Fox And Flower

By nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... More

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
008. Rubah Emas dan Lotus Ungu
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
015. Keputusan
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
034. Terciptanya Dendam -1-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
048. Pangeran Yang Terbuang -2-
049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

046. Kembang Api Yang Terbakar -2-

12.5K 693 313
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode

🌷🌷🌷🌷

Song Fic :
Do You Know My Heart
By : Ivy
Ost. Gunman In Joseon

🌷🌷🌷🌷

Hanabi matsuri, festival kembang api yang diselenggarakan di penghujung musim panas di negeri matahari terbit ini memiliki cerita yang tak dapat dilupakan. Baik itu bagi Naruto ataupun Hinata. Hanabi matsuri menyimpan banyak kenangan bagi keluarga mereka. Baik itu kenangan manis. Bahkan kenangan kelam.

Masih terekam jelas diingatan Naruto bagaimana sang ibu yang berusaha memenuhi keinginannya melihat Hanabi matsuri nan megah di Kyoto. Berjuta rasa sesal mendekam dalam dadanya. Jika saja ia menolak niatan Kushina untuk mengajak mereka datang ke Kyoto, mungkin saja pembantaian keji itu tak akan pernah terjadi. Kedua orang tua dan kakek neneknya mungkin masih berada di sampingnya saat ini. Tapi jika pembantaian itu tidak terjadi, mungkinkah ia tidak akan bertemu dengan Hinata.

Safir birunya melirik sekilas wanita hamil disampingnya yang tengah mengelus perut besarnya. "Apa masih terasa sakit?" Tanya Naruto khawatir. Mengingat sebelum pergi ketepian sungai Kamogawa istrinya sempat mengeluh perutnya terasa keram.

Hinata menggeleng pelan sambil tetap menatap lembut perut buncitnya. "Tidak lagi, Anata.., dia hanya sedang menendang, sangat keras."

Sang penguasa keshogunan itu tersenyum tipis. Ia raba perut besar sang istri yang tengah mengandung benihnya. "Dulu aku juga sangat semangat datang ke Hanabi Matsuri.." Ujarnya lirih sambil menatap sendu perut sang istri.

Hinata mendongakkan kepalanya, mutiaranya menangkap ada bulir-bulir bakal air mata yang terkumpul di pelupuk mata suaminya. Ia tahu, ia mengerti, Hanabi Matsuri memiliki kenangan indah sekaligus pahit bagi suaminya. Ia sudah melihat semua itu di alam bawah sadarnya. Tangan mulusnya lalu dengan sayang mengelus tangan suaminya yang sedang bercengkrama dengan janin dalam kandungannya. Ia tersenyum manis menenangkan sang suami.

"Semua sudah berlalu, Anata..., anak kita.., adalah kehidupan baru yang akan menghapuskan semua penderitaan kita..."

Naruto mengalihkan pandangannya dari perut buncit sang istri. Ia tatap lembut wajah meneduhkan yang berhadapan dengannya. "Katakan, kau itu manusia atau bidadari Hime.., bagaimana bisa kau mau berbaik hati hidup bersama orang yang menghancurkan keluargamu...?"

Hinata kembali tersenyum memandang wajah sang suami. Tangannya terulur mengelus rahang tegas sang pemimpin samurai. "Karena aku mencintaimu..."

Tangan kekar itu langsung merengkuh pinggang sang istri. Ia kecup sekilas sisi kepala indigo yang di hiasi kanzashi kupu-kupu itu. "Kita harus segera ke balkon kuil sekarang, sebelum aku kehilangan reputasi bengisku di hadapan rakyat karena rayuanmu itu."

Hinata tersenyum tipis sambil mengikuti langkah sang suami yang merangkulnya dengan sangat posesif.

