Kembalinya Pendekar Pemanah R...

Por JadeLiong

120K 1.7K 44

Sekuel kedua dari trilogi Pendekar Rajawali yang melegenda. Latar belakang kisah novel ini terjadi pada masa... Más

Jilid 1
Jilid 2
Jilid 3
Jilid 4
Jilid 5
Jilid 6
Jilid 7
Jilid 8
Jilid 9
Jilid 10
Jilid 11
Jilid 12
Jilid 13
Jilid 14
Jilid 15
Jilid 16
Jilid 17
Jilid 18
Jilid 20
Jilid 21
Jilid 22
Jilid 23
Jilid 24
Jilid 25
Jilid 26
Jilid 27
Jilid 28
Jilid 29
Jilid 30
Jilid 31
Jilid 32
Jilid 33
Jilid 34
Jilid 35 (TAMAT)

Jilid 19

2.3K 42 0
Por JadeLiong

Dalam sibuknya itu ia sempat gunakan gerakan "wan-yan-Iian-goan-tui atau tendangan berantai yang mengapung di udara, dengan demikian barulah serangan Siao-liong-Ii yang tak kelihatan itu dapat dihindarkannya.

Nyo Ko sendiri sewaktu melompat lewat kaki Siao-lioag-li sudah menduga bakal terjadi peristiwa itu, maka tidak menunggu musuhnya turun, pentung bambunya terus menyodok lagi.

