Prince Of Sea [REVISI]

Lalaterbang tarafından

264K 14.3K 643

Tentang kami, makhluk yang hidup di dasar laut. Dan tentang dia, seorang gadis manusia. [ R E V I S I ] Per... Daha Fazla

Prologue
CAST
Halaman 1 : Awal Sekolah
Halaman 2 : Bertemu Gadis Barbie
Halaman 3 : Setetes Kejujuran
Halaman 4 : Kehidupan Baru
Halaman 5 : Neptune
Halaman 7 : Siren Terkutuk
Halaman 8 : Hiduplah Bersamaku!
Halaman 9 : Okta
Halaman 18 : Terlalu Menyakitkan
Halaman 19 : Terlalu Menyakitkan (2)
Halaman 20 : Kekuatan Marcel
Halaman 21 : Belanja Bersama Marcel
Halaman 22 : Janjimu, Janjiku Untukmu
Halaman 23 : Latihan Basket
Halaman 24 : Serpihan Penyesalan
Halaman 26 : Me and My Imagination
Halaman 27 : Terulangnya Rasa Sakit
Halaman 28 : Aku Menangkapmu
Halaman 29 : Mengejutkan
Halaman 30 : Karma
Halaman 31 : Chiko's Birthday Party
Halaman 32 : Chiko's Brithday Party (2)
Halaman 33 : Dia Menyayangimu
Halaman 34 :Janji Untuk Selamat
Halaman 35 : Perjalananku
Halaman 36 : Sherina
Halaman 37 : Penolakan
Halaman 38 : Belajar Berjalan, Hm?
Halaman 39 : Inilah Alasanku Untuk Menjauhimu
Halaman 40 : He's a CEO?
Halaman 41 : My New Friend
Halaman 42 : Mr. Forn's Family
Halaman 43 : A Mr. Forn Mission
Halaman 44 : Pertemuan
Halaman 45 : Menemukan Dirimu
Halaman 46 : Bellanzi Reina Demelish
Halaman 47 : Hai Nona, Kita Bertemu Kembali
Q/A PART 2
Halaman 48 : Aku (tidak) Baik-Baik Saja
Halaman 49 : Kejutan
Halaman 50 : Kebahagiaan Dalam Duka
Halaman 51 : Aku Bahagia
Halaman 52 : Jangan Menangis
Halaman 53 : Melewatkan Kesempatan
Epilogue

Halaman 25 : Sparing Basket

3.8K 250 1
Lalaterbang tarafından

Author Pov.

Mentari mulai nampak dari peraduannya. Bersamaan dengan sinar matahari terbit yang menembus jendela kamarnya, si barbie siap untuk berangkat sekolah. Seragam, tas, dan juga sepatu yang telah ia kenakan. Begitu pas, cocok, dan juga cantik, tentu saja. Setelah siap, ia bergegas menuruni tangga.

"Selamat pagi, Marcel!" sapa Vale dengan girang.

"Pagi barbie!" balas Marcel dengan senyuman hangat. Ia melanjutkan mengikat sepatu sport miliknya.

"Kau tidak membawa tas?"

"Tidak. Lagipula hari 'kan free class?"

"Astaga, benarkah?" wajah Vale menjadi murung. Marcel yang melihatnya pun langsung menghampiri, "Kau tak apa?"

Vale menggeleng, "Berarti hari ini kita tidak belajar?"

"Hei, pelajaran 'kan sudah selesai. Terus apa yang akan dipelajari? Kita hanya menunggu ujian saja," Marcel merangkul Vale dan menuntunnya ke arah bagasi mobil.

Kemudian Marcel mempersilahkan Vale masuk kedalam mobil putih tersebut, "Ladies first~". Vale tersenyum dan masuk mobil dengan perlahan.

Mobil putih tersebut melaju dengan cepat menuju sekolah ternama itu. Disepanjang perjalanan, Vale menatap kearah jalan raya yang masih renggang--masih pagi--hanya terlihat beberapa kendaraan yang berlalu-lalang.

"Nanti kamu nonton sparing aku 'kan, Vale?" ucap Marcel yang membuat lamunan Vale buyar. Vale tersenyum dan mengangguk.

