Fox And Flower

Af nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... Mere

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
008. Rubah Emas dan Lotus Ungu
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
015. Keputusan
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
034. Terciptanya Dendam -1-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
046. Kembang Api Yang Terbakar -2-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
048. Pangeran Yang Terbuang -2-
049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-

4.9K 525 202
Af nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

"Neji Nii-san!!!!!" Hanabi terpekik girang saat pandangannya mengakui bahwa pria tegap yang berkuda dihadapannya adalah kakak sulungnya yang dinyatakan meninggal. Tanpa pikir panjang ia turun dari keledai yang di tungganginya. Berlarian mengabaikan Konohamaru yang mengejarnya. Kaki-kaki kecilnya yang hanya di lapisi getta sederhana menapaki hamparan padang rumput. Mengejar sang kakak yang tengah menunggang kuda cokelatnya dengan gagah.

Ia tak salah pria yang berada dihadapannya adalah sang kakak yang selama ini ia kira meninggal. Surai panjang cokelat warisan ayah mereka. Mutiara lavender yang hanya dimiliki oleh klan Hyuuga tak dapat mengingkari identitasnya sebagai keturunan murni klan Hyuuga.

"Neji Nii-san!!!"

"Hyahhhh" Neji menarik kencang tali kekang kuda cokelatnya, hingga kuda itu berhenti dan berbalik.

Mutiara lavendernya membulat seketika memandang ke bawah. Gadis remaja bersurai cokelat dengan mutiara lavendernya. Ia kenal betul sosok yang berdiri dengan linangan air mata di pelupuknya itu. Hyuuga Hanabi, adik bungsu kesayangannya.

"Hanabi, kau..."

Neji turun dari kudanya. Para pasukan yang berada di sekelilingnya juga turun dan memasang kuda-kuda untuk melepas katana dari sabuknya. Mereka bersiaga dengan sepasang remaja yang tiba-tiba mengerjar.

Melihat orang disekelilingnya bersiaga dengan katananya, Konohamaru tidak tinggal diam. Pemuda Sarutobi itu mengikuti naluri samurainya, ia melepaskan katana yang tersimpan di sarung samping tubuhnya. Bersiap menyerang siapapun yang berusaha menyakiti gadisnya.

Neji tersenyum tipis melihat aksi Konohamaru. Ia cukup dapat membaca bahwa sang adik adalah alasan si pemuda untuk menarik katananya. Ia gerakkan telapak tangannya tinggi, memberi aba-aba pada pasukannya bahwa dua orang yang ada dihadapannya ini bukanlah musuh.

"Neji Nii-san...?" Hanabi berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa pria yang berada dihadapannya kini benar adalah kakaknya.

Neji tersenyum tulus sambil mengangguk, ia bentangkan kedua tangannya untuk menerima pelukan dari sang adik.

"Neji-Nii kau masih hidup..." Hanabi menerjang kakaknya dalam sekali pelukan hingga sang sulung Hyuuga itu hampir terjungkal kebelakang.

"Imouto nakal kau tidak berubah ya..." Neji memeluk erat adik bungsu kesayangannya itu. Mengusap pelan punggung bergetar adiknya.

"Neji-Nii, Otou-sama...." Hanabi tercekat ia terisak saat mulutnya akan mengabari berita kematian ayah mereka.

Neji paham berita yang akan disampaikan oleh sang adik. Ia tahu bahwa ayah mereka sudah tidak ada lagi diantara mereka. Naruto tak pernah melepaskan tawanannya dengan suka rela.

Mereka tak akan pernah bisa kembali dengan selamat jika sudah menjadi incaran sang Jenderal. 'Semua perbuatanmu yang kau lakukan pada Hyuuga, kau harus membayarnya, dengan darahmu dan anak keturunanmu, sekalipun mereka berasal dari rahim seorang Hyuuga.'

...