Tetapi dengan kipasnya Hotu tahan ujung pentung orang terus melompat ke samping, ia berdiri jauh dari Siao-liong-li dan memandang beberapa kali pada gadis ini, pikirnya: "Daerah Tionggoan nyata memang banyak orang pandai, hanya kedua muda-mudi ini saja, kenapa ilmu silatnya begini hebat?"
Dalam pada itu dengan menggunakan keuntungan kejadian itu, segera Nyo Ko melontarkan tipu2 serangan Pak-kau-pang-hoat, beruntun ia keluarkan tiga serangan yang mematikan hingga Hotu kececar kalang kabut dan terpaksa bertahan sekuatnya, siapa tahu serangan keempat Nyo Ko tak bisa lagi menggunakan kebagusan Pang-hoat itu hingga sedikit terlambat gerakannya, kesempatan ini digunakan Hotu untuk melakukan serangan balasan, maka kembali Nyo Ko terdesak di pihak asor lagi.
Bagi orang yang tak kenal Pak-kau-patig-hoat tak menjadi soal, tetapi Ui Yong merasa sayang akan kelambatan Nyo Ko itu, segera ia menembang: "Putar pentung cepat pakai gerakan bagus, hantam anjing galak dari samping tanpa menoleh"
Apa yang diuraikan Ui Yong ini adalah istilah Pak-kau-pang-hoat yang sangat dalam artinya, Nyo Ko belum pernah mendapatkan petunjuk2 dari orang pandai, ia tak tahu cara bagaimana dan kapan tipu serangan itu harus dilontarkan tetapi demi mendengar uraian Ui Yong, betul saja pentungnya segera menyamber dan menyodok dengan cepat.
Gerak serangannya sangat aneh, namun Nyo Ko sendiri belum tahu bagaimana hasilnya, siapa tahu, dengan tepat pentungnya justru memapaki kipas Hotu yang waktu itu lagi mengebas hingga terpaksa Hotu Iekas2 meloncat pergi menghindarkan diri.
"Bagaimana cara pukul anjing kelabakan yang meloncati dinding? Hantam pantat anjing dan gebuk ekornya!" kembali Ui Yong menembang pula.
Harus diketahui Pang-hoat turun temurun dari Kay-pang ini, diantara kaum pengemis dengan sendirian tiada cendekia, atau terpelajar maka kata2nya sudah tentu biasa saja, orang lain2 mengira setelah Ui Yong itu digunakan memaki musuh sebagai anjing, tak tahunya justru Nyo Ko lagi diberi petunjuk.
"Pak-kau-pang-hoat itu meski dibilang tak "diturunkan pada orang luar kecuali Pangcu, tetapi pertama Nyo Ko mahir sendiri, kedua, pertandingan ini besar hubungannya dengan nasib negara dan harus dimenangkan maka Ui Yong tidak pikirkan batas peraturan Kay-pang lagi, ia masih terus mengutarakan istiiah2 Pang-hoat untuk memberi petunjuk pada Nyo Ko disesuaikan dengan keadaan masing2 yang lagi saling labrak itu.
Dan karena setiap uraiannya adalah intisari yang tepat, ditambah Nyo Ko memang cerdik, beberapa kali berhasil, maka iapun tidak sangsi lagi, begitu dengar kata Ui Yong, segera dilontarkan tipu serangannya.
Daya kekuatan Pak-kau-pang-hoat ini memang nyata luar biasa hebatnya, percuma saja Hotu memiliki ilmu silat tinggi, ia terdesak hingga main putar terus oleh ancaman pentung bambunya Nyo Ko tanpa bisa membalas.
Karena itu, tampaknya dua-tiga gebrak lagi pasti Hotu akan jatuh kalah, dengan mata terpentang lebar2 para kesatria itu menjadi girang luar biasa tercampur kagum.
"Nanti du!u!" teriak Hotu mendadak sambil desak Nyo Ko mundur setindak.
"Ada apa? Sudah ngaku kalah?" kata Nyo Ko tertawa.
"Kau bilang berebut Beng-cu untuk gurumu kenapa yang kau pakai adalah ilmu silatnya Ang Chit-kong?" sahut Hotu dingin, mukanya muram gelap. Dan kalau bilang berebut Beng-cu untuk Ang Chit-kong, bukankah tadi sudah terjadi bertanding dua babak sebenarnya kau sengaja main kelit dan ngawur atau ada maksud lain?"
Betul juga pikir Ui Yong, kata2 orang memang susah didebat, selagi hendak main pokrol2an untuk membantah orang, mendadak Nyo Ko membuka suara.
"Ya, apa-yang kau katakan sekali ini masih terhitung masuk akal" demikian sahut Nyo Ko, "Pang-hoat ini memang ajaran Suhuku, sekalipun mengalahkan kau agaknya kaupun belum mau takluk. Kalau kau mau berkenalan dengan ilmu silat perguruanku, hal inipun tidak susah. Kalau aku tadi pinjam ilmu silat aliran lain sebab aku takut kau akan lebih celaka jika aku keluarkan kepandaian perguruanku sendiri."
Kiranya demi mendengar teguran Hotu, segera Nyo Ko ingat kalau menangkan orang dengan Pak-kau-pang-hoat, kepandaian Kokoh mana bisa dikenal orang? Dan bukankah Kokoh akan mengomeli aku lupa pada kebaikannya?
Padahal pikiran Siao-liong-li polos, dalam hatinya penuh rasa hangat dan manis madu terhadap Nyo Ko, asal bisa pandang si pemuda rasanya sudah puas dan tidak terpikir lagi segala urusan lain, baik Nyo Ko menang atau kalah juga boleh, segalanya tak dianggap penting olehnya, apalagi soal ilmu silat yang digunakan itu, apakah itu diberi petunjuk Ui Yong atau tidak, hal ini lebih2 tak di-perhatikannya.
Dan karena jawaban Nyo Ko tadi, diam2 Hotu membatin: "Bagus, kalau kau tak menggunakan Pak-kau-pang-hoat, dalam sepuluh jurus juga aku nanti cabut njawamu."
Maka dengan tertawa dingin iapun berkatalah: "Baiklah kalau begitu, aku ingin belajar kenal dengan ilmu silat perguruanmu yang hebat" ilmu kepandaian yang paling apal dan paling bagus yang dilatih Nyo Ko dalam kuburan kuno itu adalah Kiam-hoat, dengan sendirinya ia lawan orang dengan kemahirannya ini.
"Diantara Tuan2 siapa yang sudi memberi pinjam sebatang pedang ?" demikian segera ia berkata terhadap para kesatria.
Antara hadirin sebanyak ribuan orang itu sedikitnya ada dua ratusan yang membawa pedang, maka be-ramai2 mereka sama menyahut dan ingin memberi pinjam.
"Kau pakai pedang ini saja!" kata Sun Put-ji tiba2 sambil melompat maju dan angsurkan pedangnya yang bersinar mengkilap tajam.
Nyata meski Hek Tay-thong dan Sun Put-ji sangat marah terhadap khianatnya Nyo Ko pada Coan-cin-kau mereka, tetapi kini melihat si pemuda melawan musuh sepenuh tenaga dan membela nama negara, seketika juga mereka kesamping-kan urusan pribadi itu dan Sun Put-ji lantas angsurkan pedang pusakanya pemberian mendiang gu-runya, Ong Tiong-yang.
Melihat pedang itu begitu bagus, Nyo Ko menduga pasti pedang wasiat yang bisa potong emas dan rajang batu, kalau dipakai melawan Hotu tentu tidak sedikit keuntungannya, Tetapi ketika dilihatnya jubah imam yang dipakai Sun Put-ji, seketika teringat olehnya hinaan dan penderitaan yang pernah dia rasakan di Tiong-yang-kiong dulu dan terbayang juga kematian Sun-popoh di bawah tangan Hek Tay-thong, mendadak matanya mendelik pedang itu tak diterimanya, sebaliknya dari tangan seorang murid Kay-pang ia ambil sebatang pedang tua hitam karatan.
"Biarlah kupinjam pedang Toako ini," demikian ia berkata.
Tentu saja Sun Put-ji serba salah hingga terpaku di tempatnya. sungguh tidak kepalang amarahnya, dengan maksud baik ia pinjamkan pedangnya tetapi orang berbalik begitu kurangajar, baiknya ia bisa kuasai dirinya, ia merasa tidak enak cekcok sendiri selagi musuh luar berada di depan mata, maka dengan menahan amarahnya ia kembali lagi ke tempatnya tadi.
Sikap Nyo Ko tadi juga terlalu keras, terlalu menyolok ia unjukkan perasaannya. sebenarnya kesempatan itu dapat dipergunakannya untuk memperbaiki hubungannya dengan Coan-cin-kau, tetapi lantaran tindakannya itu, hubungan mereka semakin menjadi renggang.
Di lain pihak ketika melihat Nyo Ko tidak terima Pokiam, sebaliknya ambil pedang bejat yang sudah karatan, hati Hotu terkesiap dan bertambah jeri, sebab seorang yang ilmu silatnya sudah sampai puncaknya, setiap gerakan, setiap tindakan sudah cukup untuk melukai orang dan tak perlu lagidengan senjata tajam, maka ia pikir apa orang betul2 begitu temberang, cukup menggunakan sebatang pedang karatan saja?..
Segera iapun pantang kipas lempitnya, ia-kebas2 beberapa kali dan segera hendak membuka suara menantang." Tiba2 dengan ujung pedang Nyo Ko menuding empat huruf di atas kipasnya yang ditulis Cu Cu-liu itu.
"Haha, kau adalah bangsa biadab, semua orang sudah tahu, tak perlu kau pamer." demikian ejek Nyo Ko tertawa.
Muka Hotu menjadi merah, "cret", mendadak kipasnya ia lempit kembali hingga berwujud sebuah pentung pendek, terus saja ia tutuk pelahan ke "koh-cing-hiat" di pundak Nyo Ko, berbareng telapak tangan kiripun memukul dengan tenaga penuh. Selama beberapa tahun Nyo-Ko giat berlatih dalam kuburan kuno, semua inti pokok dari ilmu silat aliran Ko-bong-pay itu telan dipelajarinya: ilmu silat Giok-li-sim-keng ciptaan Lim Tiao-eng yang dilatihnya sendirian dalam kuburan kuno, sampai Ong Tiong-yang, itu jago silat yang diakui nomor satu di seluruh jagat juga kalah padanya, baru kemudian sesudah Ong Tiong-yang mendapatkan "Kiu-im-cin-keng", Lim Tiao-eng dapat dikalahkannya lagi.
Setelah Lim Tiao-eng ciptakan ilmu silatnya itu iapun tidak pernah keluar lagi dari kuburan, belakangan hanya diturunkan pada dayang kepercayaannya dan dayangnya itu menurunkannya pada Siao-liong-Ii, ketiga perempuan ini bukan saja tak pernah berpijak di kalangan Bu-lim, bahkan Cong lam-san pun tak pernah turun selangkahpun. Meski Li Bok-chiu adalah Suci atau kakak seperguruan Siao-liong-li, tetapi gurunya sudah keburu tahu jiwanya yang busuk, maka ilmu silat yang paling tinggi belum diturunkan padanya.
Kini Nyo Ko keluarkan ilmu silat Ko-bong-pay yang tiada tandingannya itu, diantara para hadirin yang berkumpul dari segala golongan dan segala aliran itu, kecuali Siao-liong-li sendiri ternyata tiada seorangpun yang kenal Kiam-hoat apa yang dimainkan Nyo Ko itu.
Pencipta ilmu silat yang hebat ini asalnya seorang wanita, pula dua keturunan muridnya juga wanita semua, mau-tak-mau gayanya menjadi lemah-lembut dan kurang ganas. Begitu juga ketika Siao-liong-li ajarkan gerak tipunya pada Nyo Ko, gerak-geriknya membawa gaya perempuan yang lemah gemulai Tetapi setelah Nyo Ko dapat memahami seluruhnya, ia telah ubah semua gaya wanita itu hingga lebih gesit dan lebih cekatan.
Dasar Ginkang dari Ko-bong-pay memang tiada taranya, maka tertampaklah Nyo Ko lari mengitari ruapgan dengan cepat, belum selesai tipu yang satu, serangan kedua sudah menyusul lagi ke sana pedangnya mengarah, tahu2 orangnya pun sudah sampai, baru belasan jurus dari Kiam-hoat--nya yang hebat itu dilontarkan, para kesatria itu tiada satupun yang tak kagum.
Sebenarnya ilmu silat kipas pangeran Hotu terhitung juga satu keistimewaan dalam dunia silat, cara2 menyerangnya juga mengutamakan kelemasan dan kegesitan, tetapi kini kebentur Ginkang dari Ko-bong-pay yang hebat, nyatalah sedikitpun ia tak bisa berkutik ditambah lagi kipasnya kena ditulis empat huruf oleh Cu Cu-liu dan tadi telah di-olok2 Nyo Ko, maka tak berani lagi dipentang, hingga karena itu ilmu silat kipasnya kena dikorting lagi.
Di sebelah sana, setelah tahu ilmu silat Nyo Ko ternyata begitu lihay, Bu-si Hengte menjadi mati kutu, bersama Kwe Hu, enam mata terpentang lebar2 dan tak bisa bicara lagi.