"Setelah ini kamu akan mengganti seragammu dengan kaus basket?" tanya Vale.

"Ya, tentu saja. Kau mau bertaruh?"

"Bertaruh itu dilarang, tau."

Marcel memutar bola matanya, "Uf, ini hanya untuk bermain saja."

"Oh, begitu. Kalau begitu kita akan bertaruh apa?"

"Jika aku memasukkan bola ke ring sampai 7 kali, maka kau akan menuruti 3 keinginanku, bagaimana?"

Vale tampak menimbang pernyataan Marcel tadi. "Baiklah, tapi jika kamu gagal, maka belikan aku 10 novel terbaru bulan ini, bagaimana? Deal?"

"Setuju!" Marcel mengulurkan tangan untuk bersalaman. "Deal!!!" soraknya gembira.

ʊʊʊʊʊʊʊ

Setelah mengganti seragamnya dengan kaus, Marcel pun segera menjemput Vale yang masih berada didalam kelas. Disepanjang koridor sekolah, Marcel ditatap oleh semua perempuan tanpa berkedip. Siapa yang tidak kenal Marcel? Sungguh, tatapannya mampu membius kaum hawa.

Ia pun dihadang oleh perempuan yang, um, menor--bedaknya terlalu tebal--kemudian seragamnya pun diikat dan terlihat perutnya sedikit. The girl's nama genknya. "Hei, Marcel, kau ingin berlomba?" ucapnya dengan nada, ugh, menjijikan.

"Minggir dari hadapanku!" sergah Marcel.

"Jangan terburu-buru Cel, aku pasti akan menontonmu, kok!" ucapnya lagi namun kali ini ia mulai menyentuh otot lengan Marcel dengan menggoda.

Marcel segera menepis tangan hina itu dari lengannya, "Oh, maaf, tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh kulitku. Dan, aku terburu-buru. Permisi," Marcel lewat dengan gaya mengusir. Masa bodoh mereka yang terus menggerutu kesal daritadi. Semoga saja setelah ini mulutnya akan berbusa.

Marcel pun masuk ke kelas. Ya, Vale ada disana, dikerubungi para teman se-club basketnya. Kesal, ia pun langsung mendobrak meja. Bruk, membuat teman-temannya berkisar sebelas orang langsung melonjak kaget.

"Eh, njir bikin gw kaget ajah!" celetuk salah satu dari mereka. Ia Ferry, berambut hitam kelam dan mata bermanik coklat.

"Tau nih, si monyet, dateng-dateng sewot!" kesal Tom yang sedang bersedekap dada.

"Ah, bacot! Lagian kalian ngapain sih disini, hah?!" teriak Marcel. Ia sedang berkacak pinggang. Bukannya merasa takut, malah terasa geli karena ia cocok sebagai ibu tiri yang kejam.

"Kita 'kan kesini nyamperin elu. Trus kata Vale, elu lagi ganti baju. Yaudah, sbagai teman yang baik, kita nemenin Vale karena dia sendirian. Ya 'kan guys?" sahut Jeremi, yang punya sikap playboy dan cerewet.

"Alah, modus ajah belagu! Yaudah, woles ajah kali bro, sekarang semuanya udah lengkap. Ayo, kita tunjukin siapa itu IBBC!!" teriak Chiko dengan semangat. Inilah dia, sikap sok kepemimpinan yang berlebihan.

Mereka pun keluar dari kelas menuju lapangan sekolah. Disana, sudah ada sekolah lain yang menunggu. Dibelakang ada Vale dan Marcel. Mereka berjalan sangat pelan, sampai tertinggal jauh. Marcel menggandeng tangan Vale dengan lembut.

"Kamu tadi bicara kasar, Marcel!"

"Ah, iya, maaf, maaf deh! Aku tuh kesel banget! Lagian mereka ngedeketin kamu sih!"

Vale tersenyum jahil, "Kamu cemburu yah?"

"Ah, enggak kata siapa?"

"Tuh, lihat wajahmu merah. Ternyata lelaki bisa blushing juga yah!"

"Ini karena cuaca panas tau,"

"Ah, masa? Inikan sedang musim hujan. Lagipula cuaca hari ini cerah!" Vale tertawa sedangkan Marcel menutupi wajahnya karena malu.