"Jadi Nii-san di selamatkan oleh Toneri-sama dan dibawa ke istana Naniwa....?" Tanya Hanabi polos dengan mulutnya yang dipenuhi sisa-sisa sup jagung yang baru saja di santapnya.

Neji miris melihat keadaannya, Hanabi terlihat seperti kelaparan berhari-hari dan ia hanya mengenakan yukata berwarna gelap dan lusuh. Ia mengangguk tersenyum tipis pada sang adik yang terlihat seperti gelandangan. "Kau sendiri katakan apa yang terjadi padamu, setelah malam itu?"

Konohamaru yang duduk disamping Hanabi, memandang sendu Hanabi yang tertunduk. Mencoba mengingat kembali malam mengerikan yang menimpa istana klan Hyuuga.

Tangan besar nan hangatnya menggenggam tangan halus dan bergetar milik sang bungsu Hyuuga. Ia tahu, Hanabi sedang melawan rasa sedih yang teramat dalam.

"Biar aku saja yang menceritakannya." Konohamaru mengambil alih peran Hanabi.

Sementara Neji, dari tatapannya sangat tidak suka dengan sikap Konohamaru yang lancang menggantikan adiknya untuk bercerita. Tatapan tajam Neji seolah berkata 'Siapa kau?'

"Dia dijadikan budak di pertambangan setelah kejadian itu. Sedangkan Hidenka-sama.."

Dahi Neji berkerut mendengar gelar wanita terhormat yang disebutkan Konohamaru.

"Maksud saya, Hinata-sama." Konohamaru meralat ucapannya.

Neji mengangguk ia ingat bahwa adiknya yang satu lagi telah pantas memiliki panggilan itu.

"Hinata-sama dijadikan geisha pribadi Shogun-sama. Saat hukuman kematian Hiashi-sama, Hinata-sama dan Hanabi dipaksa menyaksikan secara langsung."

Neji memejamkan matanya erat. Tangannya mencengkram dada kirinya erat, membayangkan penderitaan sang ayah meregang nyawa, dan para adiknya yang di paksa menyaksikan. 'Kau benar-benar iblis Naruto.' Tangannya mengepal tinju erat, sampai kuku-kukunya memutih. Ia menyimpan amarahnya sendiri dan membiarkan Konohamaru kembali menceritakan.

"Beberapa hari setelah kematian Hiashi-sama istana Kamakura Bafuku dan Daidairi di gemparkan dengan berita kehamilan Hinata-sama, saat itu Hanabi di perintahkan bekerja sebagai pelayan di Shinto Ryu."

Neji kembali mengepalkan tangannya setelah sebelumnya ia nampak tenang. Ia menggeram murka saat mendengar adik kesayangannya hamil beberapa hari setelah ayah mereka meninggal. 'Kau benar-benar jalang Hinata!, aku tak pernah menyangka jika kau berbahagia setelah kematian Otou-sama. Kau bercinta dengan Shogun keparat yang membantai keluargamu dan dengan suka rela mengandung benihnya.'

"Lalu..."

"Hentikan.." Perintah Neji mutlak, ia tak sanggup mendengar cerita dari Konohamaru. Di tambah lagi, tubuh Hanabi yang bergetar menahan tangis. "Sebaiknya kalian beristirahat. Aku sudah memesankan kamar untuk kalian di penginapan ini."

...

"Hanabi...."

Kepala gadis Hyuuga tertoleh, ia menatap ke jendela kamarnya yang tertutup. Ada suara setengah berbisik yang membuatnya takut. Ia bangkit dari futtonnya. Entah kenapa malam itu dia tak dapat tidur, kendati ia sudah tidur di tempat yang layak.

Berhari-hari mengitari desa di luar perbatasan Kyoto membuatnya dan Konohamaru harus tidur sembarangan beratapkan langit malam. Jika hujan barulah mereka akan tidur di penginapan. Semua itu demi menghemat pemberian dari Temari.

"Siapa...?" Tanya Hanabi setengah berbisik dengan nada ketakutan.

