkan bahunya lalu mengangguk. "Yaa..."

Senyum Lucy kembali hilang digantikan dengan wajah datarnya. "Masuk ke dalam mobil dengan baik atau aku akan akan memaksamu."

Diana tersentak. Ini bukan Lucy teman mengajar nya di TK. Lucy tidak mungkin berkata dengan nada ketus seperti itu. "What—"

Belum sempat Diana berujar, sebuah tangan menariknya masuk dengan paksa ke dalam mobil. Lucy yang berdiri hanya tersenyum. "Atau orang-ku yang memaksamu."

Kemudian ia duduk di kursi penumpang depan dan mobil kembali berjalan.

Diana menatap di sampingnya, pria bertubuh besar yang tadi menariknya. Lalu ke depan di mana seorang pria menyetir dan juga Lucy. Sebenarnya apa yang tengah terjadi? Diana merasa dirinya sedang dalam situasi tidak menguntungkan. Dengan tangan bergetar ia menekan call nomor Ethan di balik buket bunga.

Lucy menoleh ke belakang. "Oh kau membawa bunga." Lucy mengambilnya dengan cepat lalu menatap ponsel yang Diana pegang. "Dan ponsel."

Lucy menatap Diana dengan datar. "Buang ponselnya."

"Tidak!" Diana menahan ponselnya dari pria besar sampingnya. Tapi dengan mudah pria besar itu merampas ponsel Diana lalu membuangnya lewat kaca samping.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Lucy?! Jika aku mempunyai salah, tolong katakan supaya aku tahu kesalahanku."

"Kau berani membentakku?" tanya Lucy dengan nada terluka. "Papa dan Mama saja tidak pernah membentakku..."

Lucy menatap ke depan kembali, mendengus. "Sepertinya aku memang tidak pernah dianggap." lalu menoleh. "Well, apa aku cocok menjadi boneka? Seperti bonekamu?"

Diana bingung dengan pembicaraan ini. Kepalanya seakan ingin pecah. Sebenarmya kenapa Lucy mengatakan hal ambigu seperti itu.

Diana benar-benar takut sekarang saat melihat jalan yang menuju kediaman Ethan lewat begitu saja. Tidak ada ponsel dan juga pintu terkunci. Bagaimana caranya ia bisa menyelamatkan dirinya? Diana melirik pria yang sedang menyetir dengan tenang. Tapi tidak dengan dirinya... Ia tidak tenang sekarang. Dengan cepat ia memajukan tubuhnya, memegang stir kemudi -membuat mereka bertiga terkejut- lalu memutar dengan kuat hingga Diana merasakan hantaman kuat pada mobil yang mereka tumpangi.

Mobil tersebut berputar dan menggelinding. Saat mobil benar-benar berhenti, dengan pusing Diana melirik Lucy dan pria di balik stir kemudi terdiam dengan mata terpejam. Ia merasakan pening yang sangat berat di kepalanya dengan suara mendengung kuat sebelum ikut pingsan.

***

Seseorang membuka pintu sebuah ruangan yang gelap. Ia masuk dan kembali menutupnya perlahan seolah tidak ingin membangunkan seorang putri tidur di sana.

Dia berjongkok bersandar di dinding kayu, dan menatap memuja wanita yang masih tidur dengan damai itu. Dia memiliki perban di kepalanya dan juga di lengan bagian atas.

Diana...

Nama yang sangat Indah. Sangat sesuai dengan wataknya. Wanita itu sangat ramah, selalu tersenyum, selalu memberikan pelukan hangat yang mampu meluluhkan hatinya. Ia masih ingat pertemuannya bersama Diana saat itu. Momen yang sangat membuatnya percaya diri...

Ia sangat memuja wanita di depannya ini layaknya seorang Dewi. Dan seorang Dewi tidak boleh dimiliki orang yang salah. Ia harus dimiliki seseorang yang tepat...

***

Diana kecil tidak henti-hentinya menyebarkan virus senyum tiga jarinya semenjak di beri boneka dengan rambut coklat kepang dua.

Mike yang melihat itu pun hanya ikut tersenyum seraya mengusap kepala Diana. "Kau menyukainya?"

Diana mengangguk antusias. "Terima kasih, Papa."

Mike mengangguk lalu memasang wajah seriusnya. "Kau sudah memberi nama untuknya? Jujur aku belum memberikannya nama."

Diana ikut memasang wajah serius dengan ekspresi menegang terlalu berlebihan. "Mama bilang semua orang pasti memiliki nama saat lahir di dunia."

"Ya. Kau ingin membantuku memberikan nama untuknya?"

Terlihat jelas dahi Diana mengerut tanda ia sedang berfikir dengan serius. Hal itu membuat Mike menahan tawanya. Setelah pemikirannya yang hanya 10 detik, Diana langsung menatap Mike. "Bagaimana dengan Maxie?"