"Sudahlah, nanti kamu teriakin nama aku yah, biar semangat!" ucap Marcel sembari tersenyum kearah Vale membuat Vale mengangguk. "Kamu masih inget 'kan, taruhan kita?"

Vale mengangguk kembali. "Ya, aku inget kok! Kamu semangat yah! Buat sekolah bangga, terutama aku. Dan juga,,,, semoga kamu menang taruhan. Tapi, kayaknya aku nggak yakin nih!" Vale melirik kearah Marcel sambil senyum-senyum sendiri.

Marcel yang gemas, segera mencubit pipi Vale, "Do'a-in aku barbie!" Marcel pun mengacak rambut Vale kemudian berlari kearah tengah lapang.

Vale duduk dibangku penonton. Ia membawa tas bekal yang sudah ia siapkan untuk Marcel, seperti handuk kecil, air laut, bahkan snack juga ada. Ia duduk dibarisan kursi penonton. Ia sendiri, tidak ada teman lainnya selain Marcel.

Riuh tepuk tangan serta sorak-sorak nama pemain diteriakkan oleh anak perempuan. Disana juga ada chiliders yang terus menyemangati dengan gerakan energic. Penonton pun terus menyemangati club basket sekolah mereka. Diseberang lapangan, ada tim sekolah SMAN 34. (Huh, gak tau lagi mau sekolah apa-bingung)

Pluit ditiup kencang membuat gemuruh teriakan penyemangat semakin kencang. Vale terdiam sembari menonton pertandingan tersebut dengan senyuman. Cara duduknya terlihat anggun, manis, dan tidak berlebihan.

Marcel sempat mengedipkan sebelah matanya kepada Vale. Hal itu membuat anak-anak perempuan menoleh kearah Vale dengan tatapan iri. Dan Vale hanya tersenyum kikuk. Didalam senyuman manisnya ia bergumam, "Kamu pasti bisa!"

Bola basket teroper dari Chiko kepada Marcel. Ia mendribel bola sembari menjaga bola basket tersebut masih ada di tangannya. Sempat saja seorang lawan hendak mengambil bola basket tersebut, namun segera terlempar jauh menuju Tom.

"Tom, sini! Kesini!" teriak Marcel yang berada didekat ring. Bukannya memberi, ia malah memberinya pada Jeremy yang berada dibelakang--ring sendiri atau kandangnya--membuat Marcel kesal, "Ck, dasar bodoh!"

Dengan lemparan jauh ala Jeremy, bola pun melambung keatas. Dengan sigap, Marcel menangkap operan bola bulat itu dengan semangat. Dan langsung melompat menuju ring. Kriing, bunyi ring-tabda bola masuk- pluit wasit pun berbunyi.

Tim IBBC pun bersorak riuh dengan lambaian tangan ke arah penonton. Tapi Marcel, ia hanya melambaikan tangannya kearah Vale yang sedang bertepuk tangan dibangku penonton. Marcel menunjukkan jari telunjuknya menandakan bahwa, "Ini baru satu."

Vale tersenyum bahagia. Kalau Marcel menang, tiga syarat itu mudah, menurutnya. Toh, kemenangan mereka juga sekolah akan bangga, bukan? Vale juga tidak akan menghalangi kemenangan tersebut. Tiba-tiba kakinya nyeri, kaku, dan mati rasa. Sungguh ini sangat menyakitkan. Tapi ia tidak mungkin menunjukkan wajah sakitnya dihadapan Marcel. Hal itu akan membuat Marcel menghampirinya lalu ia di ganti oleh pemain pengganti, terlebih jika club mereka didiskualivikasi. Huh, jangan sampe.

Vale menggigit bibir bawahnya karena menahan rasa sakit yang begitu dalam. Kakinya terasa ditusuk-tuauk oleh benda tak kasat mata. Sungguh amat sakit. Peluhnya mulai bercucuran. "Tahan Vale, tahan!" batinnya.

Dengan tergesa-gesa,Vale membuka air minumnya yang berisi air laut tersebut. Setelah dirasa cukup, Vale mulai bernapas lega. Rasa sakitnya berangsur hilang. Hah, untunglah.

