Fox And Flower

By nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... More

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
008. Rubah Emas dan Lotus Ungu
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
015. Keputusan
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
034. Terciptanya Dendam -1-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
046. Kembang Api Yang Terbakar -2-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
048. Pangeran Yang Terbuang -2-
049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-

13.2K 638 451
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

🍀🍀🍀🍀

Luka memerah di pipi gembulnya ia usap pelan dengan sapu tangan yang lembab karena direndam air hangat. Bulir-bulir yang jatuh menetes di pipi terluka itu bukan karena sakit karena bekas tamparan itu. Tapi karena sang pelaku adalah orang yang sangat ia cintai.

Onix hitam sang dayang setiapun meneteskan air mata. Ia juga dapat merasakan kepedihan yang dirasakan nyonya yang sudah dianggapnya seperti kakak sendiri. "Hinata-nee anda baik-baik saja ?" Tanya Tomoyo lembut, ia tak kuasa melihat air mata bak embun yang menetes dari mutiara sang lotus ungu.

Hinata menggeleng pelan sambil menghapus air matanya. "Bisa tinggalkan aku sendiri.?"

Tomoyo mengangguk sambil tersenyum tipis. Dia berjalan mundur menjauhi Hinata menuju pintu geser.

"Tolong katakan pada semuanya aku baik-baik saja, dan jangan beri tahu apapun pada Kogo-sama..." Pesan Hinata sebelum Tomoyo meninggalkan kamarnya.

...

Rembulan memancarkan cahaya temaram menerangi seisi penjuru ibu kota Heian. Seorang wanita hamil tengah duduk termangu di bawah jendela besar kamar mewahnya, menatap sendu kelamnya malam yang menyerupai isi hatinya.

Katakanlah ia tak sopan kali ini. Mengenakan nagajuban putih dan duduk mendekam di dalam kamar seolah bersiap untuk tidur ketika tamu sedang bertandang di rumahnya. Kali ini ia tak dapat menutupi suasana hatinya yang benar-benar buruk. Bukan hanya karena perlakuan kasar yang di layangkan sang suami pada dirinya. Tapi karena ia merasa Naruto kembali menjauh darinya.

"Aku merindukanmu Naruto-kun...." Isakan kecil itu kembali lolos dari bibir ranum wanita yang di juluki tuan puteri lotus ungu ini. Ia rindu masa-masa dimana sang suami membagi kehangatan bersamanya. Tapi kini hanya hampa dan dingin yang ia rasakan. 'Semua ini salahku, ku mohon kembalilah...'

...

Sepasang mata safir memandang lega wajah damai yang tertidur pulas dari balik celah pintu yang di intipnya. Bahu kecil yang naik turun itu menandakan bahwa wanita yang sedari tadi menangis kini telah terbawa kealam mimpi.

Kaki jenjangnya menapaki tatami hijau yang melapisi lantai kayu kamarnya. Ia berjalan sepelan mungkin agar sosok mungil yang sedang terlelap itu tak terganggu akan kehadirannya.

Melepaskan haori hitamnya hingga menyisakan kimono hitam dan hakama abu-abunya, sang Shogun berjalan pelan kearah futton dimana sang istri tengah terlelap. Iris birunya memandang sekujur tubuh sang istri yang berbaring menyamping dihadapannya. Tangannya terulur membelai bekas telapak tangannya yang menghiasi pipi tembam sang istri.

"Maafkan aku Hime..." Penuturan itu terdengar penuh penyesalan.

Ia masuk kedalam gumpalan selimut tebal dimana sang istri tengan terlelap dalam damai. Merebahkan dirinya di samping wanita mungil yang tengah mengandung benihnya. Mengambil alih tubuh sang tuan puteri yang tengah terlelap. Menjadikan lengannya sebagai bantalan kepala indigo sang istri. Lalu membawanya kedalam dekapan.

Naruto mengecupi lembut pucuk kepala sang istri yang sangat ia sayangi. Menghirup sebanyak mungkin aroma wangi yang menguar dari helaian indigo wanita tercintanya. Dibawah selimut satu tangannya memeluk erat pinggang sang istri, sementara tangannya yang lain mengelus lembut perut buncit yang tengah menampung benihnya. "Kalian pasti sangat kesakitan tadi ya, maafkan Otou-chan yang tak bisa menahan emosi sayang...."