"Ini aku Konohamaru," Jawaban dari luar jendela membuat Hanabi menghela nafas lega. Pelan-pelan ia buka jendela kayu itu.

"Kau!, kenapa menggangguku?! Kita sudah punya kamar yang bagus masing-masing, jadi jangan mencari alasan untuk berduaan denganku!"

"Sssttttt" Konohamaru menempelkan telunjuknya pada bibir Hanabi. Ia melompat masuk kedalam kamar gadis Hyuuga itu, tanpa peduli resiko kakak laki-laki si gadis yang siap menebas lehernya jika ia tertangkap menyelinap.

"Ada apa?" Tanya Hanabi setengah berbisik ketika telunjuk Konohamaru terlepas dari bibir ranumnya. Sejujurnya jantung Hanabi berdetak cepat saat jari Konohamaru menyentuh bibirnya.

"Besok, apapun yang di perintahkan oleh kakakmu, katakan saja iya, dan menurutlah."

Hanabi bisa melihat dari onix hitam pewaris Shinto Ryu ini sedang serius. Sama seperti ketika akan membawanya kabur dari perguruan samurai itu.

Hanabi mengangguk, tapi ia tak bisa menahan rasa penasarannya. "Memangnya apa yang akan di perintahkan Neji-nii...?"

Konohamaru menghela nafas berat. "Entahlah, tapi kumohon jangan membenciku, ini hanya analisaku sebagai mantan samurai."

Kelopak mata Hanabi menyendu mendengar kata mantan samurai. Konohamaru jadi seperti itu karena dirinya.

"Dengarkan aku Hanabi." Konohamaru memegang kedua lengan Hanabi lembut. "Kakakmu memiliki keterlibatan dengan Toneri, dia adalah mantan putera mahkota yang terbuang karena diketahui bukan anak kandung Tenno-sama, dia merupakan orang yang paling berpotensi melakukan pemberontakan, selama ini Shogun-sama menaruh pengawasan lebih padanya."

"Kau mengatakan kakakku pemberontak!"

"Dengar Hanabi, Neji-san sama sepertimu waktu itu , dia diliputi dendam. Dari pasukan yang ia bawa. Baju besi yang ia pakai, dan arah perjalanannya menuju Kyoto, semua sudah mengarah ke hal itu."

Hanabi terpaku mencerna ucapan Konohamaru. Ia mendongakan kepalanya dan menampakkan mutiara lavendernya yang berkaca-kaca. "Hinata-nee...." Gumamnya lirih.

"Mungkin ini jawaban dari firasatmu..," Konohamaru menenangkan mendekap lembut gadis bersurai sama dengannya.

"Neji-nii harus tahu yang sebenarnya..."

"Kau akan dianggapnya mengkhianati klan. Untuk saat ini berpura-puralah ada di pihaknya. Begitupun aku. Dia berada di luar penginapan sekarang, aku melihatnya menemui seseorang. Dan aku mencurigai Uchiha Sasuke. Tepat dihari dimana kita meninggalkan Kyoto, Shogun-sama juga pergi ke Naniwa untuk mengejar Sasuke. Aku kira dia juga terlibat dalam rencana kakakmu."

"Nee-sama... aku tak mau dia menderita lagi...." Hanabi terisak dalam dekapan Konohamaru.

"Jangan takut aku bersamamu.." Konohamaru mengecup lembut pucuk kepala Hanabi. Memberikan ketenangan pada si bungsu Hyuuga yang diliputi kecemasan.

'Kau boleh mengeluarkanku dari Keshogunan, Shogun-sama, tapi kesetiaanku pada Heian dan Kamakura Bafuku tak akan pernah berubah. Aku akan tetap berpegang teguh pada sumpah samuraiku. Menjaga dinasti ini hingga tetes darah terakhir.'

...

