Fox And Flower

By nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... More

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
008. Rubah Emas dan Lotus Ungu
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
015. Keputusan
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
034. Terciptanya Dendam -1-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
046. Kembang Api Yang Terbakar -2-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
048. Pangeran Yang Terbuang -2-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-

8.5K 613 75
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

🌹🌹🌹🌹

Song Fic : Wind Sad
By : Eun ga eun
Ost. Scholar
Who Walks The Night

🌹🌹🌹🌹

🌹17 (+)🌹

🌹🌹🌹🌹

Tubuh putih mulus itu tak mampu ingkar. Tiap sentuhan tangan hangat sang suami yang menyusuri tiap permukaan kulitnya mampu membuat wanita ini menggeliat kecil. Hingga kelopak matanya terbuka. Mutiara keunguannya langsung disambut oleh biru safir sewarna samudera milik sang suami yang tengah memandangnya penuh kasih.

"Semuanya baik-baik saja..." Bisik pria yang kini berbaring menghadap dirinya.

Hinata tersenyum tipis mendapati ucapan sang suami. Ia ingat betul apa yang menimpa dirinya dan janin dalam kandungannya. Tangan putihnya langsung meraba perutnya.

Perutnya masih besar disertai gerakan halus mahluk kecil yang hidup di dalamnya.

"Dia baik-baik saja..." Bisik sang suami lembut, lengkap dengan tangannya yang menyusupkan helaian indigonya ke belakang telinga.

"Lalu Hana...?" Hinata memang wanita yang baik setelah mengetahui keadaan anaknya hal selanjutnya yang ia tanyakan adalah adiknya.

Naruto memasang wajah tidak suka ketika Hinata menyebut nama orang hampir membunuh anak dan istrinya. "Sudah ku bereskan." Jawab Naruto datar.

"Naruto-kun..." Hinata protes ia langsung mendudukkan dirinya diatas batu lebar berlapis bulu rubah itu.

"Berbaring!" Kini Naruto juga mendudukkan dirinya dan memerintah sang istri.

"Tidak!, katakan dulu apa yang terjadi pada Hanabi."

"Berbaring!"

"Tidak!"

"Hinata, kau mau melawanku hm?"

Hinata terdiam. Nyalinya seketika ciut mendengar ancaman sang suami. Dengan hati-hati ia kembali berbaring menyamping. Tapi kali ini ia menghadap dinding goa. Lebih tepatnya membelakangi sang suami.

Naruto ikut berbaring menyamping kembali menghadap sang istri yang memunggunginya. Ia tak sepenuhnya berbaring. Satu tangannya digunakan untuk menopang kepalanya. Dan satu tangan lagi menyusup ke sisi pinggang sang istri. Mengusap lembut bagian depan tubuh sang istri yang membuncit besar.

"Kau memunggungi suamimu hm?" Naruto meraba-raba perut besar sang istri. Hingga Hinata meliuk-liukan tubuhnya karena geli.

"Hentikan Naruto-kun! Aku sedang marah padamu." Teriakan kecil Hinata menggema di dalam goa. Membuat Naruto terkekeh pelan. Ia berbaring sempurna dan merapatkan dada bidangnya pada punggung sang istri. Mengecup lembut punggung kecil berlapis nagajuban putih itu.

"Katakan, aku ingin tahu bagaimana kau akan marah, ingin mengejarku, atau beradu katana denganku." Naruto mengeratkan pelukannya pada perut buncit Hinata. "Ingat perutmu sekarang Tsuma, berjalan jauh saja kau sudah kelelahan sekarang..." Ejek Naruto sambil tersenyum remeh.

Hinata melepaskan tangan kekar sang suami yang melingkar pada perut besarnya. Dan perlahan berbalik menghadap sang suami. "Aku tak bercanda Shogun-sama...," Hinata menatap lekat safir biru suaminya. Tangan putihnya terulur membelai rahang tegas sang suami. "Kau tak mungkin diam saja saat aku dan dia diperlakukan begitu jahat."

"Kau sendiri yang mengatakan adikmu jahat, jadi tak perlu bertanya apa yang kulakukan pada adikmu." Jawab Naruto dingin.

"Hukuman apa yang kau berikan padanya...?" Kali ini suara Hinata yang tadinya terdengar sangat manja dan lembut kini terdengar agak tegas.

"Aku melarangnya keluar dari Shinto Ryu." Bohong Naruto untuk menghindari perdebatan dengan sang istri.

"Aku tak percaya..."

