Fox And Flower

By nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... More

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
008. Rubah Emas dan Lotus Ungu
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
015. Keputusan
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
034. Terciptanya Dendam -1-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
046. Kembang Api Yang Terbakar -2-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
048. Pangeran Yang Terbuang -2-
049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-

7.5K 556 86
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

Song Fic : Under Moonlight
By: Heora
Ost. The Moon Embaraces The Sun

...

Semua begitu cepat berubah dalam kehidupannya. Semua berawal dari dimana ia akan dilamar oleh sang Shogun. Dan berakhir dengan pembantaian klannya, hingga membuatnya harus menjadi geisha pribadi sang Jenderal. Hukuman mati sang Ayah yang membuatnya kian membenci pria yang awalnya sangat ia cintai.

Lalu dirinya yang disetubuhi secara paksa oleh sang Jenderal dalam wujud mengerikan. Tiba-tiba ada nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya. Serta sebuah kenyataan besar tentang betapa busuk masa lalu klan yang ia banggakan. Dan kini berakhir dengan kembalinya ia kepelukan sang Shogun. Mencintai kembali pria tangguh yang menjadi keji akibat perbuatan terkutuk klannya. Mendampingi sosok paling di takuti seluruh negeri, sekaligus sosok yang sangat hangat kala berada disampingnya.

Hinata terjaga dari tidur lelapnya dalam dekapan sang penguasa Kamakura Bafuku. Potongan masa-masa mengerikan yang ia alami di istana selatan membuat matanya terjaga paksa. Ia tersentak ketika melihat wajah Naruto yang berhadapan dengan wajahnya. Bayangan kekejaman Naruto pada diri dan klannya kini muncul di kepala Hinata.

Tapi dengkuran halus dan wajah polos yang dinampakkan suaminya seketika menyadarkan wanita dengan manik mutiara ungu muda ini. Naruto yang tengah mendekapnya kini bukan lagi seorang Jenderal Samurai yang dulu pernah menyiksanya. Walau tak dapat dengan mudah menyembuhkan trauma akibat penyiksaan Naruto. Tapi pria itu telah mengobatinya dengan jutaan cinta yang dihujani padanya.

Hinata tersenyum sekilas. Entah kenapa wajah sang Shogun yang terlelap begitu menggelitik hatinya.

Chup

Dengan malu-malu wanita hamil itu mencuri ciuman di pipi suaminya. "Oyasuminasai.., Anata," ucapnya seraya mengelus rahang tegas sang suami. Ia kembali berbaring di lengan sang suami yang menjadi bantalannya. Merapat masuk pada tubuh sang suami yang dianggapnya tertidur pulas. Ya, Naruto telah terbangun saat sang istri mencuri ciuman di pipinya. Tapi ia enggan membuka mata. Jika dia membuka mata kecupan lembut di pipinya akan cepat berlalu karena sifat pemalu yang mendasar pada sang istri.

Baru saja kelopak mata seputih salju itu akan menutup mutiara lavender, tiba-tiba pergerakan brutal sang jabang bayi yang mendekam dalam rahimnya, mengurungkan niatannya untuk kembali terlelap. Tapi Hinata sama sekali tak terganggu. Ia kembali duduk, karena sesak akibat pergerakan aktif sang putera. Tangan halusnya mengusap dengan penuh kasih sayang pada perut buncitnya.

Ia tersenyum kecil. Perutnya sudah sebesar wanita yang tengah mengandung delapan bulan. Padahal baru lima bulan yang lalu ia dinyatakan hamil. "Hei..., jagoan kecil..., kau tak ingin tidur kah..., Okaa-chan sangat lelah sayang..., kita tidur ya..." Hinata merasa konyol, ia mengajak bicara janin di dalam perutnya yang bahkan belum bisa menangis. Tapi cara ini biasanya cukup jitu untuk menenangkan sang calon bayi tersayangnya itu.