"Maxie?"

Diana mengedikkan bahunya seperti orang dewasa. "Tetangga kami memiliki anjing yang bernama Maxie. Dia sangat lucu."

Mike tertawa. "Boneka ini perempuan, darling."

Diana kembali berfikir sebelum menghela nafas. "Bisakah kau bantu aku memberikan nama? Jika aku kasi nama Diana, aku jadi tidak memiliki nama..."

Mike langsung tertawa. Teguran dari Maria dari dalam kamar membuat Mike berdeham. "Diana sayang... Aku memiliki dua anak di Kanada." Mike berkata dengan lembut mencoba memberitahu hal yang sebenarnya pada anak usia 5 tahun.

"Maksudmu aku memiliki adik?"

"Kau memiliki dua kakak kembar," ralat Mike.

Kedua bola mata Diana membesar, begitu juga mulutnya. "Aku tidak pernah tahu hal itu," bisik Diana mendramatis dengan serius.

"Karena mereka semua di Kanada. Dan aku ingin membawamu ke sana, ingin memperkenalkan dirimu pada mereka. Mereka sudah tidak sabar bertemu denganmu."

Mata Diana berbinar, melompat di sofa dengan kedua tangan bertepuk tidak karuan. "Beritahu aku bagaimana mereka berdua!"

Mike terkekeh. "Namanya Lucy dan Lily..."

***

Diana membuka matanya perlahan setelah bermimpi tentang masa lalu yang hampir ia lupakan. Menutup kembali sebelum terbuka sepenuhnya. Tubuhnya sangat sakit begitu juga kepalanya yang pusing. Saat ia ingin menggerakkan tubuhnya, ia merasa terkekang.

Butuh waktu lima detik untuk Diana memfokuskan kesadarannya lalu melihat kedua tangan terikat di sudut tempat tidur. Diana mengernyit karena masih merasakan pusing. Lalu menatap sekelilingnya.

Ruangan kecil yang bau apek dengan banyak balok-balok kayu di sudut ruangan. Tanpa cahaya dan oksigen yang memadai karena satu-satunya jendela di sana di tutupi kayu sepenuhnya.

Diana mencoba melepaskan ikatannya dan juga berteriak walau tertahan karena lakban tersebut hingga pintu di depannya terbuka.

"Kau sudah bangun rupanya." Seorang wanita dengan perban di lengan dan dahinya mendekati Diana lalu melepaskan lakban tanpa kelembutan membuat Diana meringis. Ia memberikan air minum untuk Diana minum. "Aku sudah bilang tidak perlu menutup mulut mungil ini tapi sepertinya mereka terlalu loyal padaku."

"Lucy bisa dikatakan pendiam. Dia selalu irit dalam hal bicara. Tapi dia sangat pengertian dan penyayang. Dan juga selalu mengalah pada adik kembarnya."

"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Diana berbisik.

Wanita itu tidak menjawab. Ia hanya menatap Diana dingin hingga seorang pria membawa satu nampan makanan. "Makan itu. Seharusnya aku membiarkanmu saja mati kelaparan tapi aku harus melakukannya karena dia. Ckck... Berterima kasihlah padanya karena kau masih bisa aku beri makan!"

"Dia berbanding terbalik dengan Lily..."

"Bagaimana bisa aku makan jika kedua tanganku terikat."

Wanita itu mencoba bersabar. "Lepaskan ikatannya." Satu pengawalnya melepaskan ikatan tangan Diana. "Jangan sekali-kali kau mencoba kabur, Diana. Atau menjerit... Karena tidak akan ada yang mendengarmu di tengah hutan belantara. Dan juga aku bisa mendapatkanmu dengan mudah di sana... Atau binatang liar?"

"Lily selalu berceloteh... Ia selalu mengeluarkan isi hatinya membuatku tertawa. Dan juga sangat tegas dalam satu hal."

Diana memutar pergelangan tangannya yang sakit lalu menatap punggung wanita tersebut yang hendak meninggalkannya. "Lily?"

Wanita itu menegang di depan pintu.

"Aku tahu kau Lily."


Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

116K 10.1K 14
Tentang 9 orang yeoja cantik yang sangat nakal, suka balapan, sering keluar masuk bk, liar, jahil, dan brandal. Mereka sama-sama anak brokenhome. Mer...
651K 49.5K 69
The fourth book of Venus Series. [21+] This story about Hera Louiza Vourou (The mother of Venus)
378K 13.5K 45
MATURE ROMANCE PRIVATE ACAK Penasaran? Langsung baca aja yuk - All Rights Reserved to the author of this book. No publication may be produced without...
382K 16K 35
Sungguh malang nasib Natasha Brianna (26) setelah memutuskan untuk bergabung pada J.J Watson. Corp , mulai dari ciuman yang dilakukan Lukas Mahelgha...