Naruto merengkuh hangat tubuh rapuh Hinata yang terlalu sering ia sakiti. Mengecupi dalam kening sang istri yang tertutupi poni indigo. Meluapkan rasa cinta dan kasih sayangnya yang sempat di selimuti oleh ego ambisi, dan dendam. "Tidurlah aku akan menjaga kalian.."

...

Kelopak mata putih sang wanita mengerjap. Pergerakan halus dalam rahimnya yang menyentuh rusuknya sontak membuat ia membuka paksa kelopak matanya. Sedikit tersentak, karena begitu bergerak ada tangan besar yang mengukungnya. Belum lagi aroma khas yang menguar di indra penciumannya.

Hinata kenal betul aroma maskulin ini. Aroma yang begitu akrab dengannya. Aroma tubuh Uzumaki Naruto, Suaminya, sang penguasa Kamakura Bafuku. Dan semua itu semakin terbukti, kala dada bidang sang suami terpampang di hadapan mutiara lavendernya. Dada bidang sewarna madu itu..., mungkin banyak pria Heian yang memilikinya. Tapi hanya Uzumaki Naruto yang mampu mendekatkan dada bidangnya tepat di wajah Uzumaki Hinata.

Kamar Hinata dan Naruto di jaga ketat oleh empat samurai terlatih. Tak sembarangan pria yang bisa menembus pintu geser itu. Apa lagi sampai bisa memeluk sang Hidenka-sama yang tengah terlelap. Hanya sang penguasa istanalah yang bisa dengan leluasa melakukan itu semua.

Hinata menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang suami. Mempererat pelukannya dalam dekapan Naruto. Kembali kealam mimpinya dengan kehangatan yang di berikan oleh sang suami

'Terimakasih sudah memaafkanku, Naruto-kun....'

...

"Nggghhhh..." Lenguhan kecil lolos dari bibir mungil nan ranum milik wanita cantik itu. Tubuhnya yang tengah hamil tua itu menggeliat kecil diatas futon yang menjadi tempatnya melepas lelah semalaman.

Kelopak mata sayunya mengerjap pelan, mencoba memperjelas pandangan yang ia tangkap. Seingatnya semalam ia terlelap dalam dekapan suaminya. Tapi pagi ini. Bahkan keberadaan sang Jenderal tak ia temukan dalam jangkauan pandangannya.

"Naruto-kun...." Hinata mendudukkan dirinya dan menyerukan nama sang suami. Tapi tak ada jawaban yang di perolehnya. Perlahan ia bangkit, berdiri dari futonnya.

"Naruto-kun, kau dimana..?"

"Naruto-kun..."

"Naruto-kun.."

Hinata mengitari ruangan kamarnya sambil berkali-kali menyerukan nama sang suami. Tapi lagi-lagi tak kunjung mendapat jawaban dari sang suami.

Ia berjalan keluar dari kamar, dengan masih mengenakan nagajuban putihnya dan rambut terurai hingga kepinggang. Hinata mencoba mencari keberadaan sang suami.

...

Kaki-kaki mungilnya menapaki kayu rokka melangkah tertatih sambil membawa beban di perutnya. "Apa kau lihat Shogun-sama..?" Tanya Hinata dengan deru nafasnya yang terputus-putus.

Sang dayang yang tengah menyapu pun hanya menggeleng kebingungan. Jangankan tahu keberadaan Jenderal mereka pagi ini. Dia bahkan belum pernah melihat wajah sang Jenderal. Tentu saja yang di tanyai Hinata adalah dayang baru yang bertugas di istana Kamakura Bafuku. Setelah sebelumnya bekerja di istana resepsi.

Hinata beralih pada dayang lain yang tengah membersihkan ukiran di pintu. Tangannya mencengkam erat kedua lengan si dayang. "Apa kau melihat Shogun-sama?" Tanya Hinata dengan ekspresi putus asa.