Brak

Poci-poci teh yang tersusun rapi diatas meja pendek itu bergetar, ketika Neji memukul keras meja itu. Hanabi dan Konohamaru sedikit terperanjat saat melihat reaksi Neji setelah mereka menceritakan kejadian di Shinto Ryu. Tentu saja Hanabi bersikap disini seolah dia membenci Hinata, dan Konohamaru mendukungnya.

"Jadi Naruto, mengeluarkanmu dari keshogunan karena kau melindungi Hanabi?"

Konohamaru dan Hanabi mengangguk berbarengan.

"Hanabi kau kembali kekamarmu, kita akan melanjutkan perjalanan menuju Kyoto besok. Bersiaplah, kita akan mengambil kembali hak Hyuuga yang telah dirampas oleh Uzumaki keparat itu."

Mutiara lavender Hanabi sedikit terperanjat. Ternyata ucapan kekasihnya benar, kakak laki-lakinya ini merencanakan pemberontakan. Ia mencoba kembali menetralkan ekspresinya.

Mereka berdua berdiri untuk meninggalkan kamar yang dihuni Neji bersama wanita yang tak mereka kenal. Hanabi dan Konohamaru hanya tahu nama wanita itu Tenten.

"Tunggu, aku hanya menyuruh Hanabi yang keluar. Kau tetap disini, Konohamaru."

Hanabi memandang lekat wajah kekasihnya. Sungguh ia benar-benar takut jika sang kakak mencelakai orang yang telah banyak berkorban untuk dirinya.

Konohamaru mengerjapkan matanya sambil mengangguk. Memberi isyarat pada Hanabi bahwa dirinya akan baik-baik saja. Ia lepaskan genggaman erat tangan Hanabi pada tangannya.

...

"Jadi kau menginginkan hakmu sebagai samurai kembali?" Tanya Neji, sepeninggal Hanabi.

Konohamaru mengangguk pasti. Seolah ia bertekad bulat. Hingga kebohongan sama sekali tak terpancar di raut wajahnya.

"Kau berpihak pada kami?"

'Kami, berarti ada orang lain yang berniat menyerang Kyoto.' Konohamaru mengangguk pasti

"Kau akan ikut dalam pemberontakan, penyerangan istana Kamakura hingga istana Daidairi?" Neji sedang menguji kesetiaan.

Kembali Konohamaru mengangguk pasti.

Neji menyeringai tipis. "Kau pikir aku percaya begitu saja. Buktikan kesetiaanmu."

Konohamaru tersenyum simpul ia mengerti yang dimaksud Neji dengan bukti kesetiaan. Ia ulurkan telapak tangan kirinya.

Neji menyeringai tipis melihat respon kekasih adiknya. Ia angkat katananya yang tak terbungkus sarung lagi. Dan...

Crasss.

...

Tubuh mungil yang tengah menampung kehidupan baru itu terbaring lemah diatas futton. Kandungannya yang telah menginjak usia delapan bulan itu kembali berkontraksi hebat. Mau tidak mau ia harus memberi kabar ke istana Dairi. Untuk mengutus tabib khusus untuknya. Bagaimanapun Hinata tak ingin terjadi hal buruk pada janin yang tengah bergantung hidup padanya.

Sreeekkkkk

Pintu geser itu terbuka pelan. Seorang wanita muda sebaya dirinya berdiri diambang pintu. Kali ini bukan Mito sang permaisuri yang turun tangan langsung. Ia mengutus muridnya yang merupakan kaum kitsune Uzumaki. Sang ketua dewan tabib istana, Uzumaki Sara. Sebuah jabatan yang seharusnya di pegang oleh Uchiha Sakura sahabatnya.

"Apa Kogo-sama baik-baik saja?" Tanya Hinata ketika Sara duduk bersimpuh di sampingnya.

"Beliau hanya kelelahan." Bohong Sara sambil meraih tangan Hinata dan memeriksa denyut nadinya. Ia tak mungkin memberitahu Hinata jika Mito tadi pagi memuntahkan darah hingga tak sadarkan diri dan membuat Hashirama membatalkan semua rapatnya.

...