Diantara para penonton itu, orang yang paling girang rasanya tiada lain daripada Kwe Cing, sungguh tak diduganya bahwa putera adik angkatnya yang sudah almarhum itu bisa melatih silat sebegitu tinggi sampai ia sendiri tak mengetahui dari aliran mana, bila teringat hubungan keluarga Nyo Ko dan Kwe, tanpa terasa, ia menjadi terharu bercampur girang.
Waktu Ui Yong melirik sang suami dan melihat matanya rada merah, sedang ujung mulutnya tersungging senyuman, ia tahu akan pikiran sang suami, maka tangan Kwe Cing digenggamnya erat2.
Merasa tak ungkulan, Hotu menjadi gelisah sekali, ia pikir kalau hari ini terjungkal di tangan bocah ini, maka namanya boleh dikatakan terhanyut seluruhnya, jangan lagi hendak menjagoi Bu-lim?
Dalam pada itu dilihatnya Nyo Ko telah menyerang pula, sekali tusuk mengarah tiga tempat bagian atas, kalau dia melompat berkelit itu berarti jatuh di bawah angin, maka tak dihiraukan lagi akan oIok2 orang, segera kipasnya dipentang untuk tangkis tiga tusukan orang, berbareng itu ia meng-gertak2, iapun balas menyerang dengan "Hong hong-siok-lui-kang" (ilmu angin badai dan petir kilat), ia kebas lengan baju dari kiri dan kipas dari kanan menerbitkan angin santar, sedang mulutnya terus meng-gertak2 keras seorang jagoan Bu-lim menandingi pemuda tak terkenal ternyata terpaksa harus keluarkan ilmu kepandaian terakhirnya untuk membela diri, seumpama akhirinya menang pasti juga akan kehilangan pamor, Akan tetapi asal tak kalah saja Hotu sudah terima, mana bisa dipikir yang Iain-lain.
Maka sembari mem-bentak2, serangan2nya juga semakin ganas, sebaliknya Nyo Ko berlaku tenang saja dengan sikapnya yang gagah menarik, memangnya ilmu pedang "Bi-li-kiam-hoat" atau ilmu pedang si gadis ayu mengutamakan gaya manis, kini dibentak2 Hotu tentu saja semakin menambah kehalusan dan keindahannya.
Tetapi karena Nyo Ko hanya mengutamakan gaya serangannya yang indah, dalam hal daya tekanan menjadi sukar dilontarkan seluruhnya, sebaliknya Hotu sudah nekat, makin tempur makin kalap dan tidak sayang buat adu jiwa, karenanya lambat laun Nyo Ko jadi payah sendiri.
Melihat cara pertarungan itu, Kwe Cing dan Ui Yong yang ilmu silatnya sangat tinggi lantas tahu Nyo Ko bakal kecundang, maka alis mereka terkerut semakin rapat, lebih2 ketika dilihatnya angin pukulan Hotu semakin keras dan tambah cepat, diam2 mereka kuatir.
Tak terduga mendadak Nyo Ko ayun pedang-nya, lalu terdengar ia berseru : "Awas, aku akan melepas Am-gi!"
Tadi Hotu telah robohkan Gu-liu dengan pakunya yang berbisa, kini demi mendengar peringatan Nyo Ko, ia sangka pedang orang juga sama seperti kipas lempitnya yang di dalamnya tersembunyi Am-gi atau senjata rahasia, kalau tadi ia menang dengan cara yang licik, maka kini tidak bisa salahkan lawan kalau cara itu ditiru, Karena itu, ketika dilihatnya Nyo Ko ayun pedangnya, lekas ia melompat ke kiri.
Siapa tahu gerak tangan Nyo Ko hanya palsu belaka, sebaliknya pedangnya terus menusuk, mana ada bayangan senjata rahasia yang dikatakannya ?
Tahu tertipu, Hotu menjadi gusar, ia mendamperat: "Binatang cilik !"
"Binatang cilik memaki siapa ?" tanya Nyo Ko.
Tetapi Hotu sudah pintar sekarang ia tidak menjawab, hanya serangannya bertambah gencar.
"Awas senjata rahasia !" kembali Nyo Ko berseru sembari ayun tangan kirinya.
Dengan cepat Hotu melompat ke kanan, di sangkarnya sekali ini benar2 orang menghamburkan Am-gi, siapa tahu pedang Nyo Ko justru menusuk dari kanan secepat kilat, lekas2 ia membungkuk dan mengkeret tubuh, ujung pedang orang tahu2 menyamber lewat di bahunya jaraknya tidak lebih hanya satu-dua senti saja.
Tusukan itu sangat berbahaya dan cukup keji, tetapi karena tak kena sasarannya, para kesatria itu sama berteriak : "Sayang !" sebaliknya para Bu su atau jago silat Mongol pada bersyukur.
Meski Hotu bisa lolos dari "lubang jarum", namun tidak urung keringat dingin sudah membasahi tubuhnya.
"Awas Am-gi !" lagi2 ia dengar Nyo Ko berseru dengan tertawa sembari ayun tangan kiri.
Sekali ini tak digubrisnya, Hotu terus ayun tangan memapaki orang, betul juga kembali lawannya mengapusi belaka.
Karena gagal tipunya, mendadak Nyo Ko menubruk maju, untuk kesekian kalinya ia ayun tangan lagi dan memperingatkan pula dengan tertawa : "Awas Am-gi!""Bin..." belum sampai suku kata pertama ini diucapkan atau mendadak pandangan Hotu menjadi silau, tahu2 sinar perak gemerdep menyamber dari depan.
Sekali ini jaraknya sudah terlalu dekat, lagi pula ia sama sekali tak ber-jaga2 sesudah beberapa kali kena diapusi, maka tiada jalan lain kecuali melompat ke atas, tetapi tahu2 kakinya terasa sakit tertusuk, beberapa benda kecil lembut sudah menancap di kakinya.
Tertipunya ini persis mirip dengan caranya melukai Cu-liu dengan akal licik tadi, tetapi dipikirnya- senjata orang hanya lembut kecil, meski kena tentunya tidak besar alangannja, dalam gusarnya Hotu menjadi kalap, kipasnya menutul dan tangannya memukul hebat dengan tujuan mematikan Nyo Ko seketika.
Tahu serangannya sudah berhasil, mana mau Nyo Ko terlibat dalam pertarungan lagi, ia putar pedangnya menjaga diri dengan rapat.
"Hahaha, sayang dengan ilmu silatmu setinggi ini, kini harus terbinasa di sini, sungguh sayang, sayang sekali!" demikian Nyo Ko tertawa terbahak-bahak.
Sedang Hotu hendak merangsang maju, se-konyong2 pahanya terasa kaku dan gatal seperti kena digigit nyamuk besar saja, ia coba menahan rasa gatal itu buat tetap melontarkan serangannya, siapa tahu tempat yang kaku gatal itu cepat sekali bertambah hebat.
"Celaka, Am-gi binatang cilik ini berbisa" seketika ia terkejut Baru terpikir demikian atau rasa gatal pahanya sudah tak bisa ditahan lagi, saking tak tahan tanpa menghiraukan ada musuh besar berada di depan mata, kipas ia lempar dan tangan diulur untuk meng-garuk2 tempat yang gatal itu.
"Kalau tak digatuk masih mendingan, sekali digaruk, celaka tigabelas, rasa gatal-geli seketika meresap sampai tuIang-sungsum." saking tak tahan ia ber-teriak2 dan ber-kaok2 sembari bergulingan di ruangan pendopo.
Hendaklah diketahui bahwa racun Giok-hong" atau atau jarum tawon putih yang sakti dari Ko bong-pay itu jarang dilihat dan didengar di jagat ini, terkena sebuah saja tak tahan, apa lagi kini terkena beberapa buah?
Saking lembutnya Giok-hong-tiam itu, waktu Nyo Ko menyerang, sebagian besar para kesatria itu tak tahu, hanya mendadak terlihat Hotu jatuh ber-guling2 hingga tak mengerti kepandaian apa yang digunakan Nyo Ko untuk merobohkan lawannya.
Sementara paderi Tibet si Darba telah lari maju, ia angkat sang Sute dan diserahkan pada gurunya, habis ini ia putar balik dan berkata pada Nyo Ko: "Anak kecil mari aku coba2 kau !" -sambil berkata gada emas segerapun menyerampang ke pinggang Nyo Ko.
Gada itu sangat berat dan begitu menyamber lantas menerbitkan sinar emas, maka betapa besar tenaga dan betapa cepat gerak tangan Darba dapat dikira-kirakan.
Namun Nyo Ko tidak berkelit ia berdiri tegak, hanya pinggangnya mendadak menekuk ke dalam dan dengan tepat gada orang menyamber lewat di depan perutnya.
Siapa tahu Darba memang hebat gerak tangan-nya, begitu gada tak kena sasaran, mendadak senjata itu ia tahan di tengah jalan, dari menyerampang tadi tiba2 berubah menyodok ke depan, ke perut Nyo Ko.
Perubahan serangan ini sama sekali di luar dugaan semua orang, Nyo Ko sendiri juga terkejut lekas2 ia tahan pedangnya ke atas gada orang dan tubuhnya lantas mencelat ke atas dengan meminjam tenaga lawan.
Sekali sodok tak kena, tanpa menunggu turunnya Nyo Ko, dengan kencang Darba sudah menghantam lagi, tetapi lagi2 Nyo Ko menahan ke atas padanya dan untuk kedua kalinya mencelat ke atas,
"Lari ke mana ?" bentak Darba sengit Menyusul gada emasnya mengemplang pula.
Dengan tubuh terapung di udara, dengan sendirinya Nyo Ko tak leluasa buat bergerak, nampak keadaan sangat berbahaya, terpaksa ia keluarkan gerakan untung2an, mendadak ia tangkap ujung gada orang, berbareng itu pedangnya terus memotong lurus ke bawah mengikuti batang gada itu.
Dengan cara ini, kalau tenaganya tak banyak selisih dengan Darba, tiada jalan lain bagi Darba kecuali lepaskan gadanya. Tetapi kini tenaga Darba berkali lipat lebih kuat dari pada Nyo Ko, ketika sekuatnya ia menarik, dengan cepat Darba melompat mundur.
Melihat Ginkang Nyo Ko begitu tinggi, gerak-geriknva gesit, tiba2 Darba menanya: "Tidak jelek kepandaian anak kecil, siapakah yang mengajarkan kau?"
Ia berkata dalam bahasa Tibet, sudah tentu sepatah kata saja Nyo Ko tak paham, ia menyangka orang lagi memaki dirinya, maka iapun menirukan suara orang, iapun ucapkan apa yang dikatakan Darba.
Dasar pembawaan Nyo Ko memang pintar, beberapa kata2 Tibet itu diucapkannya dengan fasih sekali susunannya juga tiada yang terbalik sedikitpun, maka dalam pendengaran Darba kata2 Nyo Ko itu menjadi: "Tidak jelek kepandaian anak kecil, siapakah yang mengajarkan kau?"
Oleh karena itu, tanpa pikir Darba menjawab. "Suhuku ialah Kim-lun Hoat-ong. Aku bukan anak kecil, kau harus panggil aku Hwesio besar."
Dengan sendirinya Nyo Ko tak mengerti pula. tapi sedikitpun ia tak mau diakal, ia pikir: "Pendeknya tak peduli kau mencaci maki aku dengan kata2 yang paling keji, asal aku kembali mangkok penuh, maka tidaklah kalah dalam cacimaki Meski kau gunakan bahasa asing memaki aku anjing babi, binatang, kontan bulat akupun maki kau ahjing, babi binatang."
Maka ia dengarkan kata2 orang dengan cermat, begitu orang selesai bicara, dengan lagu suara yang sama dalam bahasa Tibet iapun berkata: "Suhuku ialah Kim-lun Hoat-ong. Aku bukan anak kecil, kau harus panggil aku Hwesio besar."
Keruan saja Darba ter-heran2, dengan kepala miring2 ia mengamat-amati orang dari kanan ke kiri dan dari kiri ke kanan, ia pikir, aneh, terang kau ini anak kecil, kenapa bilang Hwesio besar! Dan kenapa bilang gurumu juga Kim-lun Hoat-ong?
Segera ia berkata lagi: "Aku adalah murid angkatan pertama Hoat-ong, dan kau angkatan berapa ?"
---------- gambar -------------
Betapa hebat tenaga Darba, gada emas yang berat itu terayun enteng mengepruk kepala Nyo Ko.
Kedua kaki Nyo Ko tidak bergerak, dia mendak miring berbareng pedang besi ditekan ke atas gada, , meminjam tenaga badannya terbang ke atas
---------------------------------
Kontan Nyo Ko juga menjawab : "Aku adalah murid angkatan pertama Hoat-ong, dan kau angkatan ke berapa ?"
Supaya diketahui bahwa dalam ajaran agama Lama di Tibet, biasanya terdapat apa yang disebut "reinkarnasi" atau penjelmaan kembali. Tatkala itu Dalai dan Pancen Lama belum ada, tetapi kepercayaan tentang menitis kembali biasanya sangat dipuja oleh setiap pemeluk agama Lama.
Kebetulan waktu mudanya Kim-lun Hoat-ong pernah menerima seorang murid, murid ini mati sebelum umur 20 tahun, Darba dan Hotu belum pernah kenal Suheng itu, hal ini cuma sekadar diketahui saja.
