ps : Kalau ada typo mohon diingatkan ya, soalnya aku nggak pernah neliti abis nulis wkwk.
.
.
Don't forget to leave some comment^^
.
.
.
.
Kami tiba di rumah pukul sepuluh malam. Mobil yang tadi pagi digunakan Suho sudah terparkir di halaman. Setelah berhenti, aku dan Baekhyun langsung masuk ke mansion utama. Empat orang yang semula sedang asik berbincang langsung melemparkan pandangan ke arah kami, terutama Yejin, ia bahkan langsung bangkit dari sofa dan menghampiri Baekhyun lalu menggenggam tangannya.
Seharusnya aku yang menggenggam tangannya!
Seharusnya aku yang mendapatkan kasih sayang Baekhyun!
"Kau pergi terlalu lama, aku merindukanmu," ujar Yejin yang berhasil membuatku muak.
Ingin rasanya aku menarik lengan Baekhyun dan berteriak keras-keras mengatakan bahwa aku adalah istrinya dan menampar pipi Yejin yang menyebalkan ini.
"Maafkan aku, ada beberapa hal yang cukup menghambat pekerjaanku," balas Baekhyun yang kemudian mengusap lembut pipi kanan gadis itu sambil tersenyum manis.
Oke, apa mereka bersikap layaknya suami-istri sekarang? Aku benar-benar muak! Siapa yang tidak panas melihat adegan menjijikkan ini? Istri mana yang rela suaminya berlaku manis terhadap wanita lain?
Tahan Mia... aku tidak boleh sampai terlihat marah. Aku bersikap biasa saja, meskipun rasanya kedua tanganku ingin mengepal. Tapi aku harus menyembunyikan perasaanku. Aku harus memaklumi keadaan Baekhyun yang tak mengingatku sama sekali.
Pandanganku teralihkan pada cincin yang masih melingkar di jari manis Baekhyun, melihat ia masih belum melepaskannya, hatiku berangsur dingin. Seolah-olah ia tahu kehadiranku, seolah-olah dia tahu bila aku miliknya.
"Kami akan menikah bulan depan!" tiba-tiba Yejin berseru, mataku langsung terbelalak tanpa bisa dikontrol. Seorang pria asing yang duduk di samping Suho langsung menepuk kedua tangannya.
"Jadi ini alasanmu menahanku di sini sampai bulan depan?"
Yejin mengangguk yakin. "Tentu saja, aku tidak akan membiarkanmu absen di pernikahanku, iya kan, sayang?"
"Begitulah. Aku ingin hari pernikahan kita sempurna."
Respon Baekhyun membuatku ingin menangis. Kepalaku mulai sedikit pusing, mungkin efek shock yang berlebihan. Aku sempat menutup kedua mataku selama beberapa detik yang sepertinya tertangkap basah oleh Katrina.
"Kau baik-baik saja, Hailey?" tanya Katrina.
Aku berpikir cepat, kalau kujawab tidak apa-apa bisa saja kecurigaan Katrina semakin membesar. Jadi lebih baik aku jujur saja.
"Aku merasa sedikit pusing."
"Kurasa dia masih shock karena kejadian hari ini." Baekhyun menambahi, ia menganggap yang terjadi padaku karena ulahnya. "Aku membuatnya menggantikan Katrina untuk mengelabui Hyunsik tanpa memberitahunya."
Bodoh! Aku shock karena kau akan menikahi gadis itu!
"Maafkan aku tidak memberitahumu terlebih dulu. Aku memang gegabah," jelas Baekhyun pada Suho.
Alih-alih mendapat cibiran, Suho malah terlihat senang. "Dan kalian berhasil?"
Baekhyun mengangguk yakin. "Hailey sangat membantu, ketidaktahuannya membuat rencanaku berjalan sangat baik. Aku berhasil mengelabui Hyunsik."
"Tunggu-tunggu," pria asing ini memotong pembicaraan mereka. "Siapa sebenarnya Hailey ini? Apa dia kekasihmu?"
Kata kekasih sepertinya sedikit menyinggung Katrina. Aku bisa melihat perubahan ekspresinya sesaat yang lalu.