'Karena aku mencintaimu Naruto-kun, karena klanku telah terlebih dahulu menghancurkan keluargamu. Aku disini untuk menebus dosa ayahku, dengan cintaku. Hanya itu yang ku miliki untuk menghapus kegelapan yang menyelimuti hatimu, izinkan kehidupan kecilku dan anak kita menjadi hadiah bagimu....'

o0o

Dari balkon kuil Shinogamo, mutiara lavendenya disuguhkan hamparan manusia yang menantikan pelepasan kembang api pertama di festival ini. Hinata sangat ingat bagaimana dulu dia menghabiskan Hanabi Matsuri yang bertepatan dengan ulang tahun adiknya.

Ia bersama keluarganya akan duduk di perahu mewah khusus untuk para birokrat istana. Menikmati kembang api sambil mengarungi sungai Kamogawa.

Hinata ingat betul apa yang selalu di ucapkan sang ayah setiap kembang api pertama di lepaskan dari kuil terbesar di Heian itu. Hiashi, selalu menunjuk balkon kuil Shinogamo. Dimana keluarga Kaisar dan Shogun berdiri. Hanya Kaisar, Calon Kaisar dan Shogun, serta calon Shogun lah yang memiliki wewenang untuk melepaskan kembang api pertama membuka Hanabi Matsuri.

"Hinata, suatu saat kau harus berdiri disana mendampingi sang penguasa melepaskan kembang api pertama , membuka Hanabi Matsuri."

Hiashi memang sejak dulu terobsesi menjadikan puteri cantiknya itu seorang pendamping penguasa dari bangsawan utama di dinasti Heian. Sekalipun Hyuuga adalah klan bangsawan, posisinya masih berada dibawah klan Senju yang merupakan keturunan kekaisaran dan klan Uchiha yang kala itu menguasai keshogunan.

Hinata tersenyum kecut. Hari ini tanpa di sengaja ia telah memenuhi obsesi sang ayah. Ia berdiri di samping Kamakura Bafuku no Shogun. Mendampingi sang penguasa keshogunan membuka Hanabi Matsuri, berdiri sejajar dengan Kaisar dan permaisuri.

Sementara itu Mito yang berdiri di samping sang Kaisar menatap Hinata dengan penuh rasa sayang. Ia ingat bagaimana waktu itu dia mengajukan tawaran perjodohan Hiashi. Ia melihat bagaimana Hinata dengan sungguh-sungguh menjahit haori untuk dihadiahkan pada Naruto walau berakhir dengan penolakan.

o0o

"Silahkan duduk Kogo-sama...., aku sangat tersanjung kau mau datang ke Istana Hyuuga, walaupun keadaanmu tengah hamil besar."

Mito mendudukkan dirinya dengan susah payah dibantu seorang dayang. Manik kelabunya menyusuri zanshiki istana Klan penguasa majelis hakim ini.

"Suamiku sedang pergi menjenguk Naruto ke Shito Ryu. Jika dia di dekatku dia pasti melarangku keluar dari Dairi." Jawab Mito sambil tersenyum licik. "Oh ya Hiashi.., dimana anak-anakmu?"

"Neji, dia sedang berlatih kuda di halaman belakang, dan Hanabi dia sedang berlatih memanah, lalu Hinata.." Ucapan Hiashi terhenti saat melihat puteri cantiknya melintas di lorong depan zanshiki.

"Hinata kemari."

Dengan langkah pelan sambil menunduk Hinata masuk kedalam ruang tamu mewahnya. Ia mencuri padang dengan melirik sang permaisuri yang begitu cantik.

"Keii o arawashimasu, Kogo-sama, no namae wa Hyuuga Hinata desu." Hinata langsung bersujud memberi penghormatan ketika ia berada dihadapan permaisuri.

"Berdirilah nak," perintah Mito sambil menatap intens tiap detil lekuk tubuh remaja berusia empat belas tahun itu. Ia sudah mengenakan furisode yang rumit di usia remajanya. Hiashi telah melarang Hinata mengenakan yukata yang sederhana sejak ia berusia tiga belas tahun. Padahal teman-teman sebayanya waktu itu masih mengenakan yukata.