"Baiklah...., terserah." Naruto akhirnya menyerah membujuk sang istri ia bangkit duduk, dan saat akan beranjak dari batu lebar itu. Sebuah tarikan halus terasa di tangannya.

Seringai tipis terpatri dari bibir sang Jenderal Samurai. Ia tahu, Hinata tak setega itu mengabaikannya setelah tahu masa lalu sedihnya. Bisa jadi Naruto sedang memanfaatkan kisah sedih masa lalunya dan hati Hinatanya yang lembut.

"Gomenasi Anata..." Cicitan lembut Hinata berhasil mengukir senyum penuh kemenangan di bibir suaminya.

Naruto berbalik dan tersenyum lembut. Langsung ia rengkuh tubuh wanita kesayangannya itu. "Lain kali jangan pernah meragukanku......" Tangan kekar sewarna madunya terulur mengangkat dagu lancip sang istri. Ia dekatkan bibir merah kecoklatannya dengan bibir merah muda sang istri. Menyesap lembut rasa manis alami yang dihasilkan bibir mungil itu.

Tanganya menekan lembut bagian belakang kepala istrinya. Memperdalam peraduan bibir mereka, hingga keduanya merasakan membutuhkan pasokan udara.

Ciuman mereka terlerai. Naruto menutupnya dengan mengecup telinga sang istri yang memerah lagu berbisik. "Aku akan menandaimu..." Bisiknya lembut disertai dengan deru nafas hangat yang medesah.

Hinata tertunduk malu lalu mengangguk pelan. Ia paham dengan maksud sang suami. "Lakukan dengan lembut dan perlahan..." Hinata memberikan persetujuan.

Perlahan, Naruto merebahkan kembali tubuh sang istri hingga berbaring terlentang. Mendekatkan wajahnya dengan sang istri. Ia membuka penandaannya dengan mengecup kening mulus Hinata, beralih ke hidung, lalu menuju bibir mungil nan memabukkan.

Tangannya meraba obi tipis yang membalut perut buncit sang istri. Mengelus sayang tempat benihnya tengah berkembang. Sebelum ia melanjutkan penandaannya yang dimulai dengan melepaskan simpul sederhana yang mengikat obi tipis nagajuban  pemberian sang bibi yang dikenakan istrinya.

🍀🍀🍀🍀

Emeraldnya tak pernah berdusta, tatapan nanarnya pada ribuan bintang yang menghiasi langit malam Kyoto benar-benar menusuk hatinya. 'Seharusnya di malam yang indah seperti ini kau bersamaku Sasuke-kun...'

Kepala merah mudanya tertunduk. Permata hijaunya menitikkan air mata. Ia rindu. Ia rindu pada pria yang telah ia cintai sejak kecil. Pria yang berstatus sebagai suaminya. Suami yang harus dipisahkan darinya tepat ketika mereka baru saja mengucapkan janji suci.

Teras kamarnya di istana keshogunan menjadi saksi kesepian hatinya. Duduk dirokka sendirian di tengah malam indah ini membuatnya merasakan bak seorang janda. Ia bahkan tidak tahu nasib sang suami yang kini menjadi buronan keshogunan. 'Apa kabarmu Sasuke-kun..., aku merindukanmu...' Sakura terisak pelan sambil meremas dadanya yang terasa sesak karena menahan rasa rindu.

Srekkkk

Shoji yang menjadi penghubung antara teras dan kamarnya  bergeser. Kepala yang dihiasi surai hitam menyembul dari baliknya. "Sakura-nee, kau belum tidur?" Tomoyo satu-satunya dayang yang menganggap keberadaannya diistana ini bertanya penuh perhatian padanya.

Sakura tersenyum tipis sambil menggeleng menanggapi pertanyaan Tomoyo.

"Kau mau ku temani mengobrol?," kaki-kaki mungil Tomoyo menapaki rokka tempat Sakura tengah merenung.

"Aku ingin sendiri dulu Tomoyo..." Sakura kembali melemparkan pandangannya pada kelamnya langit malam musim panas.

Tomoyo tersenyum sambil mengangguk. "Kalau begitu aku akan ke istana barat ya..." Bersamaan dengan itu Tomoyo kembali menghilang ke balik shoji. Menuju istana barat di mana asrama para dayang istana keshogunan terletak.

"Hufffff..." Sakura menghela nafas panjang. Ia usap kasar wajahnya yang telah di basahi air mata. "Kau seperti orang bodoh Sakura, duduk menyendiri disini tak akan membuatmu bertemu dengan Sasuke-kun." Sakura beranjak dari duduknya dan menuju pintu geser kamarnya.