Suho tertawa. "Dia adalah asistenku, Sofia Hailey."
"Asisten? Tunggu, jadi dia akan ikut kita ke Jepang, kan?"
Ke Jepang? Kapan? Aku bahkan tidak tahu sama sekali.
"Tentu saja." Suho mengerutkan keningnya. "Semua asistenku akan ikut ke Jepang."
"Wow! Oke, Hailey. Perkenalkan, aku Kim Mingyu." Ia mengulurkan tangan padaku. Otomatis aku segera membalas ulurannya. Senyumnya terpasang lebar. "Aku adalah sepupu Suho, tuanmu. Itu berarti aku juga menjadi tuanmu kan? Oleh karena itu kau harus menuruti semua perkataanku."
"Berhenti menggodanya, Gyu. Dia tidak akan menurutimu," sergah Suho cepat. Ia bangkit dan menggerakkan jari telunjuknya padaku. "Ikut aku Hailey, ada yang harus kau kerjakan."
Aku mengangguk dan mengekori Suho. Hal ini lebih baik daripada harus terus tertekan melihat Baekhyun dan Yejin, ditambah lagi sosok Mingyu yang sepertinya suka menggoda. Well, semoga dia tidak menggodaku lagi. Aku benci pemuda seperti itu.
Suho mengajakku ke ruangannya. Begitu menutup pintu ia langsung memberiku selembar kertas dan mengatakan maksudnya tanpa basa-basi.
"Kita akan pergi ke Jepang besok pagi. Siapkan semua yang ada di daftar. Kau bisa menemukan itu di ruangan ini dan masukkan ke koper. Jisoo sedang mengatur jadwalku, jadi kau yang harus melakukannya."
Aku menerima kertas dari Suho dan membacanya sekilas. Yang tertulis di sana hanya sekumpulan judul buku dan pengarangnya. Hei, untuk apa dia membawa itu ke Jepang?
"Aku akan membacanya selama di perjalanan." Seolah bisa membaca pikiranku, Suho langsung memperjelas.
Aku menangguk-anggukkan kepala. "Baiklah Tuan, saya akan menyiapkannya," ujarku.
Suho nampak puas mendengar jawabanku. Ia berbalik dan berjalan ke ambang pintu. Namun tubuhnya tiba-tiba berhenti dan kembali menatapku. "Oh ya, Hailey. Kau boleh langsung tidur setelah ini. Kita berangkat ke Jepang pukul sepuluh besok."
Setelahnya Suho berangsur pergi. Aku bergerak mencari judul buku yang tepat di antara berderet buku di ruangan ini. Berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaan dan segera melapor pada Siwon.
Kami tidak mungkin hanya tinggal sehari di Jepang, ini berarti rencana pemberian alat harus diubah. Aku tidak akan mengambil alatnya hari Minggu, melainkan besok. Ya, Bandara adalah tempat yang tepat untuk mengambil alat tersebut. Ramai dan besar, aku bisa bersandiwara, entah dengan beralasan pergi ke toilet atau yang lainnya.
Beruntung aku bisa menemukan lima buku di rak pertama dan ketiga dengan cepat, namun aku memiliki sebuah masalah, ya, tinggal satu buku lagi dan aku yakin pasti berada di rak atas. Entah di rak ke-empat, lima, atau bahkan delapan. Serius! Kenapa Suho memiliki koleksi buku sebanyak ini, sih? Rasanya seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Setelah mencari di rak ke-empat dan tak menemukan buku yang diinginkan Suho, aku berusah berjinjit untuk menggapai rak ke-lima, namun gagal, tubuhku tidak setinggi itu. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling ruangan dan bersorak dalam hati saat mendapati sebuah tangga di ujung kanan.
Aku segera mengambil tangga tersebut dan meletakkan ke tempat yang sekiranya aman. Di pinggiran rak terdapat pijakan kecil yang terbuat dari kayu, sepertinya perancangnya tahu cara yang tepat agar seseorang tidak perlu kesusahan memindah tangga hanya untuk mencari buku.
