Ciee...Ketipu nih....
Hahaha... 😅😅😅
Author Pov.
Dinginnya lautan membuat kulit Marcel memucat. Ia menggigil, memeluk dirinya sendiri dengan tangannya. Ekornya sudah mati rasa. Perjalanannya sungguh melelahkan karena jaraknya yang jauh.
"Sebentar lagi sampai," Ia terus menyemangati dirinya sendiri.
Kerajaan Laut telah terlihat dari sini. Sepertinya ia akan sampai. Tadi, ia sempat bertemu dengan kawanan siren terkutuk. Lantas Marcel langsung mengumpat di dekat koral. Bukannya takut, tapi ia harus menyelamatkan sang pangeran terlebih dahulu.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, ia sudah sampai di Kerajaan Laut. Ia disambut hangat oleh para Siren. Raja juga menghampiri Marcel.
"Salam hamba kepada Yang Mulia Raja Neptune," Marcel membungkuk hormat. Para pelayan pun mengikutinya dan langsung pergi dari hadapan dua orang penting ini.
"Marcel, mari ikut aku memakan hidangan yang kecil ini," Raja mempersilahkan Marcel ke meja makan.
Disana telah tersaji beberapa agar rumput laut. Terlihat hijau dan kenyal. Sungguh membosankan.
Marcel mematuhi segala perintah Sang Raja kepadanya. Sungguh ia tidak bisa menolak karena perutnya pun telah bernyanyi ria didalam sana.
✺✺✺
Mata Marcel terbelalak kaget saat melihat kondisi Pangeran Sea. Lagi-lagi raut wajah terkejut membuat hati Neptune teriris sakit. Seperti tidak ada harapan lagi untuk anaknya agar bisa hidup.
Mengapa jadi seperti ini? Bahkan hal ini diluar dugaan, batinnya.
Marcel menatap Sang Raja untuk memohon ijin. Raja yang mengetahui maksud tatapan Marcel pun mengangguk kecil. Segera Marcel menghampiri Sang Pangeran dengan cemas.
"Ini tidak bisa dibiarkan. Maaf sebelumnya Raja, biar aku yang menjelaskan kepadamu," Marcel menarik nafas. "Aku melihat tubuh Pangeran Sea terkena gelembungnya sendiri. Tapi, perubahan kulit pada Pangeran disebabkan karena racun."
"Apa maksudmu dengan 'racun' itu?"
"Jadi, didalam tubuh Okta mengandung tinta yang kental dan pekat. Tinta itulah yang mengandung racun. Bukankah Okta seekor gurita?" imbuhnya lagi.
"Iya, kau benar juga. Aku bahkan tidak berfikiran seperti itu. Lalu, bagaimana cara menyembuhkan Sea?"
"Hamba akan membawanya ke hadapan Vale, Yang Mulia," Marcel membungkuk hormat.
"Kau yakin, kau dapat menjaganya?"
"Bahkan nyawa pun akan hamba pertaruhkan," Jawab Marcel tenang.
"Kapan engkau akan berangkat?" Tanya Raja Neptune penasaran.
"Hari ini, tepat setelah matahari tenggelam,"
✺✺✺
Perjalanan yang jauh kini harus ditempuh Marcel lagi. Sialnya ia harus membawa tubuh Pangeran yang sangat dingin dan pucat.
"Aku beri kau lingkaran pelindung untuk berjaga-jaga. Kumohon, jagalah anakku," Raja menatap lirih kearah Marcel yang mengangguk kecil. "Aku akan pergi ke selatan untuk membantu para paus yang terjebak di pukat harimau."
"Hamba laksanakan, Raja. Hamba pamit," Marcel mengepak ekor duyungnya. Kedua tangannya tengah menggendong Pangeran Sea.
Marcel terus berenang di tengah-tengah kerumunan ikan mas. Sedaritadi pikirannya terus bertanya-tanya. Bagaimana cara menyembuhkan Pangeran? Pertanyaan tersebut terputar berulang-ulang dikepalanya.