Kini mendengar apa yang dikatakan Nyo Ko tadi, Darba mengira Nyo Ko betul2 reinkarnasi Suhengnya, ia pikir kalau orang bukan anak sakti yang menitis dengan membawa kepandaian, mana mungkin pemuda seperti ini memiliki ilmu silat begini tinggi ? Lagipula dia adalah pemuda Han, kenapa fasih bicara bahasa Tibet?
Karena itulah, ia terus ngira2 mengamat-amati orang sambil kepala miring2, makin dilihat makin sama dan semakin percaya, sampai akhirnya mendadak ia lemparkan gada emasnya terus berlutut menyembah2 pada Nyo Ko.
Kelakuan Darba ini sungguh membikin Nyo Ko ter-heran2, ia pikir apa Hwesio ini tak ungkulan cacimaki dan kini terima tunduk mengaku kalah padaku? Dan bagi penonton yang banyak itu keruan saja terlebih heran luar biasa. Lucunya semua tak paham dan tidak diketahui tanya jawab dalam bahasa "Mikuluk - kikiluluk" antara Nyo Ko dengan Darba tadi
Dalam pada itu yang paling terang duduknya perkara rasanya hanya Kim-lun Hoat-ong, ia- tahu Darba terlalu polos hingga kena ditipu Nyo Ko.
"Darba," segera ia buka suara, "ia bukan titisan Suhengmu, lekas bangun dan bertanding dengan dia,"
"Suhu," seru Darba sambil meloncat bangun terkejut, "aku lihat ia pasti Toa-suheng, kalau tidak, umur semuda ini mana bisa mempunyai kepandaian seperti ini?"
"Toa-suhengmu jauh lebih kuat ilmu silatnya dari pada kau, sebaliknya bocah ini se-kali2 dibawahmu," kata Kim-lun Hoat-ong.Tetapi Darba geleng2 kepala, tetap tak mau percaya.
Kim-lun Hoat-ong kenal watak muridnya ini teramat lurus, untuk memberi penjelasan seketika juga tak bisa terang, maka ia katakan pula: "Jika kau tak percaya, kau jajal dia tentu lantas tahu."
Terhadap apa yang dikatakan sang Suhu biasanya Darba percaya bagai malaikat dewata, kalau dia bilang Nyo Ko- bukan inkarnasi Toa-suheng tentunya memang bukan, Tetapi umur semuda ini memiliki ilmu silat begitu hebat, hal ini membikin Darba tak bisa tidak percaya, tetapi ia turut juga perintah sang guru dan bertanding pula untuk menjajal kepandaian asli orang, ia ingin lihat siapa yang menang dan siapa kalah dengan begitu soalnya lantas bisa diputus.
Maka lebih dulu ia angkat tangan dan berkata pada Nyo Ko: "Baiklah, biar kucoba ilmu silatmu tulen atau palsu, kita tentukan berdasarkan menang dan kalah ini,"
Melihat Darba berdiri lalu "kilakiluk" entah berkata apa lagi, hanya sikapnya sangat menghormat Nyo Ko sangka orang telah ucapkan beberapa patah kata yang sopan, maka tanpa merubah sedikitpun ia tirukan lagu suara orang dan mengulangi mengucapkan sekali lagi
Tentu saja dalam pendengaran Darba menjadi "Baiklah, biar kucoba ilmu silatmu, tulen atau palsu, kita tentukan berdasarkan menang atau kalah ini" - Maka Darba juga lantas menjawab-"Harap kau berlaku murah hati."
Segera Nyo Ko tiru dan menyahut: "Harap kau berlaku murah hati,"
Melihat kedua orang itu mengoceh terus dalam bahasa Tibet, Kwe Hu jadi heran, ia mendekati Ui Yong dan tanya sang ibu: "Mak, apa yang mereka percakapkan?"
Sejak tadi Ui Yong sudah mengetahui Nyo Ko hanya menirukan lagu suara orang secara komplit dan untuk main2 saja sebagai orang muda umum-nya, kenapa mendadak Darba sembah2 padanya hal inipun membikin dia bingung tak habis mengerti.
Maka ketika ditanya puterinya, ia menjawab singkat saja: "O, Nyo-koko hanya berkelakar saja dengan dia."
Belum habis ia berkata, mendadak dilihatnya Darba angkat gada terus mengemplang ke arah Nyo Ko.
Darba anggap sebelumnya sudah dikatakan hendak menjajal tentunya lawan sudah siap sedia, sebaliknya melihat sikap orang tadi ramah dan menghormat Nyo Ko tidak menduga orang akan mendadak melakukan serangan, maka pukulan itu hampir2 saja kena kepalanya, untung sempat ia melompat ke belakang.
Tetapi segera ia merangsang maju lagi terus menusuk tiga kali susul menyusul. Darba sendiri sudah punya rasa jeri, ia kuatir Nyo Ko sudah lama, ikut gurunya, ilmu silatnya tentu lain daripada yang lain, maka ia berjaga rapat tanpa berani ayal.
Sesudah beberapa jurus lagi, Nyo Ko tahu lawan hanya menjaga diri saja tanpa menyerang, meski tak mengerti maksud tujuan orang, tapi kebetulan baginya untuk melancarkan serangan2, tanpa sungkan2 lagi ia tusuk sini dan bacok sana, ilmu pedang "si gadis ayu" menjadi lebih indah gayanya dan menarik.
Akhirnya Kim-lun Hoat-ong menjadi tak sabar, ia membentak: "Darba, lekas kau balas hantam, ia bukan Toa-suhengmu !"
Sebenarnya kepandaian Darba masih di atas Nyo Ko, cuma merasa takut, ilmu silatnya lantas surut separoh, sebaliknya Nyo Ko bisa keluarkan seluruh kemahirannya, jadi yang satu makin menyerang makin hebat dan jitu, sebaliknya yang lain makin takut dan makin mengkeret.
"Balas serang segera !" bentak Hoat-ong mendadak, ia telah gusar.
Bentakannya begitu keras hingga telinga semua orang se-akan2 pekak. Begitu juga Darba menjadi jeri, ia tak berani membantah lagi, begitu Kim-kong-cu atau gada emas diputar, segera ia balas menghujam serangan.
Dengan hantaman balasan ini betul juga Nyo Ko terdesak hingga berkelit terus, lubang kelemahannya pe-lahan2 mulai kentara. Ketika melihat gerak pedang Nyo Ko sedikit lengah, cepat sekali Darba mengemplang, karena tak sempat hindarkan diri, terpaksa Nyo Ko menangkis dan terjadi benturan keras kedua senjata.
Sebenarnya beradunya senjata kedua pihak diwaktu bertanding adalah soal biasa saja, tetapi gada Darba terlalu antap, maka selalu Nyo Ko putar pedangnya tak berani membentur senjata orang, kini mendadak kesamplok, terasalah segera suatu tenaga yang maha besar menindihnya hingga lengannya sakit linu, "krak", mendadak pedangnya patah menjadi dua.
"Aku yang menang!" teriak Darba segera sembari undurkan diri.
"Aku yang menang!" mendadak Nyo Ko tirukan orang dalam basa Tibet, Berbareng itu separuh pedang patah itu ditimpukkan sekalian pada Darba.
Keruan Darba tertegun, pikirnya: "Kenapa dia yang menang? Apa tipunya tadi hanya pancingan belaka ?"
Sementara itu dengan tangan, kosong Nyo Ko merangsak maju lagi, maka Darba tak berani ayal ia putar gadanya rapat melindungi tubuhnya.
Dahulu waktu ikut Siao liong li belajar ilmu pukulan dengan tangan kosong di dalam kuburan kuno itu, sampai tingkat terakhir ia diharuskan pentang kedua telapak tangan buat tahan terbangnya 9X9 81 ekor burung gereja hingga tiada seekor pun yang lolos.
Ilmu pukulan itu adalah ciptaan Lim Tiao-eng dan selamanya belum pernah dikenal di dunia ramai, kini Nyo Ko telah mainkan di hadapan umum, nyata daya tekanannya memang luar biasa," meski bertangan kosong, tetapi jauh lebih kuat daripada tadi ia memakai pedang. Kalau Darba putar gadanya begitu hebat hingga membawa samberan angin tinggi menerobos kian kemari di antara ruangan.
Sebaliknya Nyo Ko gunakan Ginkang yang sangat tinggi menerobos kian kemari diantara ruangan senjata orang, walaupun tampaknya sangat berbahaya tetapi gada emas orang tetap tak mampu menyenggolnya seujung rambutpun sebaliknya ia bisa mencengkeram, menarik, membeset dan macam2 gerak serangan lain bercampurkan "tang-hok-mi-cin atau ilmu pukulan halus penahan burung gereja, ia terus menyerang dengan cepat.
Tak lama lagi, tenaga raksasa Darba semakin tambah, sebaliknya lari Nyo Ko juga semakin cepat dan enteng, Nyatalah sekarang, paedah yang dia peroleh daripada kegunaannya berlatih di atas ranjang-batu pualam di dalam kuburan kuno itu kini telah kentara semua.
Di sebelah sana sejak tadi Siao-liong li duduk bersandarkan tiang menyaksikan pertarungan kedua orang itu dengan tersenyum-simpul, demi nampak sudah lama Nyo Ko masih belum menang, tiba2 dari bajunya ia keluarkan sepasang kaos tangan putih yang tipis dan lemas.
"Ko-ji, sambut ini." serunya pada Nyo Ko," berbareng itu ia lemparkan kaos tangan itu ke tengah kalangan
Kaos tangan Siao-liong-li ini adalah rajutan benang emas putih yang sangat halus dan ulet, meski lemas dan tipis, tapi tidak mempan segala macam senjata, Melihat berkelebatnya kaos tangan itu di udara, air muka Hek Tay-thong mendadak berubah.
Seperti diketahui, ketika saling gebrak di Tiohg-yang-kiong dulu, dengan kaos tangan ini pernah Siao-liong-li patahkan pedang Hek Tay-thong hingga ia terdesak dan hampir saja gorok leher sendiri, sebab itu demi nampak kaos tangan seketika kejadian dulu terbayang lagi olehnya.
Dalam pada itu dengan cepat kaos tangan itu sudah disambut Nyo Ko, ia mundur selangkah dan cepat pakai kaos tangan itu, ketika kemudian ia mengegol pinggang bagai wanita, maka dimainkan-lah "Bi-Ii-kun-hoat" atau ilmu pukulan si gadis ayu yang paling hebat dan paling indah gayanya dari Ko-bong-pay itu.
Setiap gerak-gerik ilmu pukulan ini meniru kan gaya seorang wanita ayu dari jaman purbakala, bila dilakukan kaum lelaki, sebenarnya kurang pantas, tetapi waktu dilatih Nyo Ko, setiap gayanya sudah diubahnya, meski nama2 tipu gerakan masih tetap, namun gerak-geriknya dari lemah gemulai sudah berubah menjadi gagah luwes.
Dengan demikian, para penonton menjadi lebih tidak mengerti, tiba2 dilihatnya Nyo Ko berlari cepat, kadang2 berdiri tegak, sekejap saja sikapnya berubah lagi. Harus diketahui bahwa jiwa kaum wanita memang banyak ragamnya dan cepat pula berobahnya, lebih2 wanita ternama, tertawanya, di waktu suka atau duka, semuanya lebih2 sukar di-duga.
Karena itu, sekali digunakan tipu "Hong giok-kik-koh" (Ang Hong-giok memukul genderang), kedua tangan Nyo Ko cepat menghantam, dengan sendirinya Darba angkat gadanya menangkis tetapi cepat sekali Nyo Ko sudah ganti tipu "Hong-hut-ya-ping" (Hong-hut minggat malam2), di luar dugaan orang ia terus menubruk maju.Ketika Darba menyabet gadanya dari samping, mendadak Nyo Ko gunakan gaya "Lok-cu-tui-lau" (Lok-tu jatuh dari loteng), tahu2 ia menubruk bagian bawah musuh.
Darba terkejut, ia tidak mengerti tipu serangan orang mengapa begini aneh perubahannya dan susah diraba ? Maka lekas2 ia melompat buat hindarkan hantaman tangan orang yang telah memotong dari kiri lagi.
Tak terduga Nyo Ko lantas menepuk tangan beberapa kali dan susul-menyusul menggablok kedepan, kiranya ini adalah gaya "Bun-gwe-kui-han atau Bun-gwe kembali ke negeri Han yang berirama musik Ohka, seluruhnya meliputi 18 kali tepukan.
Setiap gerakan Nyo Ko semuanya ada asal-usulnya sejarah, Darba adalah paderi Tibet, sudah tentu ia tat paham kisah kuno negeri Tionggoan, ia diserang ke atas dan ke bawah, tiba2 dari timur, tahu2 dari barat hingga ia kelabakan.
Tangan Nyo Ko memakai kaos benang emas, maka bila ada kesempatan segera ia menubruk maju hendak rebut gada Darba, paderi ini terdesak hingga ber-kaok2 dan kalang kabut.
Dengan sendirinya para pahlawan lain sangat girang, mereka pada berseru memberi semangat pada Nyo Ko.
Kim-lun Hoat-ong tahu ilmu silat muridnya berada di atas pemuda ini, cuma berhati jeri, maka selalu kena didahului lawan dan terdesak di bawah angin.
"Gunakan Bu-siang-tay-lik-cu-hoat!" bentaknya tiba2.
"Baik," sahut Darba menurut. Mendadak gadanya ia pegang dengan kedua tangan terus diayun cepat.