"Sho...gun...-sama ada di ger...bang..." Ucap si dayang terbata menahan sakit pada lengannya yang di cengkram oleh Hinata.

Tanpa menghiraukan perutnya yang tengah menampung nyawa kecil, Hinata berlari menuju gerbang istana Kamakura Bafuku. "Naruto-kun!!!" Ia berteriak memanggil nama sang suami sambil terus berlari.

Ayame, kepala dayang istana Kamakura Bafuku terkesiap. Tongkat yang digunakannya untuk memerintah para dayang junior terlepas seketika saat mata hazelnya menangkap Istri Sang Jenderal yang berlarian menuju gerbang istana. "Hidenka-sama, tunggu jangan berlari!!!" Ayame berlari menyusul Hinata yang berlari membabi buta.

...

"Naruto-kun..., tunggu...." Hinata terus menuruni tangga istana keshogunan sambil memegangi perut buncitnya yang terasa kencang. Berharap suaranya dapat di dengar oleh sosok tegap yang tengah menunggang kuda dari kejauhan.

Ia terus berlari hingga mencapai gerbang istananya. Sementara sang suami kian jauh melangkah dengan kuda beserta rombongan yang akan berangkat ke Naniwa.

Kakinya terasa lemas. Ia melihat dengan jelas sang suami mengenakan pakaian besi. Naruto tidak berangkat ke Chodo-in seperti biasa. Ia pergi meninggalkan Kyoto, mengingat jumlah pasukan yang mengekori di belakangnya.

"Kau bahkan tak berkata apapun tentang kepergianmu, kau bahkan tak berpamitan padaku, aku tak tahu apapun Naruto-kun..." Sorot mutiara lavender itu memancarkan kehampaan. Kekecewaan mendalam di rasakan relung hati terdalamnya.

"Hidenka-sama... Shogun-sama berangkat ke Naniwa untuk mengusut penyerangan di Tsukimi Matsuri." Suara pilu Ayame terdengar dari sisi belakang Hinata.

"Kenapa tak ada yang memberi tahuku..., siapa yang menyiapkan baju zirahnya, bagaimana dengan lukanya..., apa dia sarapan dengan baik pagi ini..?"

Ayame menitikkan air matanya, ia begitu terenyuh pada cinta Hinata yang memikirkan tentang kebutuhan suaminya. "Shogun-sama baru memberi tahu kami pagi ini..."

"Apa dia begitu membenciku sampai tak memberitahu kepergiannya..." Tatapan mata Hinata benar-benar kosong. Ketidak pedulian sang suami padanya menyakiti hati kecilnya yang amat rapuh.

Tiba-tiba kaki Hinata bergetar hebat. Ia merasa tak mampu menopang tubuhnya sendiri dan tiba-tiba pandangannya menjadi gelap.

Bruk

"Hidenka-sama!!" Ayame dengan sigap menopang tubuh Hinata yang hampir limbung ke belakang.

...

"Jangan terburu-buru masuk ke Kyoto."

Alis Neji seketika berkerut saat mendengar ucapan dari pria raven yang berdiri dihadapannya. Ia dan pasukannya sudah siap menyerang Kyoto. Tapi Sasuke malah memintanya menunda penyerangan.

"Aku yang memimpin penyerangan ini. Maka aku lah yang akan membuka gerbang Kyoto dan Istana Kamakura Bafuku." Ucap Sasuke seolah berkuasa.

Neji mendecih kesal mendengar kata-kata bernada arogan yang keluar dari mulut Uchiha Sasuke. "Kenapa tak kau saja yang memimpin penyerangan Kyoto." Neji hendak berjalan masuk kembali ke dalam kota Naniwa. Tapi tangan Toneri menghalangi bahunya.

'Aku tak akan membiarkan anjing-anjingku bertengkar.' Umpat Toneri dalam hati. "Kau harusnya tahu perasaan Sasuke, Neji. Istana Kamakura Bafuku adalah milik klan Uchiha. Shogun-sama punya banyak kenangan disana. Tak adil jika kau yang pertama menyerang istana itu." Bujuk Toneri dengan mulut manis penuh tipu dayanya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Bujuk rayu Toneri ternyata memberi pengaruh pada sikap Neji. Sulung Hyuuga itu mengurungkan niatan merajuknya.