Hiashi tersenyum bangga ketika Mito tersenyum begitu hangat pada puterinya. Hinata memang didik untuk menjadi istri seorang penguasa.

"Lanjutkanlah menjahitmu nak..," Ujar Mito sambil melirik kain biru di tangan Hinata yang akan di jahit oleh Hinata menjadi Haori untuk dihadiahkan pada Naruto.

Hinata mengangguk dengan penuh tanda tanya. Bagaimana sang permaisuri bisa tahu bahwa ia akan menjahit. Akhirnya ia memutuskan melangkah mundur dan meninggalkan zanshiki itu.

"Puterimu benar-benar cantik Hiashi, tak heran kau sempat menjodohkannya dengan putera Kaguya." Ucap Mito sambil memicingkan matanya licik.

"Itu karena hamba tidak tahu dia membohongi Tenno-sama." Jawab Hiashi dengan gelagat tidak nyaman.

"Ya..ya.. aku tahu, tapi sayang sekali jika puteri cantikmu itu kelak tidak memiliki posisi penting di dinasti ini...," Mito menjeda ucapannya.

"Kau tahu, Naruto.., keponakanku yang sekarang sedang berlatih di peguruan samurai Shinto Ryu." Mito memancing pembicaraan. "Dia sudah lama berteman dengan puteri cantikmu..., kurasa mereka sangat serasi..."

Hiashi tersenyum penuh kemenangan. Setelah gagal menikahkan puterinya dengan putera mahkota yang ternyata bukan keturunan Kaisar. Ucapan sang permaisuri seolah menjadi jalan untuknya menjalin hubungan kerabat dengan keluarga Kaisar.

"Ah tapi dia tidak mungkin menjadi permaisuri.., mengingat masih ada putera ku ini.." Mito menepuk pelan perut besarnya. "Tapi setidaknya dia bisa menjadi istri Shogun..., ya aku tahu, Uchiha Itachi sang calon Shogun telah dijodohkan dengan Izumi yang sesama Uchiha, mereka benar-benar tidak mau menjadikan orang di luar Uchiha sebagai pendamping sang Shogun..., tapi itu tak masalah, bukankah Uchiha sudah terlalu lama menguasai Kamakura Bafuku. Kurasa keponakanku sangat cocok memimpin para samurai kelak, dan tentu saja di dampingi puteri cantikmu itu.."

Hiashi dan Mito saling melirik dengan tatapan penuh kelicikkan. "Katakan Hiashi, mau sampai kapan Hyuuga berada di bawah ketiak Uchiha?" Pancing Mito, dan sukses membuat emosi sang Hakim Agung memanas.

"Kau dan aku, bisa dengan mudah menumbangkan Uchiha, Naruto menjadi Shogun-sama, dan Hinata Hidenka-sama nya. Sungguh serasi bukan?" Pancingan Mito kembali membuat Hiashi tersulut.

Ia mulai percaya dengan iming-iming sang permaisuri. "Dan itu hanya bisa terjadi jika kau menunjukkan bukti-bukti kebusukkan Uchiha, kalian sangat dekat bukan?"

Hiashi mengangguk diiringi senyum kemenangannya. 'Selesai kau Uchiha Fugaku. Kaulah yang akan berada di bawah kakiku tak lama lagi.'

"Setelah Naruto menjadi Shogun, aku akan datang kembali secara resmi untuk melamar si cantik Hinata."

o0o

Mito tersenyum tipis mengingat kejadian itu. Hinata benar-benar menjadi seorang Hidenka-sama. Walau awalnya Mito hanya ingin memanfaatkan Hinata untuk memuluskan balas dendamnya dan Naruto. Tapi sekarang dia mulai menyayangi wanita indigo itu. Terlebih lagi saat melihat Hinata yang bersedia mengandung janin setengah kitsune dengan senang hati, walau itu membahayakan nyawanya.