Srak srak

Sakura menoleh, menyusuri pandangannya pada taman istana utama, ketika mendengar suara daun kering  di tanah yang terinjak. "Siapa?" Tanyanya pada keheningan.

Tak ada jawaban. Dan itu membuat Sakura menggidikan bahunya. "Kau terlalu banyak berhalusinasi Sakura." Pemilik surai sewarna permen kapas itu melanjutkan niatnya masuk kedalam kamar, hingga telinganya menangkap sebuah suara yang amat di kenalnya.

"Berhenti." Suara tegas nan dingin itu, Sakura hafal benar suara itu. Suara orang yang sangat ia rindukan.

"Kau lagi-lagi berhalusinasi Sakura..., mana mungkin itu Sasuke-kun." Sakura kembali mengeluh pada dirinya sendiri. Ia mantapkan kembali kakinya menapaki lantai kamar.

"Aku bilang berhenti!"

"Suaranya benar-benar mirip dengan Sasuke-kun..." Perlahan Sakura menolehkan kepala merah mudanya. Emerald hijaunya seketika melelehkan air mata ketika pandangannya menangkap sesosok pria tegap berhaori biru tua tengah berdiri di samping pohon bambu.

Uchiha Sasuke. Suaminya berada tepat dihadapannya. Pria yang paling ia rindukan kini berada dekatnya.

"Sasuke-kun..., kau kah itu...?" Sakura ragu.

Sasuke tersenyum tipis sambil merentangkan kedua tangannya. "Kau pikir aku ini hantu hmmm?, kemarilah, tidakkah kau merindukanku....?"

Sakura berlari menuruni rokka istana yang menawannya selama ini. Berlari menuju ke pelukan suami tercintanya.

Sakura langsung menubruk dan menghantam tubuh kekar sang suami dengan pelukannya.

"Hiks...., hiks..." Sakura terisak dalam dekapan Sasuke. Semua rasa sedih, rindu, dan kekecewaan yang ia rasakan di tumpahkan pada dada bidang sang suami.

Tangan Sasuke membelai lembut helaian sewarna permen kapas milik istrinya. Hidungnya mencium lembut pucuk kepala yang menguarkan aroma bunga sakura yang sangat kentara. Tangannya yang lain mendekap erat tubuh sintal yang ia rindukan. Melepas tiap hasrat dan rindu yang mendalam pada sang belahan jiwa.

"Bodoh..., kenapa menangis?, aku sudah ada disini sekarang..." Senyum tipis nan dingin mengiringi ucapan datar Uchiha Sasuke.

Sakura hanya tersenyum dalam dekapan pria Uchiha itu. Ia tak marah jika rasa rindunya di sebut bodoh oleh sang suami. Ia kenal betul pria yang telah membagi nama klan padanya itu. Sasuke bukanlah pria yang mampu melontarkan kata-kata penuh cinta, walau jauh di dalam hatinya ia sangat merindukan istri merah mudanya itu.

"Hei..., bisakah kau berhenti menangis Uchiha Sakura..?, aku menyusup kesini bukan hanya untuk mendengar tangismu," Sakura memukul dada bidang sang suami pelan, saat Sasuke masih berpura-pura tak perduli padanya.

"Aku begini karenamu..." Ucap Sakura sambil mendongakkan wajahnya dengan bibirnya yang sengaja di kerucutkan.

Sasuke tersenyum kecut. Tangan yang digunakannya untuk membelai lembut surai Sakura tadi, kini berpindah pada pipi putih kemerahan sang istri. Jempolnya mengelus lembut pipi itu, menghapus jejak-jejak air mata yang baru saja beranak pinak disana.

"Gomenasai..." Lirih Sasuke setengah berbisik. Ia merasa bersalah. Karena menikahinya lah Sakura tertawan disini, "Karena aku, kau harus menggantikan posisiku menjadi tahanan Shogun dobe itu..."

Sakura menggeleng pelan. Ia tangkap tangan putih Sasuke yang mengelus pipinya. Merasakan kehangatan dari tangan besar sang suami. "Aku istrimu, kita telah mengikat janji suci dihadapan Kami-sama, semua kepedihan dan penderitaan yang kau rasakan adalah milikku juga, kita berbagi bukan cuma disaat suka, aku akan selalu bersamamu dalam keadaan apapun."

