Fox And Flower

By nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... More

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
008. Rubah Emas dan Lotus Ungu
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
015. Keputusan
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
034. Terciptanya Dendam -1-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
046. Kembang Api Yang Terbakar -2-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

048. Pangeran Yang Terbuang -2-

8.7K 700 110
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

🍀🍀🍀🍀

Song fic : All With You
(Male Version)
Ost. Moon Lovers
Scarlet Heart Ryeo

🍀🍀🍀🍀

Kedua tangan sang Jenderal Samurai yang kini tengah menopang tubuh wanita hamil sekarat itu bergetar hebat. Keringat dingin mengalir deras dari tubuh kekar yang dibalut haori hitam ini.

Memang bukan dia yang tersiksa disini, memang bukan Naruto yang mengalami nyeri dan ngilu yang dirasakan Hinata. Bukan Naruto yang mengalami semua penyiksaan itu di tubuhnya.

Tapi batin Naruto tersiksa, batinnya perih bukan kepalang saat safir birunya menangkap tiap tetesan darah yang mengalir dari hidung mungil kesanyangannya. Dari tiap tetes darah yang merembes dari bibir yang selalu ia kecup. Naruto dapat merasakan kepedihan yang kini di tanggung istri tercintanya bersama benihnya yang kini tengah berkembang dalam rahim wanita tercintanya.

Dengkul sang Shogun gemetar ketika kakinya telah menginjak mulut goa yang menjadi tempat tinggalnya di puncak Fuji.

"Naruto!!" Suara seorang pria paruh baya terdengar di gendang telinga sang Shogun.

Nagato, berada di Fuji, bersama wanita anggun yang tengah duduk di batu yang menyerupai kursi. Merasa mengenal nama yang dipanggil Nagato, wanita itu memutar kepala merahnya. Semua telah diatur oleh sang pencipta, Mito berada di Fuji setelah keberangkatan Naruto dan Hinata ke Shinto Ryu, untuk mengenalkan sang putera mahkota pada kehidupan kitsune.

Sama seperti Nagato, Mito terkejut bukan main saat melihat kedatangan sang keponakan bersama istri hamilnya dalam keadaan babak belur. "Apa yang terjadi Naruto?" Tanya Mito seraya bergegas menghampiri sang keponakan yang tampak kacau. Manik kelabunya memandang miris sekaligus marah pada tubuh sang menantu yang kini babak belur.

"Katakan siapa yang melakukan ini pada Hinata?!" Mito setengah berteriak, hingga suaranya menggema di dalam goa itu dan membuat puteranya yang tengah terlelap menggeliat.

"Hyuuga jalang itu." Jawab Naruto dingin, safir birunya kini hanya tertuju pada wajah sang istri yang di penuhi luka dan lebam.

"Sudah kukatakan, habisi keluarga inti mereka tanpa sisa dan hanya sisakan Hinata, kini kau lihat, dia bahkan tega menyiksa saudaranya sendiri." Mito kembali berteriak dan kali ini membuat Nawaki yang tengah tertidur benar-benar terjaga.

"Lakukan sesuatu pada istri dan anakku, baru kau bisa kembali memarahiku Kogo-sama." Naruto mengambil langkah seribu, membaringkan Hinata di batu lebar berlapis bulu rubah yang sudah mati, yang menjadi tempat Nawaki terlelap tadi.

Sang putera mahkota kecil itu langsung bangkit dari duduknya dari batu besar yang berfungsi sebagai tempat tidur itu, saat melihat kakak sepupunya berjalan cepat kearahnya.

"Hinata-nee, kenapa?" Tanya Nawaki polos pada Nagato yang berdiri disebelahnya.

"Hinata-nee sedang sakit, Ouji-sama sebaiknya ikut saya memanggil Kurama Ojii-san untuk mengobati Hinata-nee..."

"Bayi di perut Hinata-nee baik-baik sajakan?"

Pertanyaan polos yang lolos dari mulut mungil sang pangeran kecil, sukses mencelos hati sang Jenderal Samurai yang kini tengah duduk di samping sang istri. 'Nawaki benar, Hinata sampai sekarat begini, lalu bagaimana dengan bayi kami, apa Hoshi no Tama milik Okaa-chan hanya berfungsi untuk melindungi Hinata dari panasnya bayi kami...'