Kepala indigonya lalu melirik sekilas sang suami yang kini terlelap pulas dalam keadaan telentang. Tanpa sengaja mutiara lavendernya melirik sekilas bagian dada bidang sang suami yang tersingkap akibat nagajubannya yang sedikit terbuka.

Semu merah kembali membuat pipi seputih susu itu menjadi bak buah persik. Entah kenapa keinginan aneh muncul di benaknya setelah melihat dada bidang suaminya yang terekspos. 'Mungkin ini keinginan si bayi..'

Hinata mengelus sayang perut besarnya, dan kembali berkomunikasi pada benih dari prianya itu. "Kau mau mendengar detak jantung Otou-chan sayang..?" Pergerakan kecil kembali ia rasakan pada dinding rahimnya. "Okaa-chan anggap itu jawabannya, iya..." Hinata kembali terkekeh pelan.

Dengan sangat hati-hati wanita hamil ini memiringkan posisi tubuhnya. Ia baringkan kepala indigonya di atas dada bidang sang suami. Suara detak jantung sang suami kini memenuhi gendang telinganya. Ada rasa nyaman yang ia dapatkan ketika mendengar suara detak jantung Naruto. Ia merasa tenang, baginya detak jantung suaminya itu adalah nyanyian pengantar tidur baginya. Inilah kebiasaan yang selama ini terjadi saat sang suami mendekapnya erat. Hinata selalu mengambil kesempatan untuk mendengarkan irama detak jantung sang suami.

"Kau suka, nak...?" Tanya Hinata lembut pada sang jabang bayi, seraya mengelus lembut tempat buah hatinya kini tengah berkembang. "Detak jantung Otou-chan terdengar merdukan?"

Dalam keadaan pura-pura tertidurnya, Naruto terkekeh geli. 'Bagaimana suara detak jantungku terdengar merdu...?, Hime, kau ada-ada saja..'

"Nghhhh..." Naruto melenguh pelan untuk meyakinkan sang istri bahwa ia tertidur pulas. Tangan kekar sewarna madunya merengkuh tubuh sang istri yang bersandar diatas tubuhnya.

Dan itu berhasil membuat Hinata yang sempat tersentak saat tangan Naruto merengkuhnya. Namun saat mendengar lenguhan dan mata Naruto yang tertutup rapat. Membuatnya yakin bahwa suaminya itu benar-benar tertidur pulas. Entah hasrat apa yang merasuki wanita hamil itu di tengah malam seperti ini. Seketika pandangan mutiara lavendernya terhenti pada bibir merah kecoklatan sang suami yang begitu menggoda.

Hinata menggelengkan kepalanya cepat. 'Tidak mana boleh seperti itu, itu sangat memalukan..'

Istri sang Jenderal Samurai itu menatap wajah sang suami yang tengah tertidur dengan malu-malu. Ada rasa aneh di dalam dirinya, entah kenapa ia ingin sekali mengecup bibir menggoda sang Shogun. Padahal selama ini selalu sang suamilah yang lebih dahulu mengecup lembut bibir mungilnya.

'Tapi Naruto-kun kan tidurnya nyenyak sekali..., mungkin jika hanya sebentar tak apa, lagi pula ini keinginan dia juga.' Batin Hinata sambil mengelus perut buncitnya. Lagi-lagi ia menjadikan jabang bayinya sebagai alasannya.

Hinata tersenyum malu-malu sambil mencondongkan wajahnya mendekat pada sang suami. Mutiara lavendernya menatap lekat pada wajah damai sang Jenderal Samurai yang terlelap pura-pura. Tangan sewarna susu miliknya mengelus sayang kelopak mata sewarna madu milik suaminya. 'Aishiteru yo Naruto-kun...'

Bibir merah muda sang Murashakiro no Hime menempel lembut pada bibir sang Kyubi no Kitsune. Ciuman pertama yang ia mulai duluan. Hanya sekilas kecupan kecil dengan mata terpejam sudah dapat memuaskan hasrat kecil wanita ini. Tapi Hinata salah. Sang suami sudah sejak tadi terjaga. Ia bahkan turut menikmati rasa manis bibir Hinata yang megecup bibirnya. Sekarang jangan salahkan Naruto jika ia tak puas dengan ciuman singkat sang istri.