"Arigatou..." Sasuke tersenyum tulus menanggapi ucapan tulus sang istri. Tangannya dengan lembut kini menarik ujung dagu lancip Sakura, menempelkan lembut bibirnya dengan bibir memabukkan milik sang istri.

Tangan putih Sakura menggenggam erat haori biru tua sang suami. Air mata mengalir kala sang suami memperdalam ciuman rindu mereka.

Merasakan pipi sang istri yang menempel dengan pipinya basah, Sasuke melingkarkan kedua tangannya pada pinggang sintal Sakura. Semakin mememperdalam ciumannya pada sang istri. Melepaskan jutaan bulir-bulir rindu yang bersarang dihatinya.


Sasuke memperhatikan gerak-gerik istri merah mudanya yang sibuk keluar masuk kamar memindahkan banyak makanan dan sake dari dapur istana.

"Hentikan, Sakura, kau pikir selama ini aku kelaparan hingga kau menganggap aku datang hanya untuk makan makanan itu."

Sakura menghentikan langkahnya yang berniat menuju pintu geser. Ia menundukkan pandangannya, sedikit merasa kecewa dengan ucapan ketus sang suami. "Aku hanya ingin menjamu mu dengan baik Sasuke-kun...., bukankah pernikahan kita berlangsung tanpa adanya jamuan makan malam..." Jari jemari putihnya meremas bagian bawah kimono komonnya.

Sasuke terdiam, rasa bersalah kini menghinggapi relung hatinya. Ia tahu bagaimanapun Sakura adalah seorang wanita. Wanita itu pernah memimpikan pernikahan megah ketika masih kecil saat ia di jodohkan dengan Sasuke. Tapi apa yang kini di dapatnya setelah dewasa.

Sebuah pernikahan yang tak bisa di katakan layak dengan seorang buronan keshogunan. Dan kini setelah mereka bertemu kembali ia malah mematahkan semangat sang istri yang hanya menginginkan sebuah jamuan makan malam kecil.

"Kemarilah..." Sasuke memanggil lembut sang istri.

Sakura melangkah pelan-pelan mendekati sang suami dan duduk disebelahnya.

"Kau tahu, apa yang kuinginkan datang kemari...?" Tanya Sasuke sambil menatap intens sang istri yang tertunduk. "Hei, berhenti menunduk, aku menyusup dengan sudah payah kesini untuk melihat wajahmu dan kau malah menyembunyikannya."

Sakura mendongakan kepalanya. Menatap lembut onix hitam sang suami yang memabukkan. "Apa kau merindukanku...?"

Sasuke terkekeh pelan mendengar pertanyaan konyol sang istri. Ia usak surai lembut sewarna permen kapas itu, dan menarik sang istri kedalam dekapannya. "Aku tak akan datang menantang bahaya kesini jika aku tak merindukanmu."

"Hontou....?" Tanya Sakura sambil mengerjapkan matanya.

Sasuke langsung mengecup sepasang kelopak mata yang membingkai emerald bulat yang menurutnya sangat menggemaskan. "Dan satu lagi, aku tak mau di jamu dengan makanan-makanan itu..., aku mau jamuan yang lain..." Bisik Sasuke tepat di telinga sang istri.

"Lalu kau mau apa Sasuke-kun...?"

Sasuke menyeringai tipis. Tanpa basa-basi ia menggigit telinga mungil sang istri. "Jamu aku dengan dirimu..."

Wajah Sakura merah padam seketika. Ia tahu yang suaminya inginkan. Malam pertama mereka yang tertunda. Dan tak butuh waktu lama, Sakura kini merasa tubuhnya melayang. Suaminya tengah menggendongnya. Menuju tempat dimana futton lembut tempat tidurnya terbentang.

...

Sasuke menghentikan tubuhnya yang mendekat pada sang istri. Ia menegakkan kepala ravennya yang sedari tadi sibuk tenggelam dalam ceruk leher Sakura.

Onixnya memandang wajah Sakura yang memerah. Tiba-tiba ucapan Toneri tadi sore yang mengatakan tentang sang Shogun yang telah menjamahi terlebih dahulu tubuh istrinya. Membuat ia ragu. Ia mengurungkan niatan untuk menyentuh sang istri.

"Kenapa berhenti....?" Tanya Sakura dengan nada kecewa.

Sasuke diam. Ia menunduk menolak kontak mata dengan sang istri.