Sebuah sentuhan dibahunya membuat Naruto tersadar dari lamunannya sendiri. Bibinya kini tengah berada disampingnya. "Lakukan sesuatu, sampai Kurama Ojii-san datang..."

"Apa kau tak bisa menolongnya..." Tanya Naruto sinis pada sang bibi.

Mito tersenyum tipis mendengar ucapan sinis dari keponakannya itu. Bahkan terhadap Mitopun Naruto akan menjadi sinis jika itu menyangkut tentang Hinatanya.

"Aku bisa..., tapi apa kau sebagai suaminya hanya akan diam saja sambil meratapinya terus?"

Pertanyaan Mito sukses membuat Naruto mendongak dan berpikir jernih. 'Apa yang Ba-san katakan itu benar. Aku bisa menyembuhkan luka luar Hinata, kenapa tidak ku lakukan sedari tadi.' Tanpa menjawab pertanyaan sang bibi, tangan kanan Naruto terulur pada tubuh lemah sang istri yang kini tengah menampung buah hati mereka.

"Kau sembuhkan semua lukanya, dan aku akan memeriksa perutnya." Mito tahu, akal sehat keponakannya itu kembali berfungsi, setelah amarah yang membuatnya berubah menjadi kitsune sempurna mendingin.

Tangan keponakan dan bibi itu mengeluarkan cahaya yang berbeda warna kearah tubuh Hinata. Naruto mengeluarkan cahaya biru pada luka menganga di dada Hinata. Sementara Mito menggunakan cahaya kemerahan dari tangannya kearah perut buncit Hinata. Dalam sekejap perut yang tengah mengandung itu mengeluarkan cahaya yang amat terang hingga janin yang ada di dalamnya dapat terlihat jelas.

Manik kelabu Mito memanas, saat melihat posisi kepala janin mungil yang tak bedosa itu terjepit pada tulang kemaluan sang ibu. Mito seorang ibu, ia tentu akan merasa miris bila melihat keadaan seperti ini menimpa bayi yang bahkan belum sampai kedunia.

Naruto, menghentikan usahanya menutup luka di dada Hinata saat melihat bibinya menitikan air mata. "Ba-san apa yang terjadi pada puteraku?!" Cecar Naruto sambil mencengkam kedua lengan sang bibi.

Akibat ulah Naruto itulah cahaya yang menguar di tangan Mito terhenti seketika. "Baka!, sudah kukatakan berkonsentrasilah menyembuhkan lukanya. Kau membuatku tak dapat berkonsentrasi!" Mito naik pitam pada keponakannya yang di lingkupi rasa ketakutan berlebihan itu. Wajar Naruto seperti itu. Ia pernah merasakan kehilangan semua anggota keluarganya dengan cara keji.

"Naruto, kau sebaiknya keluar." Suara Kurama, sang kakek rubah, seketika membuat Mito dan Naruto memandang ke asal suara.

"Jika kau tak terkendali seperti ini bagaimana kau bisa membantu menyelamatkan Hinata...," Timpal Nagato yang berdiri di belakang kakek rubah berhaori api itu.

"Bagaimana keadaan istri dan anakku?" Suara tegas itu terdengar bergetar. Naruto gundah dan gusar ia tak mampu mengendalikan perasaannya saat ini, hanya Hinata dan sang putera lah yang terlintas dalam pikirannya saat ini.

"Kepala anakmu terjepit di antara tulang kemaluan Hinata, tubuhnya terlilit tali pusar, dinding rahimnya memar, dan yang lebih parah ada racun yang mulai menjalar dalam tubuhnya."

Jawaban dingin namun menusuk dari mulut sang permaisuri menjadi sambaran petir bagi manusia setengah kitsune ini. Kepalanya seperti pecah. Ia ingin mengamuk, menghancurkan goa ini lalu berbalik ke Shinto Ryu dan membunuh Hanabi saat itu juga. 'Kenapa, kenapa tak ku habisi setan kecil itu tadi dalam sekali tebasan.'

"Keluar Naruto, dan kendalikan amarahmu sendiri." Suara Kurama terdengar tak dapat dibantah lagi.