Lingkaran yang melindungi tubuh Marcel terasa sangat hangat. Memang tidak terlihat namun dapat dirasakan. Tidak terasa, perbatasan telah terlihat dari sini. Juga para pengawal yang tiada hentinya berjaga tanpa lelah.
Para pengawal perbatasan menunduk hormat serta mempersilahkan Marcel melewati daerah siren terkutuk. Ia hanya mengangguk kecil, lalu segera berenang kembali.
Marcel berenang dengan tenang seolah ia tidak merasakan kejanggalan apapun didalam perjalanannya. Tapi, setelah setengah perjalanan, ia dihadang langsung oleh dua siren terkutuk.
"Hei,..Kita menemukan seorang siren terhormat di tangan seorang siren lemah. Hahaha..." Mereka tertawa kencang hingga membuat ikan yang lewat langsung berenang menjauh.
"Shit! Minggirlah, aku tidak punya urusan dengan kalian. Aku sedang terburu-buru. Ku--"
"Oh, kau sedang terburu-buru yah? Kau memang tidak memiliki urusan dengan kami tapi Pangeran yang digendonganmu adalah buruan kami," ucap salah satu teman siren terkutuk itu.
Marcel tersenyum miring. "Majulah jika engkau bisa."
Merasa diremehkan, kedua siren terkutuk itu maju dengan manantang. Tapi setelah jarak setengah meter, mereka tiba-tiba terpental jauh dan menabrak batu karang. Darah hitam keluar dari hidung serta mulut mereka. Mereka menggerang kesakitan lalu segera mengeluarkan kekuatannya. Si rambut coklat tua menaikkan tangannya, membuat batu kerikil yang terendam di endapan pasir laut mulai bergetar hebat dan keluar mengikuti arah gerak tangannya.
Bruuk...Bruuk...
Batu-batu tersebut terpental karena menabrak lingkaran pelindung. Si rambut kuning cerah juga tidak mau kalah. Ia mengepal tangannya erat. Ribuan besi runcing seperti paku berada di belakanngnya yang siap menusuk siapa saja.
Marcel menelan ludahnya gugup. Ribuan besi runcing? Yang benar saja, bahkan lingkaran pelindung ini semakin lama semakin menipis. Tidak mau ambil pusing, ia mengangkat jari telunjuknya kemudian memberi gerakan memutar. Seketika gelombang air menyelimuti tubuhnya juga tubuh Pangeran.
Batu-batuan yang terlempar kearahnya kini mengarah terbalik ke si empunya kekuatan, yakni si rambut coklat. Sedangkan ribuan benda runcing tersebut kini mengarah kepadanya juga si rambut coklat. Dan...
Bugh! Bugh! Krash..Krash...
Sudah terkena batu hantam, terkena benda runcing pula. Kedua siren terkutuk itu tergeletak mengenasakan. Batu menghantam setiap bagian tubuhnya dan benda runcing tersebut menusuk disetiap incinya.
Senjata makan Tuan!
Marcel yang tidak ingin banyak masalah, segera berenang menjauh dari tempat kejadian. Akhirnya, Marcel dapat bernafas lega. Ia sedikit merasa lelah karena menggunakan kekuatannya dengan besar.
.
.
.
.
.
.
.
Kantuk kini menyerang dirinya. Tangannya sudah mati rasa karena terus menggendong Pangeran. Sialan! Ia hanya bisa mengumpat dirinya sendiri.
Tiba-tiba air bergelombang kencang. Ada apa ini? Semua ikan berenang cepat kearahnya. Mereka seperti menghindari sesuatu yang besar. Apakah seekor predator semacam hiu? Sepertinya bukan. Ia saja melihat hiu berenang menjauh.
Marcel menengok ke belakang karena penasaran. Matanya terbelalak kaget. Double Shit!!