"Hanya kontraksi palsu..., dia sedang mencari jalan lahir, tapi tenaganya sedikit besar, menurun dari ayahnya..." Sara tersenyum tulus pada Hinata. Tangannya yang dilingkupi cahaya kemerahan mengelus lembut permukaan perut besar Hinata.

"Kapan aku akan melahirkan Sara-san...?"

Sara tersenyum lalu menutup perut besar itu dengan selimut tebal. "Aku tak sepintar Kogo-sama tapi dari pergerakan janin anda, kemungkinan anda akan segera melahirkan, paling lama di minggu ke empat puluh satu dia sudah lahir.. atau mungkin bisa lebih cepat, melihat posisinya kepalanya sudah dibawah dan terus mencari jalan lahir, anda tak perlu mengandung sampai dua belas bulan seperti para kitsune, mengingat Shogun-sama juga memiliki darah manusia."

Hinata mengangguk pelan mendengar penjelasan Sara. Ada rasa bahagia bercampur sedih di dalam hatinya. Bahagia karena tak lama lagi ia akan melihat buah hati kecilnya yang telah ia kandung selama ini. Sedih karena ia takut, Naruto masih di liputi kebencian padanya saat putera mereka lahir. Tangannya lalu meraba lembut permukaan perutnya yang sudah sangat besar. Sebuah gerakan halus menyambut sentuhan tangannya. Gerakan buah hatinya.

'Semoga Otou-chan cepat pulang ya sayang... supaya dia bisa melihatmu lahir dan memberikan nama yang indah untukmu.'

...

"Kau mau memindahkan ibu kota ke Naniwa, Shogun-sama?" Sindir Shikamaru yang berjalan di belakang Naruro. Mereka baru saja memeriksa desa di sekitar perbatasan Naniwa. Tapi hasilnya nihil ia tak menemukan keberadaan Uchiha Sasuke dan keluarganya.

"Sudah hampir setengah bulan disini, aku merindukan anak dan istriku." Kali ini bukan sindiran lagi yang dilontarkan mulut Shikamaru. Ia secara terang-terangan mengatakan tak ingin lagi tinggal di Naniwa.

Bagaimana tidak setiap hari mereka menggeledah pelosok kota ini hingga ke desa kecil di sekitarnya. Tapi sang buronan tak kunjung terlihat batang hidungnya.

"Kita terus berada disini, tak menutup kemungkinan Uchiha Sasuke bergerak menuju Kyoto." Kali ini Sai yang berjalan di sebelah Shikamaru angkat bicara.

"Kau ingat saat Tsukimi Matsuri. Dia bisa masuk leluasa kedalam istana ketika kau berada disana. Apalagi saat kau tidak ada." Tambah Shikamaru.

"Dia bisa masuk kedalam istana karena ada yang membawanya menyusup. Dan orang itu adalah samurai aktif. Sai, apa perlu aku sebutkan siapa orangnya?"

Sai tertunduk menanggapi sindiran Naruto. Ia sadar orang yang disebut Naruto adalah dirinya. Naruto adalah seorang Jenderal tak sulit baginya untuk mengetahui kebenaran masalah seperti ini walau tanpa di beri tahu oleh Shikamaru.

"Kita akan menangkap Toneri malam ini, membawanya sebagai tahanan ke Kyoto. Aku tak bisa membiarkannya berkeliaran di istana ini, pengaruhnya sudah terlalu besar disini, bahkan lebih besar dari pada gubenur. Siapkan pasukan kita, kita akan menangkapnya dengan sedikit jamuan. Sama seperti ketika kita membantai Hyuuga." Titah Naruto dengan seringai tipisnya.

...

"Seleramu bagus.." Komentar Naruto santai. Rasanya sudah lama sekali ia tak menyaksikan pemandangan seperti ini. Menyaksikan para geisha menari meliukkan tubuhnya erotis mengingatkannya pada kebiasaan brengseknya sebelum menikah dengan Hinata.