Waktu gada diputar dengan sebelah tangan saja sudah hebat sekali tenaga raksasanya, kini di-tambah tenaga kedua tangan sekaligus, keruan suara samberan angin sampai men-deru2.

"Bu-siang-tay-lik-cu-hoat" atau ilmu gada bertenaga raksasa ini, tipu serangannya sangat sederhana, hanya menyerampang" delapan jurus dan menghantam delapan kali, seluruhnya hanya 2 X 8 - 16 jurus, tetapi 16 jurus ini bisa boIak-balik di-ulangi, maka Nyo Ko terdesak menyingkir jauh2, jangankan menghadapi secara keras lawan keras, untuk menahan angin gada saja susah.
Di sebelah sana, sejak penggayu besinya patah tadi, Tiam jong Hi-un, masih terus merasa penasaran tapi kini setelah menyaksikan "Bu-siang-tay-lik-cu-hoat". orang yang luar biasa ini ia pikir ilmu permainan penggayu sendiri sesungguhnya tiada tipu2 serangan" yang begini keras dan begini kuat.
maka mau-tak-mau ia kagum juga.
Setelah berlangsung lama pertarungan itu, lilin yang menyala di ruangan pendopo itu sudah ada 7-8 batang yang sirap tersamber angin gada. Nyo Ko hanya andalkan Ginkang untuk melompat kian kemari asalkan bisa hindarkan diri harapannya asal tak kena dihantam gada orang, mana sempat lagi ia balas menyerang ?
Karena itu, para pahlawan Tionggoan menjadi bungkam, sebaliknya berganti para jago Mongol yang sorak-sorai.
Melihat ilmu pukulan "Bi-li-kun-hoat" sukar memperoleh kemenangan, sedang musuh mendesak terlalu kencang, terpaksa Nyo Ko main mundur terus hingga akhirnya terdesak sampai ujung ruangan, ia hendak ganti tipu gerakan, namun tak bebas lagi gerak-geriknya di tempat sempit itu.
ilmu permainan gada Darba ini memangnya beberapa bagian bersifat kalap, setelah Darba mengamuk, ia lupa apakah orang di depannya ini mungkin reinkamasi suhengnya atau bukan, waktu melihat Nyo Ko terdesak di pojok ruangan hingga tiga jurusan sudah terkurung, mendadak ia membentak : "Mampus kau !" ~ Berbareng itu gada-nya menyabet dari samping, maka terdengarlah suara gemuruh dan debu pasir berhamburan, kiranya dinding ruangan itu kena dihantam hingga berlubang besar..
Pada saat berbahaya, syukur Nyo Ko masih sempat melompat lewat di atas kepala orang, dalam seribu kerepotannya iru, ia tak lupa pula membalas kata2: "Mampus kau!" dalam bahasa Tibet.
Gerak lompatannya ini adalah ilmu kepandaian dari "Kiu-im-cin-keng", sejak huruf ukiran di langit ruangan kuburan tatoo itu dilihatnya bila senggang Nyo Ko lantas melatihnya baik2, hanya tiada orang yang memberi petunjuk tambahan, maka apa yang dilatihnya tidak tahu apa betul atau salah.
Kini menghadapi musuh tangguh, sudah tentu tak berani sembarangan digunakan. Siapa tahu saat terancam elmaut itu, dengan sendirinya ia menggunakan ilmu sakti itu hingga jiwanya tertolong.
Semua orang menyangka hantaman Darba tadi pasti berhasil, maka sebelum serangan orang dilontarkan seluruhnya, secepat kilat Kwe Cing melompat maju hendak hantam punggung orang, mendadak jubah merah berkelebat di depannya, tahu-tahu Kim-lun Hoat-ong memukulnya juga.
Kwe Cing terkejut oleh serangan orang yang aneh dan cepat ini lekas2 ia gunakan tipu "Maa-liong-cay-dian" atau melihat naga di sawah, ia tangkis dulu serangan Kim-lun Hoat-ong. Keduanya memang tokoh terkemuka dunia persilatan, maka begitu kedua tangan beradu, ternyata sedikit suara saja tak ada, hanya tubuh masing2 bergoncang semua, Kwe Cing mundur tiga tindak, sebaliknya Kim-lun Hoat-ong tetap berdiri tegak di tempatnya.
Kiranya tenaga Kim-lun Hoat-ong jauh lebih besar dari pada Kwe Cing, latihannya juga lebih dalam, cuma ilmu pukulannya sebaliknya kalah bagus. Kwe Cing melangkah mundur buat mengelak tenaga hantaman lawan supaya tidak terluka, sebaliknya Hoat-ong sambut tenaga orang sekuatnya dengan menahan rasa sakit di dada, maka masih tetap berdiri tegak di tempatnya.
Melulu soal gebrakan ini saja Kwe Cing boleh dikatakan sudah kalah, tetapi kalau pertarungan dilanjutkan, siapa unggul atau asor masih belum tahu.
Tapi demi nampak Nyo Ko sudah bisa patahkan serangan Darba tadi, kedua orang ini terhenyak, yang satu girang lega, yang lain menyesal dan merasa sayang, lalu merekapun mundur kembali
Tokoh2 seperti Kwe Cing dan Kim-lun Hoat-ong juga menyangka Nyo Ko pasti akan celaka maka yang satu hendak menolong dan yang lain hendak mencegah, siapa tahu Nyo Ko ternyata punya tipu aneh, dari tempat luang yang sempit bisa meloloskan diri.
Dan sekali hantam tak kena, Darba tidak memutar lagi, sekalian gadanya terus mengayun ke belakang sekuatnya. Melihat serangan orang cepat luar biasa, otomatis Nyo Ko lantas meloncat ke atas, maka melayang lewatlah gada Darba beberapa senti di bawah kakinya. Kembali gerak tipunya ini adalah ilmu silat dari "Kiu-im-cin-keng"
Keruan Ui Yong ter-heran2 menyaksikan kepandaian Nyo Ko ini. "Engkoh Cing, kenapa Ko-ji mahir Kiu-im-cin-keng juga? Apa kau yang ajarkan dia?" demikian ia tanya sang suami.
Nyata, ia sangka Kwe Cing mengingat kebaikan persaudaraan dengan ayah Nyo Ko, maka pada waktu antar bocah itu ke Cong-lam-san, ilmu sakti dari kitab pusaka itu telah diturunkan padanya.
"Tidak, kalau diajarkan padanya, tentu kuberitahukan kau," sahut Kwe Cing.
Ui Yong cukup kenal jiwa sang suami yang setia dan jujur, kepada orang lain saja bilang satu tetap satu, terhadap isteri sendiri sudah tentu lebih lebih jujur, Tetapi dilihatnya Nyo Ko selalu melompat kian kemari buat berkelit, setiap kali ketemu bahaya, selalu gunakan ilmu kepandaian Cin-keng untuk melindungi diri.
Cuma terang ilmu itu belum terlatih baik, maka tidak bisa gunakan ilmu silat Cin-keng itu untuk balas menyerang dan menangkan orang, meski sementara jiwanya bisa selamat, namun tampaknya pasti kalah akhirnya.
Diam2 Ui Yong menghela napas gegetun, pikirnya : "Bakat Ko-ji sungguh luar biasa, kalau dia bisa ikut setahun atau setengah tahun padaku dan bisa mempelajari Pak-kau-pang-hoat dan ilmu silat dalam Cin-keng secara lengkap, mana bisa paderi Tibet ini menandinginya?"
Begitulah, selagi ia masgul, sekilas tiba2 dilihatnya Peng-tianglo, itu anggota pimpinan Kay-pang yang murtad, dengan pakaian bangsa Mongol mencampurkan diri di antara jago2 Mongol dan wajahnya kelihatan ber-seri2.
Tiba2 tergerak kecerdasan Ui Yong, segera serunya: "Koji Di-hun-tay-hoat! Ih-hun-tay-hoat!"
Kiranya dalam Kiu-im-cin-keng ada semacam ilmu yang disebut "lh-hun-tay-hoat", yakni menggunakan tenaga pikiran untuk atasi musuh dan mendapatkan kemenangan, dasarnya tiada ubahnya seperti ilmu hipnotis pada jaman sekarang ini. Dahulu Ui Yong pernah gunakan ilmu ini untuk taklukkan Peng-tianglo pada waktu ia berebut jabatan Pangcu, maka begitu nampak orang, segera ia ingat akan ilmu mujijat itu.Nyo Ko masih ingat cara melatih "Ih-hun-tay hoat" itu, cuma ia tak percaya melulu meng-gunakan pandangan mata saja bisa menundukkan musuh, makanya tak pernah ia melatihnya dengan baik2, tetapi ia sangat kagum terhadap kepintaran Ui Yong, pikirnya: -- "Jika Kwe-pekbo berkata demi-kian, tentu ada alasannya, Toh aku sudah pasti kalah, biarlah aku mencobanya."
Karena itu, ia masih terus lompat ke sana ke mari untuk berkelit tetapi batinnya terpisah dari segala perasaan, pikirannya terpusat menjadi satu, ia turut apa yang pernah dibacanya dalam kitab Kiu-im-cin-keng itu. Dalam keadaan demikian ia hanya menangkis dengan sendirinya dan berkelit turut datangnya suara, sebaliknya sinar matanya terus menatap musuh secara tajam.
Setelah beberapa jurus, Darba mulai merasakan pihak lawan rada aneh, tanpa kuasa ia pandang orang sekejap, berbareng itu gadanya menghantam juga.
Tadi sedikit Nyo Ko mengegol pinggul dengan gaya "Ban-yo-sian-sian" atau pinggang si Ban ramping, sedikit ia goyang pinggul hantaman Darba sudah dihindarinya dengan tepat, dan karena ia, sudah gunakan "lh-hun-tay-hoat", jiwa-raganya sudah menjadi satu, setiap gerak-geriknya yang dia unjuk, pada mimik wajahnya lantas bersikap sama pula.
Maka ketika Darba melihat wajah si Nyo Ko, tiba2 mengunjuk gaya genit, ia tak tahu bahwa orang sedang tirukan gaya menarik Siao Ban, seorang selir ayu penyait Pek Lok-thian dari ahala" Tong yang terkenal, tanpa terasa ia tertegun sejenak tetapi segera gadanya mengemplang lagi ke atas kepala Nyo Ko.
Lekas2 Nyo Ko, mengegos, menyusul ia pentang lima jarinya terus menyisir rambutnya sendiri, sedang lima jari lainnya mencakar ke depan diselingi dengan senyuman manis, itulah tipu gerakan "Le-hwa-se-cong" atau Thio Le-hwa menyisir rambut.
Dan karena tersenyumnya Nyo Ko itu, memangnya Darba sudah terpengaruh oleh sinar matanya yang tajam, tanpa terasa iapun ikut bersenyum, Cuma bedanya Nyo Ko cakap ganteng, tersenyumnya sudah tentu menambah bagusnya, sebaliknya tulang pelipis Darba menonjol tinggi, pipinya kempot, senyumnya yang menirukan Nyo Ko membikin wajahnya semakin seram, sampai penonton ikut mengkirik.
Melihat lawannya sudah dlbawah pengaruhnya, segera Nyo Ko jojoh ke depan dengan jarinya dengan tipu "Peng-ki-ciam-sin" atau Peng Ki pintar menjahit. Lekas2 Darba berkelit, tetapi air mukanya menirukan lagak orang seperti lagi tekun menjahit.
Melihat Nyo Ko bisa memahami maksudnya dan ternyata sanggup atasi musuh dengan ilmu "lh-hun-tay-hoat", sungguh Ui Yong girang tidak kepalang.
"Penemuan Ko-ji sungguh luar biasa," demikian ia membisiki sang suami "Dahulu, semasa usiamu sebaya dia sekarang belum sebagus dia ilmu silatmu." .
Kwe Cing juga lagi girang, maka ia anggukan
Harus diketahui bahwa ilmu "lh-hun-tay-hoat" ini melulu menggunakan pengaruh tenaga kejiwaan, kalau perasaan tak lawan tenang dan tetap, seringkali ilmu ini tidak berhasil, kalau tenaga dalam lawan lebih tinggi hingga sampai terpukul kembali, "pasti orang gunakan ilmu ini akan terpengaruh sendiri. Tapi Darba sudah bingung oleh ocehan Nyo Ko dalam basa Tibet tadi, ia ragu2 orang adalah re-inkarnasi Suhengnya, maka dalam hatinya sudah timbul rasa jeri, dengan sendirinya pengaruh ilmu "Ih-hun-tay-hoat" juga lebih cepat hingga sekali coba Nyo Ko telah berhasil.
Begitulah karena melihat Nya Ko mainkan Bi-li-kun-hoat yang lemah gemulai menirukan gerak-gerik wanita ayu, tahu2 ditirukan oleh Darba secara lucu, semua orang yang menyaksikan terheran-2
Kwe -Hu tak tahan, ia ketawa ter-pingkal2 "Mak," katanya pada sang ibu, "Nyo-koko punya kepandaian ini bagus sekali, kenapa tak kau ajarkan padaku?"
"Jika kau bisa Ih-hun-tay-hoat, tentu kau akan bikin geger dan akhirnya kau sendiri bisa celaka," sahut Ui Yong. Lalu ia tarik tangan sang puteri dan berkata pula sungguh2: "Tapi jangan kau anggap lucu, Nyo-koko justru lagi bertarung mati2an dengan musuh, caranya ini jauh lebih berbahaya dari pada memakai senjata !"
Kwe Hu melelet lidah oleh penuturan itu, ia pandang pula si Nyo Ko dan rasanya semakin ketarik, ia lihat bila Nyo Ko tertawa, si Darba ikut tertawa, kalau Nyo Ko gusar, Darba idem dito.
Karena itu iapun ikut2 menirukan mimik orang.
Siapa tahu "lh-hun-tay-hoat" ini memang lihay luar biasa, baru saja ia menirukan orang dua kali, segera perasaannya menjadi remang2 dan semangatnya kabur, tanpa kuasa setindak demi setindak Kwe Hu melangkah ke tengah.
Kaget sekali Ui Yong melihat kelakuan puteri-nya, lekas2 ia jambret Kwe Hu erat2.
Tatkala itu jiwa Kwe Hu sudah dibawah pengaruh Nyo Ko, ia coba meronta melepaskan diri dari pegangan sang ibu, baiknya ilmu silat Ui Yong sangat tinggi, pula tahu akan bahaya apa bila sampai Kwe Hu maju lebih dekat lagi, waktu sudah terlalu mendesak, tanpa ayal ia baliki tangan terus pencet urat nadi tangan Kwe Hu dan diseretnya kembali mentah2 agar tidak nampak gerak-gerik Nyo Ko.
Kwe Hu masih meronta2 beberapa kali, tapi pergelangan tangannya telah digenggam kencang hingga tak berkutik, pikirannya menjadi kabur dan akhirnya ia mendekam dalam pelukan sang ibu dan pulas."
Di pihak Darba waktu itu sudah dipengaruhi Nyo Ko seluruhnya, apa yang Nyo Ko Iakukan, ditirukannya pula tanpa tawar, Melihat saatnya sudah tiba, mendadak Nyo Ko gunakan tipu gerakan "Co-Leng-kwa-pi" atau Co Leng mengiris hidung, mendadak ia pukul batang hidungnya sendiri-susul-menyusul dengan dua tangan bergantian.
Kiranya jaman dahulu isteri seorang bernama Co Leng, ketika sang suami meninggal lantas mengiris batang hidung sebagai tanda setia tak mau kawin lagi.
Kini Nyo Ko gunakan gerak tipu itu buat hantam hidungnya sendiri dengan pelahan, sudah tentu Darba tak tahu, mendadak iapun tirukan orang menghantam hidung sendiri se-keras2nya. Dasar tenaganya luar biasa, setiap pukulannya bertenaga ratusan kati, maka habis belasan kali ia gebuk batang hidung sendiri, akhirnya-ia tak tahan hingga roboh pingsan.
Sungguh girang tidak kepalang para ksatria, mereka bersorak-sorai: "Hura, kita telah menangkan babak kedua !" - "Nah, Bu-lim-Bencu sudah pasti di pihak kita !" -- "Bangsa Mongol lekas enyah dari bumi Tiongkok dan jangan bikin malu disini!"
Dalam pada itu dua Bu-su bangsa MongoI telah melompat ke tengah dan menggotong mundur si Darba.
Melihat kedua muridnya terjungkal semua di bawah tangan pemuda ini, bahkan cara kalahnya sukar dimengerti, luar biasa mendongkol dan gusar Kim-Iun Hoat-ong, cuma wajahnya tiada mengunjuk sesuatu tanda, "Hai, anak muda, siapa suhumu ?" segera ia membentak dari tempat duduknya.