Tangan Naruto mengepal tinju. Safir birunya kini mulai memerah. Emosi sudah mulai mengendalikan tubuhnya. "Apa yang kau katakan rubah tua!, kau menyuruhku meninggalkan anak dan istriku dalam keadaan sekarat seperti ini!" Naruto lupa siapa yang disebutnya sebagai rubah tua itu.

Ia tidak sadar jika sekarang sedang berada di sarang kitsune. Dalam sekejap cahaya kemerahan yang menguar dari telapak tangan Kurama membelit tubuh Naruto.

"Nagato, bawa dia keluar." Kurama sepertinya tidak terlalu mengambil hati ucapan cucu setengah kitsunenya itu. Yang ia pikirkan saat ini adalah keadaan wanita rapuh dan janin kecil yang tengah di kandungnya.

Nagato tanpa aba-aba, merangkul dari belakang leher Naruto dan dengan mudah menyeret pria tinggi besar yang berstatus sebagai Jenderal Samurai itu. Di Kyoto Naruto boleh adalah seorang penguasa keshogunan. Tapi di puncak Fuji ini ia adalah anggota kitsune muda yang masih harus menurut pada rubah-rubah tua yang lain.

Sementara Nawaki, anggota termuda di puncak gunung Fuji ini tampak bingung dengan pemandangan yang ia lihat sekarang. Ia sedang tertidur dan tiba-tiba terbangun dalam sebuah goa yang diluarnya di selimuti salju abadi. Pangeran muda berusia sepuluh tahun itu tampaknya masih tidak mengerti dengan keluarga dari pihak ibunya ini.

🍀🍀🍀🍀

Bocah bersurai perak menatap langit musim semi dengan penuh harap. Sebentar lagi Hanami Matsuri akan diadakan di istana yang dikuasai oleh ayahnya itu.

Tapi semua itu salah, karena mulai hari itu ia tak akan pernah lagi merasakan kebersamaan dengan keluarganya lagi. Tiba-tiba pintu kamarnya di dobrak oleh sekumpulan samurai.

"Apa yang kalian lakukan?!, kalian berani masuk kekamar Putera Mahkota dengan sembarangan." Bocah itu marah. Ia tak terima dengan perlakuan para pasukan pelindung dinasti yang ayahnya pimpin dengan tidak terhormat.

"Tenno-sama memerintahkan kami untuk mengemasi barang-barang anda Toneri-sama."

Bocah sepuluh tahun bernama Toneri itu tersentak mendengar ucapan salah satu Samurai yang sedang menggeledah oshiire kamarnya dan memindahkan semua pakaiannya ke dalam sebuah peti. Belum lagi panggilan Ouji-sama yang tidak disebutkan oleh sang samurai untuk memanggilnya.

"Berlaku sopanlah, kau tahu kau sedang berhadapan dengan siapa sekarang, aku adalah Putera Mahkota Dinasti Heian calon pewaris satu-satunya yang akan memimpin Dinasti dan Kekaisaran ini."

Bukannya takut, para samurai itu malah tersenyum remeh pada Toneri. "Khe, Putera Mahkota kau bilang, sebaiknya kau lihat apa yang terjadi pada ibumu di aula utama Dairi." Tukas salah satu samurai sambil memasukkan sembarang barang-barang Toneri kedalam peti.

"Apa kamarku sudah siap?" Suara bocah lelaki seumurannya membuat kepala Toneri berbalik. Bocah lelaki bersurai pirang jabrik tengah berdiri di ambang shoji kamar mewah sang Putera Mahkota.

"Kau?" Toneri menggeram marah dan menghampiri bocah pirang itu. "Apa maksudmu mengakui kamar ini kamarmu." Tangan Toneri menarik kencang Haori biru cerah bersulam emas yang dikenakan sang bocah pirang.

Tapi dengan cepat seorang samurai menarik kerah haori Toneri dari belakang bagai seekor anak kucing.

"Maafkan anak ini Naruto-sama.." Salah seorang Samurai yang menarik haori Toneri membungkuk sopan pada bocah sepuluh tahun bernama Naruto itu.

"Siapa kau!" Toneri berteriak kencang sambil meronta dari kekangan salah seorang samurai.