Sebuah jaring- Ah bukan, sebuah pukat harimau yang sangat panjang dan luas terbentang bebas menangkap hewan air apa saja yang masuk kedalamnya, bahkan anak ikan bawal sekalipun.
Buru-buru Marcel berenang cepat menjauh dari pukat harimau yang terus mendekat kearahnya. Sialan!! Sumpah serapah terus ia ucapkan ketika ekornya tersangkut disalah satu jaring. Tubuhnya meronta-ronta karena ketakutan. Sedangkan tangannya masih berusaha tetap menggendong Sang Pangeran dengan aman.
Sekarang pukat harimau tersebut mulai menuju kepermukaan. Sialnya lagi, ekornya masih tersangkut. Sehingga ia menggantung dengan posisi ekor diatas. Tripple Shit!!!
Dengan frustasi, Marcel menggerakkan tangannya memutar hebat seolah-olah ia sedang membuat pusaran air yang besar. Ternyata sungguhan, ia benar-benar membuat pusaran air yang sangat besar. Lalu ia menggerakkan tangannya menuju pukat harimau yang telah menangkap banyak (sekali) ikan. Ternyata pusaran tersebut membuat kapal manusia (yang menaruh pukat harimau tersebut) menjadi oleng. Pusaran tersebut hanya sebagai pusat perhatian saja.
Marcel dengan sigap memotong jaring (pukat harimau) itu satu per satu menggunakan pedang yang tersampir rapih dipunggungnya tadi. Sebelumnya, ia mengikat tubuh Sang Pangeran dipunggungnya. Menggantikan pedangnya, mungkin.
Tali dijaring ini sungguh kuat. Arrggh..... Dia benar-benar frustasi berat. Ia sangat lelah. Belum lagi pusaran air yang ia buat terus menggerogoti energinya. Marcel memberi suruhan kepada ikan-ikan agar sedikit menjauh dari area tebasannya. Para ikan pun mengangguk mengerti, memberikan sedikit ruang untuk pedang Marcel. Akhirnya pedang tali tersebut putus secara perlahan. Pedangnya tiada henti untuk menggores permukaan tali tanpa melukai ikan-ikan yang ada didalamnya.
Yes!!!
Senyum sumringah terlukis diwajahnya. Betapa bahagianya bisa terlepas dari jaring sialan itu. Walaupun hanya memotong beberapa tali, tapi ia bisa mengeluarkan para ikan dari dalam jaring tersebut. Lagipula kapalnya sudah oleng. Para pelaut tadi sudah memakai sampan kecilnya untuk menyelamatkan diri.
Perjalanan-nya ia lanjutkan. Marcel menghembuskan nafasnya berat. Perjalanan yang sungguh amat melelelahkan. Pangeran masih aman dipunggungnya. Ditangannya masih menggenggam pedang yang tadi ia pakai.
Biarlah seperti ini dulu. Pangeran masih aman kan? Jika Pangeran terus aku gendong, bisa-bisa patah tanganku ini, -gumamnya.
.
.
.
.
.
.
Matahari telah mengintip dari timur. Kicauan burung terus memenuhi pagi ini. Apalagi para ikan yang mulai mencari makanan paginya.
Memangsa yang lemah. Maka yang kuat akan berkuasa. Begitulah hukum alam di lautan.
Back to the topic. Marcel sangat lelah. Tubuhnya tak bisa menopang tubuh Sang Pangeran lagi. Ia ambruk, terjatuh diantara anemon laut. Ia tidak menyerah, tapi tubuhnya tidak dapat dipaksa lebih jauh.
Matanya menutup secara perlahan. Pangeran masih setia menempel dipunggungnya.
"M--Ma..af...."
✺✺✺
Sorry buat yang diatas..😅 Kesel yah 😡😡... Ciee..Penasaran 😂😂
10 komen teratas aku tag orangnya dicerita... Siapa mau??
Tinggalkan jejakmu 👣👣👣