"Aku akan membuat Naruto kewalahan hingga saat dia kembali ke Kyoto semuanya telah terlambat." Jawab Sasuke dengan seringai iblisnya.

"Sementara kalian memperlamban perjalanan kami akan membuat seolah-seolah tak terjadi apa-apa di Naniwa. Sehingga pasukan dari Kyoto melonggarkan kewaspadaannya." Toneri menambahkan rencananya yang di jawab anggukan oleh Sasuke.

Sementara Neji menampilkan senyuman sarat arti pada dua kroninya ini. "Kau ingin membuat lengah penjagaan Kyoto dengan mengulur waktu, nee, Sasuke?"

Sasuke kembali menyeringai tipis menanggapi hasil kejeniusan otak Neji yang mampu membaca rencananya.

"Berapa lama kalian akan mengulur waktu mereka disini?" Tanya Neji lagi diiringi senyum penuh kelicikan.

"Dua minggu." Jawab Sasuke dengan senyum tak kalah mengerikannya.

"Aku akan merekrut orang-orang desa yang bodoh dan kuat untuk memperkuat pasukan kita. Sementara kalian mengulur waktu." Neji menyumbangkan rencana jahatnya. Sebelum naik keatas kuda coklatnya bersama pasukannya.

...

Sakura terkesiap dari posisinya yang sedang menyuapi putera Itachi. Sementara Izumi sontak menghentikan kegiatan menjahitnya saat pintu geser kamarnya terbuka keras.

"Berkemaslah, ada kereta yang akan membawa kalian ke selatan Naniwa. Sementara tinggallah disana sampai Naruto pergi dari sini." Perintah Sasuke mutlak pada istri dan kakak iparnya.

"Dia akan datang kesini?" Tanya Sakura dengan suara bergetar.

Sasuke mengangguk pelan menjawab pertanyaan sang istri. "Kalian akan baik-baik saja." Jamin Sasuke penuh kepastian. "Tak lama lagi kita akan menyerang Kyoto."

"Jangan sakiti Hinata, dia sedang hamil tua..." Sebagai sesama wanita yang tengah hamil, wajar Sakura memperingatkan hal demikian pada suaminya.

"Naruto tak pernah menyerang anak-anak dan perempuan. Apa lagi perempuan hamil." Tambah Izumi yang secara tak langsung membela Sakura.

Sasuke tersenyum tipis. Lalu meninggalkan kedua wanita itu tanpa menggubris permintaan keduanya. Sambil berjalan menyusuri rokka ia mencabut pisau belati dari obi hakamanya. Menggoreskan belati itu di telunjuknya hingga menorehkan darah. "Sayang sekali aku tak berjanji untuk hal itu...." Sebuah jawaban atas permintaan Sakura dan Izumi.

...

Kaki jenjang sewarna madu milik sang Jenderal menapaki lantai kayu kualitas baik yang berlapis tatami. Naruto turun dari kudanya di depan istana Naniwa begitu sampai ke kota ini.

Ia memerintahkan pada sebagian pasukannya untuk menggeledah tiap sudut Naniwa. Dan sebagian pasukannya yang lain ia bawa ke istana Naniwa. Termasuk dua samurai terbaiknya. Shikamaru dan Sai.

"Periksa tiap sudut istana ini. Tanpa ada yang terlewatkan." Titah Naruto pada pasukannya yang ikut masuk kedalam istana Naniwa.

Para samurai itu berpencar kesegala arah. Hingga hanya menyisakan Shikamaru dan Sai yang berdiri disisi kiri dan kanan sang Jenderal.

...

"Selamat datang, Shogun-sama, aku tak menyangka Anda akan kembali datang ke istana ini."

Naruto tersenyum tipis pada sang penghuni istana yang berdiri dihadapannya. Ia memang masuk tanpa permisi ke istana ini. "Maaf aku langsung masuk tanpa memberi kabar."

"Ini juga istana anda Shogun-sama." Ujar Toneri.