"Khe..." Sakura terkekeh pelan. "Aku tahu..., kau meragukankukan..?, kau meragukan aku sudah tak perawan ne? Kau menganggapku sudah memberikan harta berhargaku pada Shogun keparat itu? benarkan?"

Sasuke hanya dapat terdiam. Sakura benar. Ia merasa ragu pada istrinya itu. Suami mana  yang tidak curiga ketika berbulan-bulan istrinya tinggal satu atap bersama pria lain. Tak mungkin tidak terjadi sesuatu. Apa lagi Naruto sudah sangat terkenal dengan kegemarannya dengan banyak wanita.

"Asal kau tahu...." Suara Sakura terdengar begetar. Ia kini tengah menahan tangis. Istri mana yang tak hancur hatinya. Ketika lama berpisah dengan sang suami dan dipertemukan kembali. Sang suami malah meragukan kesetiaanya.

"Jika aku sudah kehilangan keperawananku bukan olehmu. Yang kau lihat sekarang bukanlah tubuhku. Tapi abu kremasiku. Aku lebih baik mati dari pada bertemu dengan suamiku dalam keadaan tidak suci lagi." Sakura terisak. Ia menangis sambil membelakangi suaminya. Tangannya yang bergetar berusaha menutup kembali obi yang telah di lerai oleh sang suami. Harga dirinya benar-benar tersakiti ketika sang suami meragukan kesuciannya.

"Kau boleh tidur disini malam ini sebelum Naruto kembali bersama Hinata dari Shinto Ryu." Ujar Sakura datar sembari beranjak dari futton.

Tapi ketika ia hendak beranjak. Sepasang tangan kekar malah melingkar di pinggangnya. "Maaf kan aku Sakura..." Sasuke kini memeluknya dari belakang. Mengecupi punggungnya dengan sangat lembut.

"Aku tahu, aku bodoh..., tak seharusnya aku meragukan kesetiaan dan kesucianmu, maaf Sakura, maafkan aku."

Sakura memejamkan matanya yang melelehkan air bening dari emerald hijaunya. Jujur ia sakit hati dengan sikap Sasuke yang meragukannya. Tapi di peluk oleh Sasuke seperti ini, membuat tubuhnya merasa lemas dan tak bisa digerakkan. Apa lagi pria tercintanya itu benar-benar rapuh saat tahu ia akan pergi.

Tangan kekar sang suami perlahan membawa tubuhnya kembali berbaring  tak berdaya. Tubuh sang suami kini berada di atasnya. Ia merasakan air mata dari onix itu menetes di pipi putihnya.

"Kau hanya milikku Sakura..., aku tahu itu...maaf karena telah meragukan kesetiaan dan cintamu.." Bisikan sang suami mendesah lembut di telinganya.

...

Hembusan angin menusuk di sepertiga malam membuatnya menggeratkan pelukan pada sang istri. Sasuke mendekap erat tubuh Sakura dari belakang setelah melewati permainan panas mereka diatas futton.

Sasuke bahkan benar-benar merutuki kebodohannya yang telah meragukan kesucian sang istri. Sakura menjaga semua miliknya hanya untuk disentuh oleh suaminya. Dan dirinya sebagai seorang suami malah bersikap tak tahu diri dengan meragukan kesuciannya.

Rasa bersalahnya membuat Sasuke kian memperdalam kepalanya yang kini menyusup pada ceruk leher sang istri. Menghirup sebanyak mungkin aroma bunga sakura yang mampu menenangkan hatinya. Karena waktu kebersamaan mereka tak lama. Sasuke akan kembali membuat Sakura kesepian ketika mentari terbit. "Maafkan aku Sakura..." Bisiknya lembut di telinga Sakura, kala wanita itu terlelap.

🍀🍀🍀🍀

つづく
Tsudzuku

Continue Reading

You'll Also Like

168K 19.2K 39
VOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA, TERIMA KASIH. Naruto Namikaze itu kejam, suka sekali membully Hinata yang polos. Menurut Naruto itu balas dendam. Ever...
64.1K 5.6K 15
Gerbang besar desa sudah berada di depan matanya. Ia dengan ragu melangkahkan kakinya untuk masuk. Namun, ada hal yang jauh lebih penting mengenai ke...
415K 4.1K 5
Sasuke Uchiha sudah menutup hatinya, dia tidak peduli pada wanita-wanita yang singgah di hidupnya, apalagi setelah pria itu mengalami kejadian yang m...
53.5K 7.8K 24
Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto Hyuuga Hinata, seorang Polisi lalu lintas yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta dan bertekad akan memper...