Naruto tersenyum remeh, sambil menepuk-nepuk haori bagian bahunya. "Sebaiknya kau ke aula utama Dairi dan lihat apa yang terjadi pada ibumu, bibiku adalah pemaisuri diistana ini." Jawab Naruto sombong.

"Lepaskan aku!, aku ingin melihat Okaa-sama, apa yang kalian lakukan padanya..." Toneri kembali meronta. Kali ini samurai yang mengekangnya melepaskan dan membiarkan anak itu berlari menyusuri rokka istana dalam menuju aula utama dimana ibunya sedang mengemis cinta sang kaisar.

...

Batin Toneri tertohok, saat kakinya menapaki gerbang aula utama. Ibunya Kaguya kini tengah bersujud sambil memeluk kaki sang ayah. Kaguya terus menangis dan memohon. Tapi Hashirama sama sekali tak menanggapinya.

Disamping sang ayah berdiri seorang wanita cantik bersurai merah. Dia menatap sang ibu dengan tatapan jijik.

"Otou-sama, apa yang kau lakukan pada Okaa-sama..." Teriak Toneri penuh kemarahan.

Ia berlari mencoba mendekat pada sang ayah, tapi....

"Berhenti, jangan coba menyentuhku." Hashirama menarik kakinya yang tengah di peluk Kaguya dengan sangat kasar. Hingga wanita itu terjungkal kebelakang.

Sontak Toneri menghalau sang ibu dari belakang. "Kau kenapa begitu Otou-sama..." Tanya Toneri mendongak sambil menatap sendu sang ayah.

Tapi sayang, bukan jawaban hangat nan menenangkan yang ia dapat dari sang ayah seperti biasa.

"Jangan memanggilku Otou-sama lagi." Bak petir di pagi hari. Toneri seolah tidak menginjak bumi ketika sang ayah tak mengakuinya.

Mata biru muda Toneri mendongak penuh rasa sedih pada sang ayah. Hashirama, sang kaisar tak mengakuinya lagi. "Tou-sama...." Cicit Toneri pelan. Tapi Hashirama sama sekali tidak menggubris, ia berjalan begitu saja meninggalkan Kaguya dan Toneri yang berpelukan sambil bersimpuh di lantai.

Hashirama menggandeng dengan mesra Mito di hadapannya, lalu Naruto, bocah pirang itu mucul dan langsung bergabung bersama Hashirama dan Mito. Mereka terlihat seperti keluarga bahagia setelah membuang Toneri dan ibunya.

Sang Kaisar berbalik dan memandang dingin pada ibu dan anak tersebut. "Maafkan aku Toneri, aku harus memberitahu ini, kau sebenarnya bukan Puteraku, bukan darah dagingku, dan mulai hari ini kau dan ibumu akan tinggal di Istana Naniwa, kau bukan lagi seorang Putera Mahkota dan ibumu mulai sekarang bukan lagi seorang permaisuri.

"Lalu siapa ayahku....?" Tanya Toneri memelas sambil menahan tangis. Dalam sekejap kini dunianya telah berubah. Ia yang dulu adalah seorang Putera Mahkota yang diagung-agungkan kini menjadi pangeran yang terbuang.

"Kau tanyakan pada ibumu." Jawab Hashirama singkat. Setelah itu ia berbalik menuju gerbang bersama Mito dan Naruto. Meninggalkan keluarga yang ia telah ia buang, menyisakan dendam dalam hati seorang anak yang telah dibuang dari kebahagiaannya.

Toneri menatap Kaguya meminta sebuah jawaban atau penjelasan. Tapi wanita yang telah dilengserkan dari posisi permaisuri itu hanya bisa menangis meraung-raung meratapi nasibnya yang kini terbuang. "Okaa-sama..., katakan siapa ayahku...." Toneri mengguncang tubuh ibunya sambil terus menanyakan pertanyaan yang sama berulang-ulang.

Kaguya masih terus bungkam. Hingga mata Toneri memandang penuh benci pada mantan ayah yang telah membuangnya dan tengah berjalan meninggalkannya dan sang ibu, pergi bersama keluarga barunya. "Naruto..., kau ingat ini baik-baik. Kau dan bibi jalangmu akan membayar semua yang telah terjadi pada aku dan ibuku. Tak akan ku biarkan kau hidup bahagia diatas penderitaan dan air mata kami."