Aku sudah mencari buku tersebut di rak ke-lima dan hasilnya nihil. Segera aku bergerak ke rak di atasnya. Baru beberapa menit mencari, akhirnya buku tersebut berhasil kutemukan. Sebuah karya klasik dari seorang penulis asal Perancis. Wow, bahkan bukunya tidak diterjemahkan! Jadi Suho bisa berbahasa Perancis? Hebat juga.
Niatku selanjutnya adalah segera turun dan mengemas buku tersebut di dalam koper. Saat aku berusaha mendekat ke tangga dengan tanan kanan menggenggam buku, tiba-tiba saja buku tersebut terlepas dari tanganku dan meluncur begitu saja ke lantai. Otomatis aku terkejut dan menengok ke bawah secara tak sadarkan diri, bodohnya, ketika aku kembali menatap ke depan, tak sengaja pundakku menyenggol tangga dan...
BRAKK!!
AKU MENJATUHKAN TANGGA TERSEBUT DALAM KEADAAN MASIH BERADA DI KETINGGIAN 3,5 METER!
HELL NO!
BAGAIMANA CARANYA UNTUK TURUN?!
Bodoh! Mia kenapa kau ceroboh sekali, sih?
Sekarang apa yang harus kulakukan? Tidak mungkin aku melompat dari ketinggian seperti ini. Oke, mungkin aku akan selamat, tapi tetap saja, pasti terasa sakit bila tubuhku sampai di bawah sana.
"Astaga, apa yang terjadi di sini?"
Suho muncul dari balik pintu, ia kelihatan terkejut melihat buku dan tangga tergeletak di lantai. Namun keterkejutannya semakin membesar saat melihatku masih berpegang erat di atas rak sambil meringis.
"Hailey!" teriaknya padaku.
Aku menggedikkan bahu. "Maafkan saya, tapi tangganya tak sengaja terjatuh."
Suho mendecak, ia segera berjongkok dan berusaha mendirikan tangga seperti semula. Sayangnya sisi kanan tangga tersebut patah akibat tubrukan yang cukup keras dengan lantai hingga tak bisa berdiri.
Hell, aku benar-benar troublemaker.
Suho kembali menunurkan tangga tersebut dan melebarkan kedua lengannya kemudian bergumam, "Melompatlah, aku akan menangkapmu!"
Apa?
Melompat?
"Maaf, Tuan?"
"Melompatlah Hailey, aku akan menangkapmu di bawah sini," jelas Suho yang sebenarnya sudah kumengerti sejak tadi. Tapi hei! Bukankah tidak sopan untuk melakukannya?
"Oke, jadi kau tidak mau melompat? Tidak ada tangga setinggi itu selain di ruanganku." Suho semakin melebarkan lengannya. "Kau tidak percaya padaku?"
"Apa Tuan yakin?"
Suho tertawa kecil dan mengangguk. "Ya, aku berjanji akan menangkapmu, Hailey."
"Oke."
Jujur, ada sedikit keraguan dalam hatiku. Takut kalau Suho hanya berpura-pura dan berniat menjebakku. Tapi ayolah, aku sudah melakukan apa yang dia minta, jadi tidak mungkin ia mempermainkanku, kan?
Well, aku harus mempercayainya kali ini.
Kututup kedua mataku dan kulepaskan pegangangku pada rak buku perlahan, kemudian kudorong kedua kakiku untuk melompat pelan sambil menahan keinginan untuk berteriak dan...
BRUKK!
Apa aku masih hidup?!
Kenapa aku tak merasa sakit sama sekali?
Kubuka kedua mataku pelan-pelan, punggungku terasa hangat karena pelukan seseorang. Saat kudongakkan wajah ke atas, aku mendapati dagu Suho. Ia melirikku. Bibirnya meringis, mungkin menahan sakit akibat berat badanku.
Faktanya adalah kami terjatuh ke lantai. Tidak, sebenarnya Suho yang terjatuh di lantai, sementara aku masih cukup empuk karena berada di atasnya.
Belum sempat aku mengatakan apapun, Suho sudah merubah posisinya. Ia mendorongku ke lantai, sementara pria itu menahan tubuhku dengan kedua lengannya. Ia menatapku nakal dan tersenyum miring.
"Masih tidak percaya kalau aku akan menangkapmu, lady?"
TO BE CONTINUED