Kim-lun Hoat-ong ini seorang cendekia, ilmu silatnya tinggi, bakatnya baik dan luas pengetahuannya, ternyata fasih bicara basa Han.
"Suhuku ialah dia ini," sahut Nyo Ko tertawa sambil menunjuk Siao-liong-li "Nah, lekas kau menyembah pada Bu-lim Bengcu !"
Melihat Siao-liong-Ii cantik molek, bahkan usianya, seperti lebih muda daripada Nyo Ko, tidak nanti Kim-lun Hoat-ong mau percaya dialah guru-nya, pikirnya: "Ah, bangsa Han banyak tipu muslihatnya, jangan aku tertipu !"
Mendadak iapun berdiri, ketika terdengar suara gemerincing riuh, tahu2 dari bajunya ia keluarkan sebuah roda emas.
Roda emas ini terbuat dari emas murni dan di dalamnya terdapat 9 goteri, maka begitu tergoncang, segera keluar suara gemerincing yang membisingkan.
"Hm, kau adalah Bulim-Bengcu juga baik, asal kau sanggup terima sepuluh jurus roda emasku ini," aku lantas akui kau sebagai Bu-lim Bengcu !" demikian kata Kim-lun Hoat-ong kemudian sambil tuding Siao-liong-li
"Hi aneh katamu ini, aku sudah menang dua babak, menang dua dari tiga babak, kau sendiri sudah berjanji, kenapa sekarang pungkir janji?" kata Nyo Ko tertawa.
"Aku hanya ingin jajal ilmu silatnya dan ingin tahu apa dia sesuai dengan jabatannya tidak," sahut Kim-lun Hoat-ong dengan suara tertahan.
Siao-liong li masih terlalu hijau, ia tak tahu ilmu silat Kim-Iun Hoat-ong beraliran tersendiri dan sudah terlatih sampai tingkatan yang sangat mengejutkan, iapun tak tahu apa itu "Bu-lim Bengcu" segala, lebih2 tak pernah terpikir olehnya apa dirinya harus terima jabatan itu atau tidak, kini mendengar orang mau jajal ilmu kepandaiannya dan ingin tahu sanggup tidak terima 10 jurus roda emas orang, tanpa pikir segera iapun berdiri."Jika begitu, segera aku mencobanya," demikian sahutnya tak arak
"Tapi kalau kau tak mampu sambut 10 jurus - senjataku ini, lalu bagaimana?" tanya Kim-lun-Hoat-ong.
"Kalau tak mampu ya sudah, ada apa lagi?" sahut Siao-Iiong-li.
Sejak kecil Siao-liong-li sudah melatih diri sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi perasaannya, suka atau duka, sama sekali tidak kentara.
Segala hal selalu dianggapnya sepele, kini meski katanya rada Nyo Ko, naraui tidak mendapatkan perhatian-nya.
Para ksatria dan para Bu-su Mongol tak tahu bahwa itu adalah tabiat pembawaannya, tetapi melihat ia acuh tak acuh dan tidak pandang sebelah mata pada Kim-lun Hoat-ong, mereka malah menyangka ilmu silat Siao-liong-li benar2 tinggi tak terkirakan.
Bahkan setelah menyaksikan Nyo Ko kalahkan Darba dengan "lh-hun-tay-hoat", ada orang yang menyangka Siao-liong-li bisa ilmu hitam dan mungkin pula siluman, maka suasana seketika menjadi berisik.
Kim-lun Hoat-ong sendiri kuatir juga bila Siao-liong-li benar2 bisa gunakan ilmu sihir, maka mulutnya segera komat-kamit membaca mantera penolak sihir dalam basa Tibet.
Nyo Ko dapat mendengar jelas di samping, ia sangka Hwesio gundul ini lagi maki sang guru dalam basa Tibet, maka ia ingat baik2 setiap kata yang diucapkan orang.
Ketika Kim-lun Hoat-ong selesai membacakan mantera, begitu Kim-lun atau roda emas bergerak, kembali terbitlah suara gemerincing yang riuh nyaring.
"Hai, orang muda, lekas minggir, segera aku akan turun tangan," bentaknya pada Nyo Ko. Kata-kata ini diucapkannya dalam basa Han.
"Nanti dulu, nanti dulu," kata Nyo Ko tiba2.
Lalu sekata demi sekata iapun mengucapkan mantera orang tadi.
Kebetulan waktu itu Darba mulai siuman, ia lihat sang Suhu memegang Kim-lun lagi, akan bergebrak dengan orang, sebaliknya didengarnya Nyo Ko lagi membaca mantera dalam basa Tibet. mantera itu adalah ilmu rahasia perguruannya dan tidak nanti diturunkan pada orang luar, kalau Nyo Ko bukan reinkarnasi Toa suheng-nya, darimana ia mahir mantera itu ?
"Karena pikiran itu, cepat sekali ia melompat bangun terus berlutut ke hadapan gurunya dan berseru: "Suhu, ia betul2 jelmaan Toasuheng, sudilah engkau menerimanya kembali!"
"Ngaco-belo, kau tertipu olehnya masih belum tahu," bentak Kim-lun Hoat-ong gusar.
"Tapi betul Suhu, hal ini betul tak salah lagi?" sahut Darba!.
Melihat Darba masih ngotot, Hoat-ong menjadi sengit dicekal saja punggung sang murid terus diIempar pergi tubuh Darba yang beratnya ratusan kati itu dilemparkan dengan enteng saja.
Semua orang menyaksikan Darba bertarung melawan Tiam-jong Hi-un dan Nyo Ko dengan tenaga raksasanya tapi lemparan Hoat-ong ini nyata kepandaian yang berpuluh kali lebih kuat tampaknya Siao-liong-li yang gayanya lemah gemulai ini, jangankan bergebrak sepuluh jurus, mungkin kena dikebut sekali saja bisa mencelat roboh. Karena itu semua orang ikut berkuatir atas diri si gadis.
Tidak sedikit jago2 Mongol yang sudah pernah saksikan ilmu sakti Kim-lun Hoat-ong yang boleh dikatakan tenaganya melebihi 9 ekor kerbau. Meski Siao-liong-li adalah musuh mereka, tapi melihat parasnya yang jelita, sudah menjadi pembawaan manusia suka akan rupa cantik, maka semua orang sama2 mengharap Hoat-ong jangan turun tangan.
Dalam pada itu, habis Nyo Ko bacakan mantera, dengan pelahan ia bisiki Siao-liong-li: "Kokoh, hati-hati terhadap Hwesio ini."
Di lain pihak demi mendengar Nyo Ko bisa membaca mantera tanpa salah sekatapun, Kim-lun Hoat-ong amat kagum sekali "Orang muda, hebat kau," ia memuji.
"Ya, Hwesio, kau juga hebat," sahut Nyo Ko.
"Hebat apa?" Kim-lun Hoat-ong melotot.
"Hebat karena kau cukup besar nyali untuk bergebrak dengan guruku," kata Nyo Ko. "la adalah reinkarnasi Budha, punya kesaktian setinggi langit mahir ilmu taklukkan naga dan tundukkan harimau, maka sebaiknya kau ber-hati2 !"
Kiranya Nyo Ko sangat licin, ia tahu musuh terlalu lihay, ia sengaja membual agar orang rada selempang hingga tak berani turun tangan habis2-an, dengan demikian gurunya lantas Iebih gampang melawannya..
Siapa tahu Kim-lun Hoat-ong adalah seorang gagah perkasa yang jarang diketemukan dari Tibet, baik sastra maupun silat lengkap dipelajarinya, mana bisa ia tertipu begitu saja, "Awas, serangan pertama, lekas kau lolos senjata !" segera ia berseru.
Nyo Ko telah copot sarung tangan dari benang emas halus itu dan masukkan sekalian pada tangan Siao-liong-li, lalu ia mundur ke belakang.
Siao-liong-li segera keluarkan sehelai selendang sutera putih terus diayun ke udara, pada ujung selendang sutera terikat sebuah bola emas kecil dan didalamnya berisi gotri, ketika selendan itu bergerak, bola itu lantas berbunyi kelinting2 bagai keleningan.
------------- gambar ------------
"Kelinting" tiba - tiba bola kecil di ujung selendang Siao-liong-li menukik turun laksana-kepala ular menutuk ke Hap-kok-hiat di tengah2 antara jari jempol dan telunjuk
-----------------------------------
Melihat senjata kedua orang sama2 aneh, semua penonton menjadi tertarik, kalau senjata yang satu sangat panjang, adalah senjata yang laki sangat pendek, yang satu sangat keras, yang lain sangat lemas dan kebetulan kedua senjata masing2 sama-sama bersuara gemerincing pula.
Roda emas yang digunakan sebagai senjata Kim-lun Hoat-ong itu adalah senjata aneh yang belum pernah dilihat para jago silat Tionggoan, tak peduli golok tumbak, pedang, toya atau lain2, asal kebentur Kim-lun atau roda emas sama sekali tak berdaya, asal Kim-lun Hoat-ong mencakup sekali dengan rodanya terus ditarik, maka senjata lawan pasti akan terlepas dari cekalan, maka orang yang bertempur dengan dia lewat satu jurus saja pasti segera kehilangan senjata. ia bilang agar Siao-liong-li sambut sepuluh jurus serangannya, sebenarnya sama sekali bukan omong besar,,kalau bukan melihat ilmu silat Nyo Ko memang hebat, tidak nanti ia bilang 10 jurus. Hendaklah diketahui sejak ia keluar Tibet belum pernah ada seorang jago yang mampu terima tiga kali serangan roda emasnya.
Dalam pada itu Siao-liong-li telah ayun selendang suteranya, ia mendahului membuka serangan.
"Barang apakah ini?" ujar Hoat-ong melihat senjata lawannya itu. Segera dengan tangan kiri ia hendak tarik selendang itu, ia lihat kain selendang itu lemas dan hidup, ia tahu pasti banyak perubahannya, tapi ia sudah siap sedia, dengan tarikannya itu ia sudah jaga2 dari berbagai jurusan, tak perduli ke mana kain selendang berkelebat tidak nanti terlepas dari genggamannya.
Tak ia duga bola kecil di ujung selendang itu tiba2 "kelinting" berbunyi sekali terus mendal ke atas hendak ketok "tiong-cu-hiat" pada balik telapak tangannya.
Tapi cepat sekali Klm-lun Hoat-ong ganti gerak tangannya, ia baliki telapak tangan terus hendak tangkap pula bola kecil itu.
Kembali sedikit Siao-Iiong-li sendal tangannya, bola kecil itu memutar pula dari bawah ke atas hendak ketok "Hap-kok-hiat" di-tengah2 antara jari jempol dan telunjuk.
Tapi lagi2 Hoat-ong baliki tangannya, sekali ini ia gunakan kedua jarinya itu hendak jepit bola emas itu.
Namun Siao-liong-li juga sangat jeli, setiap perubahan musuh dapat dilihatnya jelas, sedikit ia ulur selendangnya, bola kecil itu malah menyelonong ke depan buat tutuk "kiok-tik-hiat" di sikut lawan.
Beberapa gebrakan itu betul2 dilakukan dalam sekejap saja dan hanya terbatas diantara telapak tangan Kim-lun Hoat-ong yang bolak-balik, tiap kali Kim-lun Hoat-ong membaliki telapak tangan dan tiga kali Siao-liong-li sendal selendangnya, tapi masing2 sudah saling gebrak lima jurus.
Nyo Ko cukup terang menyaksikan pertarungan itu, maka dengan suara keras ia menghitung:
"Satu-dua-tiga-empat-lima.." nah, sudah lima jurus, tinggal lima jurus lagi !"
Padahal Kim-lun Hoat-ong bilang agar orang sambut 10 jurus maksudnya ialah menyambut 10 jurus serangannya, tapi Nyo Ko main licik, ia hitung-serang-menyerang kedua belah pihak dan dihitung semua.
Meski Hoat-ong tahu bocah ini licik, tapi ia adalah seorang cakal bakal satu aliran tersendiri mana ia sudi tawar menawar soal itu dengan orang ? Segera ia sedikit geser sikutnya hingga bola Siao-liong-li tadi luput mengenai jalan darahnya, sebaliknya roda emasnya terus saja menyerang ke depan.Siao-liong-li mendengar suara gemerincing riuh dan sinar emas berkelebat dari depan, tahu2 "roda emas" orang cepat luar biasa sudah berada di depan mukanya.
Kejadian ini sungguh tak ter-duga2, jangan kata hendak menangkis, untuk berkelit saja sudah telat, dalam keadaan bahaya, otomatis ia sendal kain selendangnya hingga melingkar dari samping, bola emasnya terus ketok "Hong-ti-hiat" di belakang kepala musuh, Tempat ini adalah urat nadi mematikan di tubuh manusia, betapapun tinggil ilmu silatnya asal kena dihantam pasti tak terjamin jiwanya, serangan ini sesungguhnya dilakukan terpaksa oleh Siao-liong-li, yakni dengan resiko gugur bersama untuk memaksa lawannya tarik kembali serangannya.
Betul saja Kim-lun Hoat-ong tak mau adu jiwa dengan orang, ia menunduk berkelit, karena menunduknya ini roda yang dia hantamkan ke depan menjadi sedikit lambat, kesempatan ini telah digunakan Siao-liong-li buat tarik kembali selendang-nya, terdengarlah klinting2 yang riuh, bola emas pada ujung selendangnya telah saling bentur dengan roda emas hingga tipu serangan Kim-lun Hoat-ong itu kena dielakkan.
Hanya sekejap itu saja keselamatan Siao-liong-li sudah bergulir dari hidup menuju jalan kematian dan dari mati kembali hidup, lekas2 ia gunakan Ginkang atau ilmu entengi tubuhnya melompat ke samping, saking gentarnya hingga wajahnya yang memang pucat itu terlebih pucat pula.
Padahal Kim lun Hoat-ong baru menyerang sekali namun di samping Nyo Ko lantas berteriak-teriak: "...enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh. Nah, sudah cukup, guruku sudah bisa sambut sepuluh jurus, apalagi yang bisa kau katakan?"
Hanya beberapa gebrakan itu, Kim-lun Hoat-ong lantas tahu meski ilmu silat Siao-liong-li tinggi, tapi masih jauh belum bisa imbangi dirinya, kalau bertanding benar2, dalam 10 jurus pasti ia bisa kalahkan si gadis, yang paling menjemukan yalah Nyo Ko terus mengacau di samping hingga pikirannya dibikin tak tenteram. ia pikir: "Biarkan pemuda ini ngaco-belo, asal aku perkencang seranganku dan kalahkan dulu anak perempuan ini, segala nya akan menjadi beres sendirinya."
Tapi lagi2 Nyo Ko ber-teriak2 : "Tak malu, sudah bilang 10 jurus, sekarang menyerang lagi. Sebelas, duabelas, tigabelas, empatbelas..."
Ia tak perduli berapa banyak kedua belah pihak sudah saling labrak tapi mulutnya mencerocos menghitung semaunya seperti mitralyur
Siao-liong-li sendiri menjadi ketakutan sesudah sambut, sejurus serangan musuh, betapapun ia tak berani lagi tahan serangan orang yang kedua dari depan, lekas2 keluarkan ilmu entengi tubuh yang dari Ko-bong-pay terus berlari cepat mengitari ruangan sambil selendang suteranya ikut bergulat dan bola emas berbunyi riuh hingga berwujut sesosok kabut putih diseling sinar emas.
Bunyi kelintang-kelinting dari bola emasnya itu kadang2 cepat dan tempo pelahan, mendadak lirih, tahu2 keras, ternyata tersusun., menjadi suatu irama lagu.
Diantara penonton itu ada yang paham seni suara, segera ada yang berteriak "He, ini adalah "Uh-ltat-ling-kiok" ciptaan Tong-beng-hong !"