Tepat ketika Hinata akan melerai ciumannya. Ketika ia akan menjauhkan wajahnya dengan wajah sang suami. Hinata merasakan ada tangan yang menekan lembut kepalanya. Hingga ia kesulitan untuk mengangkat kepalanya. Dan ketika ia membuka matanya, safir biru sang suami telah menyambut pandangan mutiara lavendernya.

Safir dan mutiara itu beradu pandang. Wajah sang Murashikiro no Hime merah padam bak tomat, saat sang suami tengah memergokinya mencuri ciuman.

"Hmmmppppp.." Hinata mengerang sang Shogun malah menekan lembut kepalanya. Memperdalam ciuman yang hampir ia selesaikan. Kini Hinata harus menerima hukuman karena telah lancang mencuri ciuman dari suaminya.

Puas melumat dan menjelajahi seluruh isi mulut mungil sang istri. Naruto membalikkan posisi tubuh mereka secepat kilat. Kini Hinatalah yang berada di bawah kungkungan tubuh besar suaminya. Naruto menekuk kaki tegapnya di kedua sisi tubuh Hinata. Menggunakan tangan kekarnya untuk menopang tubuh tegapnya agar tidak menekan kandungan besar sang istri.

Kedua telapak tangannya menunci pergerakan tangan Hinata. Hingga wanita hamil itu tak punya pilihan selain pasrah pada suami.

"Na-Naru..., Hmmmmppppp" Hinata mencoba mencicit lemah tapi bibirnya malah diserang oleh lumatan buas sang suami.

...

"Hhhhhhhhh..." Hinata mengatur nafasnya ketika suaminya yang berdarah panas itu menyelesaikan lumatan ganas pada bibirnya.

"Beraninya kau mencuri ciumanku, Hime???" Seringai buas itu tercetak jelas di bibir sang Jenderal Samurai.

"A..a..aku, hanya.." Hinata mencoba mencari alasan. Tapi...

"Kau tahu hukumannya kan?" Sang suami mendesah tepat di telinganya.

Bulu kuduk sang Murashakiro no Hime menegang. Ia tahu apa yang dimaksud hukuman oleh sang suami.

"Akhhh......" Hinata mendesah pelan saat tiba-tiba sang suami mulai menyerang leher putih mulusnya. Ia meremas erat futton yang menjadi alasnya berbaring, saat lumatan itu berpindah pada putingnya. Hinata tak mampu menolak sensasi aneh yang mendera tiap inci tubuhnya. Tubuhnya seolah telah siap menerima tiap sentuhan dari sang suami.

"Aku akan 'menghukummu' dengan perlahan." Desah Naruto sambil mengecup lembut perut buncit sang istri. Sebelum tangannya dengan mahir melerai tiap ikatan pakaian tidur putih sang istri.

Walaupun tersentak dengan ucapan dan pekerjaan tangan sang suami. Tapi Hinata tak dapat berbuat banyak. Yang dapat ia lakukan hanya mendesah pelan saat sang suami mulai menggerayangi tiap inci tubuhnya. Ia yakin pria itu tak akan pernah lagi menyakitinya dan buah hati mereka.

🌺🌺🌺🌺

Daun-daun momiji kemerahan mulai gugur dari pohonnya. Teriknya sinar mentari tak dapat mengalau angin menusuk khas musim gugur yang mulai menyelimuti bumi Heian. Jauh di dalam benteng Heian di istana keshogunan yang selama ini dipenuhi aura gelap namun sejak lima bulan terakhir di penuhi cinta sepasang manusia yang menghuninya.

Sang penguasa istana masih hanyut dengan pelukannya pada sang istri tercinta. Tanpa memperdulikan matahari yang kian naik. Naruto masih mendekap erat sang istri yang kini tengah berdoa dihadapan toko no ma*)

"Sudah selesai berdoanya...?" Naruto mengecup sekilas pipi tembam kesayangannya itu dari belakang. Tangannya memeluk erat tubuh wanita yang duduk bersimpuh di hadapan altar.