"Aku tahu seleramu Shogun-sama dari semua Heian tahu bagaimana kualitas 'koleksimu' "

Naruto tersenyum tipis menanggapi ucapan Toneri. "Itu hanya masa lalu." Jawab Naruto sambil menenggak sake di cawannya.

"Anda banyak berubah sekarang. Anda sangat terlihat mencintai istri anda."

"Bukan urusanmu." Ketus Naruto sambil memandangi cawan sakenya. "Kau yang tak pernah berubah Toneri." Naruto menoleh sedikit ke arah Toneri. Memicingkan sebelah matanya dengan tatapan tajam dan....

Dengan kecepatan tak terduga di tangan Naruto kini sudah tergenggam katana yang bertengger di leher Toneri. "Katakan dimana kau menyembunyikan Uchiha Sasuke." Ancam Naruto sambil menampakkan seringai kemenangannya.

Bersamaan dengan itu. Para samurai yang datang bersama Naruto dari Kyoto dan samurai dari Naniwa masuk kedalam ruang tamu istana Naniwa. "Kau tak punya pilihan Toneri. Katakan dimana Uchiha Sasuke!"

"Aku tak mengerti apa maksudmu Shogun-sama..." Toneri tertawa tanpa dosa seolah ancaman Naruto adalah guyonan.

"Khe...," Naruto menyeringai lebar, mengayunkan memutar katananya dan mengarahkannya ke batang tenggorokan Toneri. "Katakan kau mau mati di tanganku sekarang. Atau merasakan ketenangan di penjara bawah tanah sebelum menuju tiang gantungan jika kau mengatakan dimana Uchiha Sasuke."

"Kau pikir aku sebodoh itu Naruto?" Tanya Toneri dengan mengedipkan matanya tanpa dosa.

Dan dalam sekejap para samurai dari Naniwa yang semula berada di pihak Naruto kini berbalik menyerang samurai yang datang dari Kyoto bersama Naruto. Salah satunya bahkan berani menudingkan katananya pada Naruto.

Trang

Dengan mudah Naruto menangkis katana yang sempat bertengger dilehernya.

Crass

Dalam sekali tebasan samurai yang lancang menudingkan katananya pada sang Jenderal tewas seketika. Ia seolah lupa bahwa yang di tudingnya adalah Jenderal yang memimpin ribuan pasukan Heian.

Trang

Dengan gerakan secepat kilat Naruto menangkis katana Toneri yang berniat menyerangnya. Naruto mengedarkan pandangannya pada sekeliling ruangan. Dugaannya meleset. Ia kira akan dengan mudah menyerang Toneri seperti membantai Hyuuga yang tengah lengah. Toneri mempersiapkan perlawanan dengan sangat rapi.

Trang

Naruto kembali menangkis serangan yang di tujukan padanya. Pasukan yang ia bawa dari Kyoto semakin kewalahan. Jumlah pasukan Naniwa yang berkhianat padanya lebih banyak dari pada jumlah pasukan yang ia bawa dari Kyoto.

Bahkan Shikamaru dan Sai yang merupakan samurai handal, juga kewalahan menghadapi jumlah pasukan Toneri yang jauh lebih besar. Naruto mempertahankan kuda-kudanya saat serangan katana Toneri kembali menyerangnya.

"Tak mengeluarkan kekuatan kitsune mu sekarang, Shogun-sama." Ledek Toneri sambil terus menekan katananya pada katana Naruto.

"Cih, untuk tikus kecil sepertimu aku tak perlu menggunakan kekuatan besarku."

"Akatsuki sedang menuju Kyoto, kau ingat apa yang terjadi pada ibumu, ku harap kau siap mengulang kembali kenangan burukmu jika itu terjadi pada istri hamilmu."

Trang....