Naruto menyeringai tipis mendengar ucapan basa-basi Toneri. "Hontou? Kalau begitu aku akan tinggal disini untuk beberapa hari."

Toneri tersenyum tipis seraya mengangguk, menjawab keinginan sang Jenderal. 'Tinggallah lebih lama disini dan saat kau kembali kau akan kehilangan semua milikmu.'

...

Wanita bersurai pirang itu tersenyum kecut, memandang sepasang remaja yang berdiri di depan gerbang kediamannya. "Maaf tak bisa banyak membantu kalian..." Ucap Temari penuh rasa sesal.

"Temari-nee sudah banyak membantu kami...," gadis manis dengan surai coklat dan mata lavendernya yang bercahaya tersenyum tulus pada sang nyonya Saiteki.

Pada akhirnya Hanabi mengalah. Firasatnya tak terbukti apapun. Ia sempat mengucap permintaan maaf pada sang kakak walau hanya sekilas. Setidaknya Hinata yang membalas pelukannya sudah cukup menjadi bukti bahwa sang kakak telah memaafkannya.

"Kau tidak berpamitan pada Hidenka-sama...?"

Hanabi menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Temari. Sejujurnya, ia sangat ingin menemui Hinata sebelum dia benar-benar meninggalkan Heian. Tapi ia tak ingin memperburuk hubungan sang kakak bersama suaminya. Lebih baik dia pergi dari tanah kelahirannya tanpa sepengetahuan sang kakak.

Konohamaru yang sedari tadi berdiri disampingnya, menggenggam erat tangannya. Seolah berkata 'Aku selalu berada disampingmu.' "Kami pergi dulu Temari-nee, sayonara." Pamit Konohamaru seraya menuntun Hanabi yang tertunduk menahan tangis.

...

"Apa yang kau pikirkan Tsuma...??" Tubuh anggun yang terbalut Uchikake maroon keemasan itu terkesiap. Saat sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.

Mito, permaisuri bersurai semerah darah itu pagi ini tengah berdiri di gazebo istana Dairi. Ia mengurungkan niatnya mengunjungi istana Kamakura Bafuku. Entahlah, ia merasakan sebuah firasat buruk hari ini.

Tangan putih gemulainya mengelus lembut tangan kekar yang melingkar di perutnya. Ia tahu benar siapa yang memeluknya dari belakang seperti itu. Tak akan ada pria lancang yang berani memeluk seorang permaisuri seperti itu. Kecuali sang Kaisar sendiri.

"Hanya memikirkan Heian..." Jawab Mito lembut seraya menyandarkan sisi kepalanya ke sisi kepala sang suami yang bertumpu pada bahunya.

"Rasanya sudah lama tak seperti ini." Hashirama memejamkan matanya dan memperat pelukannya.

"Ya kau benar Anata...," Mito memejamkan matanya dan menikmati moment langka yang terjadi.

"Jangan terlalu memikirkan Heian.., ada aku dan Naruto yang akan menjaganya..."

'Aku melihat kehancuran di negeri ini Anata, kebinasaan darah, dan air mata akan menghiasi istana ini tak lama lagi. Kehancuran Dinasti Heian dan Keshogunan Kamakura Bafuku. Aku melihatnya dengan jelas. Dan aku tak dapat berbuat apapun....'

つづく
Tsudzuku

Continue Reading

You'll Also Like

71K 11.1K 34
Calon istrinya menghilang, katanya melarikan diri. Tapi takdir menuntun wanita itu dengan mudah kembali padanya.
137K 8.3K 16
Terjemah Bahasa Indonesia Novel Naruto The Last Novel yang berisi kisah cinta sang tokoh utama yakni Uzumaki Naruto Novel akan memberikan penjelasa...
52.2K 8.4K 35
Dalam perjalanan balas dendamnya Hinata menemukan Naruto, pria dengan sejuta ambisi di dalam kepalanya. Namun jika punya satu tujuan yang sama, buka...
53.5K 7.8K 24
Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto Hyuuga Hinata, seorang Polisi lalu lintas yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta dan bertekad akan memper...