Hari-hari bagai neraka dirasakan Toneri diistana Naniwa. Ia memang mendapatkan semua fasilitas mewah, walau tak seperti kehidupannya di istana Dairi Kyoto, tapi kehidupannya tak bisa di katakan susah. Ia masih makan cukup tiga kali sehari dengan menu yang nikmat, juga masih mengenakan pakaian yang sama bagusnya dengan pakaiannya saat diistana Dairi.

Hanya satu yang berubah. Ia hanyalah rakyat biasa yang mendapat kehidupan istimewa dari sang kaisar. Dan senyuman sang ibu. Ia tak pernah lagi melihat senyuman sang ibu. Yang dikerjakan Kaguya semenjak tinggal di istana Naniwa hanyalah menangis dan mengunci diri didalam kamar. Hingga suatu pagi ia menemukan sang ibu dalam kondisi mengenaskan.

Kaguya mengantung dirinya sendiri di tiang atap istana dengan menggunakan selendangnya sendiri. Dan semenjak itu dendam dalam hatinya terus ia pupuk dan pelihara dengan baik. Hingga ia mendengar kabar jatuhnya keshogunan yang dikuasai Klan Uchiha oleh Uzumaki Naruto. Ia memanfaatkan pasukan khusus klan Uchiha yang tersisa, yaitu Akatsuki. Mengajak mereka berkomplot dalam rencana konspirasinya menjatuhkan kekaisaran dan keshogunnan. Toneri bahkan mempelajari dan menganut ilmu hitam dari Akatsuki, yang pernah menjadi murid Obito.

Dari Akatsukilah Toneri mengetahui siapa sebenarnya klan Uzumaki yang tengah menguasai keshogunan dan kekaisaran. Toneri bersama Akatsuki telah mengetahui semua seluk beluk kitsune yang campur tangan dalam pemerintahan.

Hingga menyusup ke dalam istana Klan Hyuuga yang dibakar oleh sang Shogun. Menyelamatkan pangeran Hyuuga yang akan di peralat demi balas dendamnya. Dan yang terakhir, Uchiha Sasuke, sang pewaris tahta Keshogunan yang kini telah masuk kedalam komplotannya dalam konspirasi besar-besaran yang akan di wujudkannya.

🍀🍀🍀🍀

"Toneri-sama...." Sebuah panggilan halus yang menguar di gendang telinganya membuat Toneri membuka matanya. Ia terlarut dalam kenangan masa lalunya hingga tanpa sadar sudut matanya mengeluarkan air mata bening ketika mengingat bagaimana cara sang ibu mengakhiri hidupnya.

"Ada apa Tenten." Jawab Toneri sambil memperbaiki posisi duduknya yang tadi bersandar pada tiang.

"Hyuuga-sama sudah sadar..." Jawab wanita yang merupakan budak dari Negeri China yang bekerja pada Toneri.

Toneri tersenyum simpul mendengar ucapan Tenten. "Kau kembalilah kekamarnya, dan tanyakan keaadaannya, aku akan segera menyusul."

Tenten mengangguk patuh dan meninggalkan Toneri sendiri diruangan kerjanya.

"Tak lama lagi..., tahta dinasti Heian akan jatuh ketanganku..."

...

"Hyuuga itu sudah sadar, sampai kapan kau akan mengulur waktu." Baru beberapa langkah Toneri menyusuri rokka, menuju kamar Neji. Suara tegas sang bungsu Uchiha sudah menyambutnya.

"Khe..." Toneri tersenyum remeh sambil menaikan satu alisnya. "Bersabarlah Uchiha-sama dia baru saja sadar setelah lolos dari maut, butuh waktu untuk menjadikannya kuat kembali."

Sasuke memutar matanya bosan.

"Bagaimana bila kau ke Kyoto, bersama Akatsuki, kacaukan sedikit istana keshogunan, kau bisa menjemput kembali istri tercintamu itu, ku dengar kau belum pernah sedikitpun menyentuhnya, aku curiga jika Shogun-sama telah mendahului mengambil hak malam pertamamu."

Ucapapan Toneri sukses membuat Sasuke berang. Pria Uchiha itu tersulut emosinya dan berjalan meninggalkan Toneri.