Naruto mendorong Toneri hingga pria itu terjungkal kebelakang. Ia berlari menuju pintu keluar. Diikuti oleh para pasukannya, Shikamaru dan Sai. Pasukan Toneri berusaha menghalaunya. Tapi Naruto terus mengayunkan katananya. Menebas, menusuk tanpa ampun orang-orang yang menghalanginya. Hanya keselamatan sang istri dan janin yang bersamayam dalam tubuh sang istri yang menjadi tujuannya.

Ia tahu dalam tubuh Hinata tak hanya terkandung benihnya tapi juga Hoshi no tama sang ibu yang ada di dalam rahimnya. Hoshi no tama dan janin setengah kitsune adalah incaran dari para penakluk kitsune. Memang ada banyak kitsune lain yang akan melindungi Hinata disana. Tapi kehadiran akatsuki, tak menutup kemungkinan Uchiha Sasuke berada di dalam benteng kota Kyoto. Bersama dengan para pasukan penkhianat dari Naniwa.

Dan mereka semua mengincar Hinata istrinya yang tengah hamil tua. Persetan dengan istana dan tahtanya yang berada di Kyoto. Hinata, Nawaki, Mito, Hashirama, bayinya yang belum terlahir, para saudara kitsunenya dan rakyat Kyoto yang kini terancam dalam benteng Kyoto yang kini menjadi tujuan utamanya.

"Kembali ke Kyoto..!!" Titah Naruto berteriak seraya mengacungkan katananya kearah kota Kyoto. Naruto dan para pasukannya telah siap menunggangi kuda masing-masing.

Tapi naas, puluhan panah berapi lepas dari penembak jitu dari atap istana Naniwa. Dan saat Naruto menoleh, dengan jelas dia melihat Uchiha Sasuke memimpin pasukan pemanah itu.

Crasss

Pelipis Naruto tergores panah. Darah mengucur dari pelipisnya. Ia tetap memacu kudanya. Safirnya melihat satu persatu pasukan setianya tumbang dari kuda mereka. Pasukannya kian menipis. Kini tinggal Sai dan Shika yang bisa ia harapkan.

"SHIKA, SAI, JANGAN BERBALIK!, BAWA SISA PASUKAN KE KYOTO!"
Kuda Naruto berada di belakang seolah menjadi tameng bagi para pasukannya.

"Shikamaru, Naruto dibelakang." Sai tampak ragu meninggalkan Jenderalnya.

"Kyoto di serang, kita harus tiba disana sebelum matahari terbit." Shikamaru terus memacu kudanya. "Tak ada pimpinan samurai disana. Kyoto sedang dalam keadaan tidak siaga. Warga sipil dan keluarga kaisar harus kita lindungi. Naruto seorang Jenderal dia bisa menjaga dirinya sendiri."

Sambil memacu kudanya Sai menoleh ke belakang. Onixnya menangkap dengan jelas Naruto yang memacu kudanya dengan tetesan keringat dan darah yang mengucur. Sang Jenderal menghindar dari panah api yang dilancarkan pasukan Sasuke.

"Bertahanlah Naruto, Hinata menunggumu di Kyoto."

"Agh." Naruto tercekat menahan sakit. Bahunya tertancap anak panah api. Ia terus memacu kudanya dengan satu tangan berusaha mencabut anak panah dari bahunya.

"Agghhhhh.." Naruto berteriak kencang saat anak panah berhasil dicabut dari tubuhnya. Tanpa mempedulikan rasa sakitnya Naruto kembali memacu kudanya. 'Hime, sayang maafkan aku yang telah mengabaikanmu, aku pulang sayang, tetaplah baik-baik saja dan lindungi anak kita.'

...

"Oba-chan tolong Naru...."

Mito membuka matanya paksa, suara tangisan anak kecil mengusik istirahatnya. Dan betapa terkejutnya dia saat melihat Naruto yang berusia delapan tahun menangis kencang dengan wajah dan tubuh yang di penuhi luka.

"Naruto kau kenapa?"

"Oba-chan Naru sakit..."

Naruto kecil terus menangis kesakitan sambil berjongkok memeluk tubuhnya sendiri.