Waktu yang lain memperhatikan, betul saja, sedikitpun tak meleset, malahan segera ada yang ikut2an tepuk2 tangan dan goyang2 kaki menuruti irama musik keleningan itu.

Kiranya Siao-liong-li wataknya suka seni musik, diwaktu iseng dalam kuburan kuno itu ia suka tabuh rebab menurut lagu tinggalan Cosu-popoh Lim Tiau-eng dan banyak mendapat kemajuan dalam jurusan ini. Belakangan waktu ia melatih bola emas dengan selendang sutera, ia dengar bola itu menerbitkan suara kelinting2 yang mendekati irama musik, dasar hati anak muda, di antara ilmu silatnya itu ia kombinasikan dengan irama musik!
Dari karena paduan ilmu silat dan musik ini, waktu dimainkan menjadi lebih luwes dan teratur.
Kini Siao-liong-Ii tahu lawan terlalu lihay, ia tak berani melawan dari depan, ia putar selendang suteranya cepat dan berlari kian kemari untuk menghindar!

Ginkang ajaran Ko-bong-pay adalah suatu di antara ilmu tertinggi dari Bu-lim yang tak bisa dicapai aliran silat lain, Meski ilmu silat Kim-lun Hoat-ong jauh di atas Siao-liong-li, tapi selama hidup gadis ini-dilakukan dalam kuburan kuno dan melatih diri di tempat sempit, kini ia terus lari ke sana jemari sambil melompat dan berlari, ternyata sedikitpun Hoat-ong tak berdaya, ia dengar suara ting2 keleningan orang se-akan2 tersusun sifat lagu, tanpa tertahan hatinya tergerak ia pusatkan pikiran buat menyerang menuruti irama musik orang, lekas2 ia goyang roda emasnya hingga terbitkan suara gemerincing yang riuh.