"Ingat, hanya kekacauan kecil..., kau jangan memulai duluan kehancuran besar yang akan kita ciptakan bersama, jika kau tak ingin kembali mendekam di penjara bawah tanah." Toneri sedikit berteriak memanasi Sasuke.

...

Krieeeetttttt

Shoji itu bergeser. Pria bersurai coklat panjang yang baru bisa mendudukan dirinya diatas futton mengalihkan perhatiannya dari gadis bercepol dua yang tengah menyuapi bubur padanya. Melihat siapa yang datang. Tenten, wanita cepol dua itu berhenti menyuapinya. Tenten bangkit dan membungkuk permisi meninggalkan dua orang dengan perbedaan rambut kentara itu.

"Siapa kau..?" Tanya Neji dingin dengan mutiara lavendernya yang menatap curiga pria bersurai perak yang kini tengah duduk di hadapannya.

Toneri tersenyum tipis. "Kau bisa memanggilku Otsutsuki Toneri, kau ingat aku, kakak ipar?"

Neji mengerenyitkan dahinya. Mencoba mengingat nama yang tak asing baginya. Hingga ingatannya kembali menerawang tentang permaisuri pertama Kaisar Hashirama yang memiliki seorang putera bernama Toneri.

"Kau...?" Tanya Neji dengan tatapan menebak. Dulu, saat ia belum terusir dari istana, Hyuuga Hiashi, sang Hakim Agung telah menjodohkan Hyuuga Hinata adiknya dengan Toneri. Tapi perjodohan itu batal, ketika Toneri tak lagi menyandang gelar Putera Mahkota.

Hiashi lebih tertarik menjodohkan puteri cantiknya itu dengan keponakan Permaisuri, yang digadang-gadang akan memimpin pasukan Samurai.

"Kau mengingatku kakak ipar?" Tanya Toneri sambil menyeringai licik.

"Apa yang kau inginkan?" Neji balik bertanya.

"Kau ingin tahu kabar kedua adik perempuan cantikmu...." Pancing Toneri dengan senyuman penuh kemenangan. Dan itu berhasil membangkitkan rasa ingin tahu Neji. Bagaimana tidak, hanya tinggal Hinata dan Hanabilah yang ia miliki saat ini.

"Katakan padaku..."

Toneri tersenyum licik. Rencananya berhasil "Hinata adikmu yang bagaikan tuan puteri itu kini telah menjadi Hidenka-sama..., ia menjual tubuhnya sendiri, bahkan rela mengandung benih busuk Shogun keparat yang telah membunuh ayahmu untuk mendapatkan perlindungan, sementara Hanabi, adik kecilmu sungguh malang nasibnya ia menjadi budak dan di tawan dalam Perguruan Samurai Shinto Ryu..., aku rasa kau perlu mengembalikan Hinata ke jalan yang benar dan menyelamatkan nyawa Hanabi."

Neji mengepalkan tangannya yang gemetar, kesehatannya belum sepenuhnya pulih dan kini otaknya telah diracuni oleh ucapan provokasi Toneri.

"Kau mau bekerja sama dengan kami, mengembalikan apa yang telah mereka rampas darimu, juga membawa dua adik tercintamu kembali kesisimu?" Tawar Toneri dengan senyum bak iblis.

"Kami?" Beo Neji.

"Ya, kau, aku dan Uchiha Sasuke. Kita yang telah terbuang dari posisi kita karena para Uzumaki keparat itu."

"Uchiha Sasuke. Dia bebas?"

Toneri tersenyum penuh kemenangan karena Neji mulai tertarik dengan rencananya.

🍀🍀🍀🍀

...

Aku bahagia berada di sisimu
Aku bisa bermimpi karna aku berada di sisimu

Aku bisa tersenyum karena aku berada disisimu
Aku kembali berdoa bahwa kau akan menjadi milikku

Bukalah matamu
Jika kau melihat hatiku
Dan merasakan hatiku yang sesungguhnya

Jika kau melihat hatiku
Dan menemukan jalanmu padaku

Bukalah matamu
Aku ingin memberimu seluruh hatiku
Jika kau bisa tinggal disisiku selamanya

Terima kasih
Karena telah berada disisiku

Karena kau berada disisiku
Terasa hangat

Karena kau berada disiku
Aku bisa memiliki kekuatan

Hanya dengan melihatmu
Membuat air mata jatuh
Kumohon bukalah matamu

Jika kau melihat hatiku
Dan merasakan hatiku yang sesungguhnya

Jika kau melihat hatiku
Dan menemukan jalanmu padaku
Aku mohon bukalah matamu

Dan lihatlah aku
Yang tengah bergantung padamu

🍀🍀🍀🍀

Mito hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sang keponakan yang terus mendekap sayang sang istri yang berada dalam pangkuannya.