Mito mencoba untuk meneluk tubuh mungil itu, tapi tubuhnya dapat menembus ia sama sekali tak bisa memeluk keponakannya itu.

....

"Naruto!!!!" Mito terpekik kencang, ia bangun dari tidurnya dan terduduk.

"Hhhhh..." Nafasnya terengah-engah dadanya terasa sesak.

"Tsuma, kau baik-baik saja...?" Sebuah rengkuhan halus dirasakannya. Hashirama sang suami kini tengah mendekapnya erat memberikan ketenangan padanya.

"Apa Naruto sudah pulang?" Tanya Mito lirih.

"Belum dia masih di Naniwa."

Jantung Mito berdesir hebat mendengar jawaban sang suami. Batinnya di penuhi kekhawatiran akan titipan dari adik tercintanya itu. 'Naruto jaga dirimu nak..' Gumam Mito dalam hati.

...

Kelopak mata sendunya mengerjap pelan saat pipinya merasakan elusan lembut. Perlahan ia buka kelopak matanya. Bibirnya menyunggingkan senyum saat mutiaranya menangkap wajah yang sangat ia rindukan. Wajah Uzumaki Naruto, suaminya.

Ia ulurkan tangannya, balas mengelus pipi sang suami. "Naruto-kun sudah pulang...?"

Naruto mengangguk lemah sambil memandang sendu Hinata. "Maafkan aku Hime..."

"Aku sudah memaafkanmu, Anata...sudah sejak awal, " Jawab Hinata lembut.

Tangannya terus mengelus lembut rahang tegas sang suami. Hingga ia merasakan telapak tangan yang mengelus rahang suaminya basah.

Ia menarik tangannya dari rahang sang suami. Mengerjapkan matanya memandang lekat telapak tangannya. Tangannya basah karena darah. Ia alihkan pandangannya pada wajah sang suami. Hinata terisak sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. Kepala dan wajah Naruto dilumuri darah.

"Naruto-kun..." Hinata memeluk erat kepala suaminya yang berlumuran darah. Tiba-tiba nafas berat Naruto yang terasa di pundaknya berhenti berhembus.

...

"Naruto-kun!!!" Hinata terpekik kencang memanggil nama suaminya. Ia terbangun dari tidurnya dengan bercucuran keringat. Dengan susah payah akhirnya ia bisa duduk diatas futton. Memandangi seisi kamarnya. Ia hanya bermimpi.

"Hhhhhh, hiks...." Air mata bercucuran dari mutiara lavendernya. Mimpi itu terasa nyata baginya.

"Hidenka-sama..." Tomoyo langsung kedalam kamar Hinata begitu mendengar teriakan pilu sang lotus ungu. "Anda tidak apa-apa?"

"Apa Shogun-sama sudah pulang?" Bukannya menjawab pertanyaan Tomoyo. Hinata malah balik bertanya tentang kepulangan suaminya. Dengan berat hati Tomoyo menjawab pertanyaan Hinata dengan gelengan.

Hinata memalingkan pandangannya kesegala arah. Air mata kembali bercucuran dari mutiara lavender sendunya. 'Apa yang terjadi padamu Naruto-kun..?'

つづく
Tsudzuku

Next Chap

"Menembus Benteng Kyoto, Istana Kamakura"

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

6.4M 615K 67
[Sudah terbit & Part masih lengkap] ARFAN itu singkatan [Arka Fanya] 🎧🎧 Arka zaidan adhinata, adalah siswa baru pindahan dari USA. Ia mempunyai bak...
374K 31.1K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
1M 57.6K 59
Siapakah yang akan Kau pilih Sasuke? Istri yang kau nikahi karena cinta? Atau Wanita yang melahirkan benihmu? Atau Wanita yang ingin di jodohkan de...
137K 8.3K 16
Terjemah Bahasa Indonesia Novel Naruto The Last Novel yang berisi kisah cinta sang tokoh utama yakni Uzumaki Naruto Novel akan memberikan penjelasa...