Layar kaca skor menujukkan   lebih unggul daripada SMAN 34. Perrandingan pun terus berlanjut sampai pluitd kembali--tanda istirahat.

Marcel langsung menghampiri Vale yang tengah duduk di bangku penonton. Vale sendiri. "Hei, kau lelah?"

Marcel tergopoh-gopoh. Kini jantungnya berdetak dua kali lebih kencang dari biasanya. "Ya, sangat lelah." katanya smbari meluruskan kedua kakinya.

Tanpa diminta, anak-anak perempuan menghampiri Vale dan Marcel. Mereka membawa air mineral juga tisu.

"Nih, Marcel buat kamu!"

"Marcel, kamu ambil punya aku ajah!"

"Ih, Marcel aku udah beliin ini special buat kamu juga!"

Sebuah tangan putih selembut kapas itu terulur dengan sebotol air minum yang berisi air laut yang menyegarkan. "Minumlah..." Suaranya terdengar pelan tapi merdu untuk didengar.

Para perempuan ini pun melongo dengan gadis didepannya. Senyumannya terukir diwajah putihnya. Seperti pahatan Tuhan yang paling sempurna.

Marcel menerimanya dengan senyuman. Bukan hanya mengambil air dibotol minumnya, ia juga menarik Vale untuk duduk disebelahnya. "Maaf gadis-gadis, sepertinya kalian sudah cukup melihat kekasihku? Maaf, aku menolak semua pemberian dari kalian, karena aku sudah punya yang lebih dari istimewa."

Para perempuan tersebut mendengus kasar. Mereka semua kalah telak. Kalah dalam kecantikan, perilaku, dll. Semuanya dimiliki oleh Vale. Semua, termasuk kesedihan.

Marcel menenggak minumannya sampai habis. Ragu-ragu, Vale menyeka keringat Marcel menggunakan handuk kecil. Manik hijau Vale dapat menghipnotisnya. Marcel terus menatap kagum pada ciptaan Tuhan ini.

"Oh, maaf," Vale memberikan handuk kecilnya kepada Marcel. Ia jadi malu.

"Barbie, kamu masih inget taruhan kita, bukan? Um, kamu tau nggak aku udah masukin 4 bola ke-ring khusus buat kamu," kata Marcel. Vale mengangguk sembari membuka bungkus cokelat.

"Aku mau dong!" Marcel pun menerima sebatang cokelat dari Vale. "Wah, cokelat!"

Macel memakan cokelatnya dengan terburu-buru. Ia sudah menyadari bahwa pluit akan ditiup kembali. "Marcel, pelan-pelan makannya kalau tidak nanti kamu terse--"

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Marcel menepuk dadanya.

"--dak" lanjut Vale. Ia meminumkan sebotol air laut lagi untuk Marcel. "Kamu tuh ya!"

"Hehehe, iya deh, maaf. Aku mau nyusul mereka yah!"

"Tunggu!" ucapan Vale membuat langkah kakinya terhenti.

Vale mengelap sisa coklat yang ada dimulut Marcel dengan tisu. "Dah, bersih. Memangnya kamu mau ditertawakan oleh para siswa?"

Marcel mematung. Apakah benar itu semua perbuatan Vale? Itu,,,, membuatnya ingin terbang!

💛💙💜💚

Oh, so sweet! Haduuuh akuh jadi irrriiiiii!!
*Gigitin kuku
*Sambil nangis bombay

Ini tulisan terbanyak!

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

624K 7.5K 8
Ini kisah tentang Evelyn Kim apa biasa disapa Eve. Dia tidak seperti para wanita lain pada umumnya yang memiliki sifat lemah lembut atau wanita manja...
1.5M 113K 34
Ia melihat seekor serigala yang terluka, Menjadi putri dari dokter di gerombolannya memacu dirinya untuk menyelamatkan serigala itu, dan itu yang ia...
1.7M 134K 102
Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Thalia mengalami kecelakaa...
926K 21K 9
-tamat- SEDANG DALAM PROSES REVISI, kembalilah setelah proses perbaikan selesai, tapi kalau kalian tetap memaksa ingin membacanya aku tidak bertanggu...