Hinata membuka matanya, menoleh kesisi dimana suaminya tengah menempelkan pipi mereka. "Kenapa belum bersiap, upacaranya sebentar lagi...? Tanya Hinata lembut seraya mengelus rahang tegas sang suami.

"Kau belum mempersiapkanku.."

Hinata terkekeh geli mendengar sang suami yang tiba-tiba manja.

"Kenapa tertawa, aku salah minta di perisiapkan oleh istriku...?"

Hinata melepaskan sepasang tangan yang enggan menjauh darinya. Mempertemukan bola mata mutiaranya, dengan bola safir milik sang suami. "Bukankah kau biasa mengerjakan semuanya sendiri.., Shogun-sama...? Bahkan kau melarang orang lain mengurusi kebutuhan pribadimu...."

"Itu dulu, kini ada kau yang begitu dekat denganku..." Naruto malah menarik lagi sang istri dalam dekapannya.

"Naruto-kun..." Hinata berusaha menolak pelukan sang suami. Tapi gagal. Tenaga sang Jenderal lebih besar membawanya kembali berada dalam pelukan posesif sang suami. "Mau sampai kapan seperti ini, Shion bisa sangat kecewa jika kau datang terlambat..."

"Lalu apa peduliku...?"

"Naruto-kun...jangan pura-pura lupa... hari ini adalah hari per-"

"Ya... ya.. ya..." Naruto mematahkan ucapan Hinata sambil memutar bola matanya bosan. Ia tak ingin sang istri mengucapkan kalimat pernikahannya dengan Shion. Bagi Naruto pernikahan hanya terjadi dengan Hinata. Dengan Shion, hanyalah sebuah bentuk rasa bersalah karena ia sempat menjadikan pelampiasannya.

"Ayo..., Shogun-sama kita bersiap..."

...

"Aku tak mau memakai haori dan hakama itu." Naruto sontak menghalangi sang istri yang hendak mengeluarkan setelan pakaian pernikahannya dengan Hinata yang tersimpan di lemari geser besar kamar mereka.

Hinata membalikkan tubuhnya dari Oshiire yang menyimpan pakaian mereka berdua. Menatap penuh tanda tanya pada sang suami. "Kenapa, inikan pakaian pernikahan mu..."

"Kita Hime..., itu pakaian pernikahan kita, aku tak mau mengotorinya pada acara seperti itu." Ralat Naruto.

"Acara seperti itu?, apa maksudmu, Anata..., itukan acara pernikahanmu..."

"Ssttttt.." Naruto menghalangi bibir Hinata yang terus mengoceh dengan telunjuk yang ditempelkan di bibir mungilnya. "Hanya kau wanita yang ku nikahi.." Safir birunya menatap lekat pada mutiara sang istri.

🍁🍁🍁🍁

Pernikahan itu tak lebih sebuah pertemuan tertutup. Tak banyak orang yang datang disana. Hanya ada kedua mempelai Naruto dan Shion. Seorang pendeta yang telah di sumpah untuk merahasiakan pernikahan ini. Shikamaru dan Hinata yang menjadi saksi dari pihak Naruto. Serta Rukia, maiko yang kini resmi menjadi dayang pribadi Shion dan Orochimaru, mantan induk semang geisha-geisha Naruto dari pihak Shion.

Jauh dari kesan khidmat dan damai. Pernikahan kedua Naruto terkesan berantakan. Mempelai pria itu bahkan dengan sengaja beberapa kali salah mengucap janji pernikahan. Hingga sang Pendeta pasrah dan mensahkan begitu saja pernikahan mereka menurut agama Shinto.