Maka seketika dalam ruangan itu timbul paduan dua macam suara, kadang2 pelahan dan tiba2 keras, tempo2 tinggi nadanya, tahu2 rendah lagi, nyata mereka menjadi bertanding dalam irama musik jika suara keleningan Siao-liong-li nyaring merdu, kedengarannya membikin semangat menjadi segar, sebaliknya suara roda emas gemerantang keras bagai besi dipukul dan seperti golok dikikir, seperti babi disembelih dan mirip anjing dipentung, aneh luar biasa suara itu dan tak enak didengar. Yang satu ulem, yang lain berisik kedua pihak ternyata sama kuatnya.
Dalam pada itu Nyo Ko masih terus mencerocos menghitung, kini sudah dihitungnya sampai:
"1005, 1006, 1007 ..."
Tapi karena Siao liong-li tak berani bergebrak berhadapan dengan musuh, maka hakikatnya 10 jurus bagi Kim-lun Hoat-ong saja belum genap.
Lama2 Kim-lun Hoat-ong tidak sabar lagi, ia merasa dengan kedudukannya sebagai tokoh besar suatu aliran tersendiri sampai lama sekali masih belum bisa menangkan satu gadis jelita, kalau sampai ber-Iarut2 terus, sekalipun akhirnya menang, pasti tidak gemilang juga bagi kemenangannya, maka mendadak tangan kiri ia ulur ke samping, sedang roda emas tiba2 menghantam dari bawah ke atas.
Dalam keadaan bahaya, se-konyong2 Siao-liong-li ayun selendang suteranya hingga menerbitkan bayangan putih, tubuhnya cepat pula melompat. Tapi roda emas Kim-lun Hoat-ong mendadak. berputar balik terus menggubet kain selendangnya
Kalau senjata biasa pasti segera akan terebut olehnya, justru kain sutera ini lemas serta licin, maka dengan enteng tahu2 meluncur keluar lagi dari lubang rodanya.
"ltulah serangan kedua, dan kini yang ketiga !" bentak Hoat-ong tiba2 berbareng ia melangkah maju, roda emas mendadak terlepas dari tangannya terus menyamber ke arah Siao-liong-li.
Serangan luar biasa ini sama sekali diluar dugaan, maka terdengarlah suara mendenging yang memekak telinga, roda itu menyamber ke arah Siao-liong-li. Terkejut sekali gadis ini, lekas2 ia mendekam ke bawah sambil melompat mundur, tahu2 sinar emas menyamber lewat depan mukanya membawa suara mendenging nyaring, begitu keras angin samberannya hingga kulit mukanya ikut terasa pedas.
Di bawah seruan kaget semua orang, tiba2 Hoat-ong turun tangan dan tepi roda itu didorong dengan telapak tangannya, seperti benda hidup saja tahu2 roda itu memutar balik terus menyusul ke arah Siao-liong-li.
Insaf kalau gaya putaran roda emas ini sangat keras, Siao-liong-li tak berani coba membelit dengan kain selendangnya, terpaksa ia berkelit kesamping.
"Ginkang bagus !" seru Hoat-ong setelah dua kali serangan tak berhasil cepat sekali ia menyerobot maju terus memotong pula tepi rodanya, habis itu beberapa kali pukulannya mencegat di depan Siao-liong-li pula, sebaliknya roda emas ini lantas putar kembali menghantam belakang kepala karena gaya potongan Hoat-ong tadi.
Meski terbangnya Kim-lun itu tak begitu cepat, tapi membawa suara gemerincing, maka tampaknya menjadi hebat luar biasa, pula sebelumnya Hoat-ong sudah menduga ke mana Siao-liong-Ii hendak berkelit, maka roda itu menjadi seperti tumbuh mata saja, setelah berputar sekali di udara, segera memburu sasarannya dari belakang.
Tahu akan bahaya mengancam, sekali meloncat dan berkelit Siao-liong-li keluarkan seluruh kemahirannya, siapa tahu mendadak Kim-lun Hoat-ong pentang tangan menghadang di depannya pula.
Melihat keadaan itu ditambah telinga se-akan2 pekak oleh suara mendengung roda emas, para ksatria itu sama terperanjat dan ikut ber-debar2.
Nampak sang Kokoh terancam maut, tentu saja Nyo Ko tak tinggal diam, mendadak ia samber gada yang ditinggalkan Darba di lantai itu terus meloncat ke atas sekuatnya, ia angkat gada itu dan-roda emas yang menyamber datang itu disodoknya, maka terdengarlah suara gemerantang yang keras, persis gada itu telah memasuki lubang roda itu, cuma tenaga roda itu terlalu besar hingga kedua tangan Nyo Ko tergetar lecet dan alirkan darah, orangnya berikut gada dan roda emas itupun terbanting semua ke lantai.Sekilas Siao-liong-li melihat roda emas itu terpukul jatuh oleh Nyo Ko, ancaman dari belakang sudah tak ada lagi, tapi waktu ia lagi meloncat mana bisa musuh di bagian depan itu dihindarinya?
Orang yang terancam bahaya seringkali timbul akal mendadak, tiba2 selendang suteranya ia sabet ke depan dan melilit satu tiang di sebelah barat terus ditariknya kuat2, dengan tenaga ayunan itu tubuhnya lantas melayang ke tiang rumah itu, dan dengan tepat sekali ia lolos dari lubang jarum tenaga pukulan Kim-lun Hoat-ong yang maha hebat.
Sudah terang2an hampir berhasil serangannya siapa tahu kena dikacau lagi oleh Nyo Ko, bukan saja musuh bisa menyelamatkan diri, bahka senjatanya yang malang melintang tanpa tandingan malah kena dipukul jatuh mentah2 ke lantai sungguh suatu pengalaman pahit yang selamanya tak pernah dialami Kim-lun Hoat-ong. Biasanya ia bisa berlaku tenang dan sabar, bisa berpikir biasanya.
Tapi kini sama sekali sudah lupa daratan, tidak tunggu sampai Nyo Ko berbangkit, cepat sekali ia hantam pemuda ini dari jauh.
Meski pukulan ini dilakukan dari tempat sejauh setombak lebih, tapi angin pukulannya mengurung dari segala penjuru, sudah pasti sasarannya susah berkelit.

Seguir leyendo

También te gustarán

1.2M 55.7K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.5M 72.6K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1M 109K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
1.2M 21.6K 186
Wiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang s...