Naruto sama sekali tidak mau melepaskan barang sedetikpun Hinatanya. Setelah Kurama dan Mito berhasil menyelamatkan Hinata dan bayinya. Naruto seperti orang ketakutan kehilangan nyawanya sendiri ketika Nagato melepaskan segel yang mengekang dirinya.

Pria pirang itu langsung mendekap dan mengelus sayang istri tercintanya yang telah banyak menerima siksaan lahir batin. Untung saja di dalam rahim Hinata terdapat hoshi no tama milik Kushina. Walau tidak membuat Hinata kebal akan serangan, karena sejatinya Hinata adalah manusia biasa yang tidak memiliki kekuatan khusus seperti Obito.

Setidaknya racun yang menyebar di tubuhnya dapat di perlambat, dengan bantuan hoshi no tama Kushina. Dan beruntung bayi yang sedang di kandung Hinata memiliki kekuatan yang di wariskan oleh sang ayah. Jika bayi biasa yang mengalami serangan se keji itu, sudah di pastikan bayi itu sudah kehilangan nyawanya.

"Kembalilah ke Kyoto dan bawa istrimu pulang ke istana." Ujar Mito ketika manik kelabunya tak kunjung melihat pergerakan dari sang keponakan.

Naruto hanya mengangguk sambil membelai pucuk kepala sang istri.

"Kau terlihat sangat kacau dan tak bergairah, bagaimana kau bisa 'menandai'nya untuk memulihkan keadaannya jika kau terlihat loyo seperti itu."

Naruto mendongak, ketika sang bibi mempertanyakan keperkasaannya. Sesuai pesan Kurama, Naruto harus melakukan 'penandaan' pada istrinya setelah keadaan Hinata membaik.
Semua itu dilakukan untuk kembali menyetabilkan hoshi no tama dan bayi mereka dengan suhu tubuh Hinata. "Akan ku lakukan sebentar lagi." Naruto mengangkat pelan dagu lancip sang istri yang terlelap dalam dekapannya dan mulai mengecup lembut, hingga wanita hamil itu melenguh lembut.

Mito memutar matanya bosan melihat pemandangan intim dihadapannya. "Lakukan dengan lembut bocah. Aku kembali ke Kyoto bersama Nawaki." Pamit Mito sambil berlalu meninggalkan goa yang dulu pernah menjadi rumahnya.

Naruto tersenyum tipis setelah kepergian sang bibi. Tangan kirinya yang tak menopang tubuh sang istri mengelus lembut perut besar yang tengah mengandung benihnya. Ia menyeringai tipis.

"Bersiaplah Hime...., ini penandaan pertamamu setelah kau hamil..."

つづく
Tsudzuku

Next chap
...
"Kelopak Sakura Yang Layu"

Continue Reading

You'll Also Like

35.5K 4.1K 20
Harusnya Naruto tidak memulai semua ini. Harusnya ia melupakan kebenciannya terhadap Gaara dan tidak menyeret Hinata ke dalam masalahnya. Kini, Narut...
902K 57.7K 37
Sakura menginginkan bayi tanpa harus menikahi laki-laki. -oOo- Naruto © Masashi Kishimoto AvalerieAva 2017 present : Single.
73.3K 9.4K 46
Kau tahu apa yang paling aneh dengan diriku? Aku tetap mempertahankan hubungan ini meski situasi kita salah, dan masih mencintaimu walaupun kau telah...
6.4M 615K 67
[Sudah terbit & Part masih lengkap] ARFAN itu singkatan [Arka Fanya] 🎧🎧 Arka zaidan adhinata, adalah siswa baru pindahan dari USA. Ia mempunyai bak...