"Sudah selesai?" Tanya Naruto dengan nada bosan. Tubuhnya langsung beralih pada Murashakiro no Hime yang duduk tepat di belakangnya. "Ayo Hime..." Naruto mengulurkan tangan madunya pada Hinata. Tapi wanita yang tengah hamil itu menggeleng pelan. "Kau sudah berjanji Naruto-kun..."

...

"Nah.... kau sudah tampan..." Puji Hinata setelah membantu mengenakan haori hitam pada suaminya.

Naruto tersenyum tipis sambil menepuk lengan kanannya sendiri.

"Naruto-kun..., mau kah berjanji padaku..."

"Apa itu, jika tentang Shion tidak lagi..." Tolak Naruto mentah-mentah.

"Kau tak mau mengabulkan permintaanku...?" Tanya Hinata dengan raut wajah penuh kekecewaan.

"Apalagi Hinata...." Hinata dapat mendengar nada muak dari bibir suaminya. Ia terdiam, mengelus lembut perut buncitnya sambil menggigit bibir bawahnya.

Hinata menggeleng pelan. Tapi hal itu justru membuat hati Naruto makin terasa ngilu. "Katakan?"

"Kau mau mengabulkannya?"

"Cepat katakan Hime...."

"Maukah Naruto-kun menghabiskan malam ini dengan Shion.."

"Baiklah, jika itu maumu, jangan menyesal bila dia benar-benar mengandung anakku." Murka Naruto hingga meninggalkan istrinya sendiri di kamar mereka.

...

Hinata menatap sendu purnama dari balik jendela kamarnya. Rasanya ada yang aneh ketika mendapati dirinya berada di dalam kamar ini seorang diri. Lucu, padahal dirinya sejak kecil terbiasa tidur sendiri. Tapi entah kenapa semenjak Naruto kembali hadir di dalam hatinya. Ia merasa begitu ketergantungan pada sang Pemimpin Samurai.

Mungkin terdengar bodoh, melihat seorang wanita yang rela membiarkan suaminya tidur dengan wanita lain. Dan itu lah yang sekarang dilakukan oleh Hinata. Menyesal? Mungkin Hinata merasakan sedikit. Tapi ia tak merasa apa yang ia lakukan adalah kesalahan. Shion adalah istri Naruto sekarang. Rasanya tidak adil jika dia memonopoli sang Jenderal Samurai untuk dirinya sendiri.

Hinata memiliki alasan yang kuat untuk meminta suaminya itu menikahi Shion. Shion, mantan geisha kesayangan Naruto itu telah terbiasa dengan perhatian besar sang Shogun. Bagaimanapun ia adalah seorang wanita. Sebagai seorang wanita Hinata merasakan apa yang dialami Shion. Mencintai seorang pria yang hanya menganggapnya bayangan dari wanita lain.

Lalu ketika orang yang sungguh-sungguh di cintai si pria telah kembali. Sang wanita yang menjadi pelampiasan akan dilepas begitu saja. Tidak, Hinata masih memiliki hati. Ia tak ingin dirinya menjadi sumber kemalangan seseorang. Shion berbeda dengan geisha lain yang telah dilepaskan Naruto. Shion mencintai Naruto. Bahkan saking cintanya wanita itu dengan Naruto ia bahkan rela membunuh darah dagingnya sendiri agar bisa selalu bersama dengan Naruto.

Dan Hinata bukan orang yang keji yang begitu saja membiarkan Shion tak mendapatkan apapun dari pengorbanannya. Meski salah setidaknya Shion masih berhak tinggal diistana Keshogunan sebagai istri diam-diam Naruto. Walaupun ia tahu suaminya itu tak akan membiarkan siapapun berada disisinya kecuali diri Hinata sendirilah.

Hinata tersenyum lembut ketika untuk kesekian kalinya merasakan pergerakan mahluk mungil di dalam rahimnya. Walaupun sudah terlalu sering merasakan hal itu. Tapi Hinata tetap merasakan sesuatu yang istimewa ketika buah hatinya bergerak. Di elusnya sayang perut yang menjadi tempat anaknya sedang berkembang. "Kau belum mengantuk sayang? Baiklah Okaa-chan akan nyanyikan sebuah lagu untukmu. Tapi setelah ini berhenti bermain ya..."

...

Naruto sudah menghabiskan bercawan-cawan shake malam itu di kamar Shion. Tapi nihil ia tak juga bisa mabuk. Padahal ia sangat berharap dirinya mabuk hebat. Dan berakhir dengan menyetubuhi Shion dalam keadaan tidak sadar. Dengan begitu malam yang menyiksanya ini akan cepat berlalu. Dia akan kembali kepelukan Hinatanya setelah itu.

Tapi sia-sia. Sejak masuk kedalam kamar Shion yang ada di kepalanya hanya Hinata dan Hinata. Ia tak bisa menepiskan pikiran tentang wanita yang tengah mengandung benihnya tersebut. Hingga suara Shion menyadarkannya tentang keberadaan wanita bersurai pucat itu disisinya.

"Naruto-kun..." Entah kenapa telinga Naruto terasa berdengung saat bukan Hinata yang menyebut namanya dengan suffix -kun. Ia mendongakkan kepalanya yang menempel di meja pendek. Dan langsung menatap Shion dengan tatapan tajam.

"Jangan panggil aku dengan suffix itu." Tolak Naruto mentah-mentah.

Air mata turun dari amethyst milik Shion. Saat mendengar pria itu menolak panggilan yang lebih akrab. "Ke..kenapa...?," Shion terbata. Batinnya bak dihujam ratusan anak panah. 'Tak adakah sedikit ruang untukku...'

"Tak usah basa-basi, kau mengatakan kau mencintaiku kan, mari kita selesaikan semuanya diatas futton, kau ingin aku memuaskanmu kan!"

Tak ada jawaban dari Shion. Wanita pemilik amethyst itu hanya tertunduk dengan bahu yang bergetar. Ia menangis mendapati perlakuan kasar dari suaminya itu. Tapi tak lama ia tersentak. Naruto menarik kasar tubuhnya. Dan membantingnya ke futton tanpa perikemanusiaan.

Jenderal Samurai itu mengungkung tubuh Shion. Tepat berada diatas tubuh wanita itu.

Srakkkk

Dalam satu tarikan Naruto menarik shiromuku putih yang membalut tubuh Shion hingga robek. "Kau sudah siap Shion."

Shion memejamkan matanya ketakutan. Ini adalah untuk pertama kalinya Naruto memperlakukannya diatas futton dengan sangat kasar. Tangan Naruto begitu keras menahan kedua tangan putihnya hingga ia merasakan kesakitan. Tak tahukah dia saat Naruto mengambil keperawanan Hinata. Dia hampir mati karena Naruto menyetubuhinya dengan wujud setengah kitsune.

Apa yang Naruto akan lakukan padanya belum seberapa dengan apa yang ia lakukan pada istri pertamanya. Hinata.

Cinta, kasih sayang dan kedudukan yang diperoleh oleh Hinata saat ini, sepadan dengan penderitaan yang Naruto torehkan padanya. Penderitaan yang tak akan Shion sanggup menerimanya jika dia berada di posisi sang Murashakiro no Hime.

つづく
Tsudzuku

*) Toko no ma :Ruangan sangat kecil yang berfungsi sebagai altar untuk ritual keagamaan Shinto. Digunakan untuk melakukan persembahan kepada dewa-dewa mereka yang dilengkapi dengan segala yang berbau alam seperti: ikebana dan dupa.

Continue Reading

You'll Also Like

415K 4.1K 5
Sasuke Uchiha sudah menutup hatinya, dia tidak peduli pada wanita-wanita yang singgah di hidupnya, apalagi setelah pria itu mengalami kejadian yang m...
64.2K 5.6K 15
Gerbang besar desa sudah berada di depan matanya. Ia dengan ragu melangkahkan kakinya untuk masuk. Namun, ada hal yang jauh lebih penting mengenai ke...
1.4M 123K 65
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
1.4M 19.6K 48
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...