'Naruto tak pernah salah jatuh cinta denganmu nak, kau berbeda dengan anggota klanmu, hatimu begitu putih, maafkan aku yang pernah memisahkan kalian. Terimakasih sudah mau mencintai Naruto dengan sepenuh hatimu...'

o0o

Hinata, selalu saja tak memiliki celah untuk kemolekan wajah dan tubuhnya. Ia selalu saja terlihat begitu cantik walau kini perutnya tengah membuncit besar. Balutan kimono Uchikake keunguan terlihat pas membalut tubuhnya. Perut besar di balik obinya yang sengaja di kendurkan tak menjadi penghalang aura kecantikannya. Kehamilannya justru membuat aura keibuannya semakin tampak dan menarik perhatian banyak orang termasuk para pegawai pemerintah yang berkantor di istana Chodo-in.

Hinata berjalan dengan anggun dan perlahan sambil menggenggam payung di tangannya, karena udara terik di siang hari. Ia datang ke istana Chodo-in hanya diantar seorang kusir dengan kereta kencana. Ia juga tidak mengajak Tomoyo. Ia dengan sengaja datang sendiri ke istana yang menjadi kantor pusat pemerintahan ini untuk menyambangi sang suami, yang bekerja di salah satu kantor dalam kompleks istana ini.

...

Naruto baru saja keluar dari kantornya dengan didampingi Shikamaru. Safir birunya seketika di hiasi kilatan kemarahan saat melihat sang istri yang tengah hamil besar itu berjalan menyusuri halaman istana Chodo-in. Para pegawai pemerintah, samurai, bahkan para menteripun membungkuk sopan sambil tersenyum ketika berpapasan dengan Hinata.

Dan Hinata karena perutnya yang tak memungkinkan untuk menunduk ia hanya membalas sambil menganggukkan kepalanya diiringi senyuman manis. Orang-orang yang tersenyum mendapat senyun dari Hinata, membalas kembali senyuman Hinata dengan senyuman kagum dan sedikit nakal. Dan sang Jenderal Samurai merasa berang melihat sang istri yang di hadiahi senyuman oleh banyak laki-laki.

"Kau lihat itu Shika, dia tidak sadar kalau dia istri seorang Shogun, menyebar senyum kesiapa saja, seperti seorang remaja yang mencari jodoh. Dan mereka, kau lihat mereka?" Naruto menunjuk kesal pada pria-pria yang tersenyum pada istrinya. "Mereka tidak lihat apa perutnya yang buncit itu. Mereka tentu tahu kalau dia itu hamil, tapi kenapa menatap mesum istriku seperti itu?"

Shikamaru mendengus geli. Pria yang menjabat sebagai Saiteki*) Kamakura Bafuku ini merasa geli dengan tingkah Shogun yang tiba-tiba menjadi kekanakan seperti ini. "Khe..., istrimu itu hanya bersikap sopan Shogun-sama..." Shikamaru memutar bola matanya bosan.

"Kau memang memiliki istri yang cantik Shogun-sama..., walaupun sedang hamil justru itu yang membuatnya bertambah cantik, lebih baik kau syukuri saja." Shikamaru menepuk bahu atasannya itu sekilas sebelum meninggalkan Naruto yang di selimuti kecemburuan.

Sang Jenderal itu lalu berjalan menghampiri sang istri yang berjalan sangat pelan karena kondisi hamilnya.

"Naruto-kun..." Sapa Hinata antusias ketika sang suami ada dihadapannya.

"Kenapa kesini?" Tanya Naruto dingin tanpa basa-basi. Matanya menatap nyalang setiap orang yang berlalu lalang di halaman Chodo-in dan berusaha melempar senyum pada istrinya.

Hinata tertunduk, "Jadi tidak boleh ya..." Ucapnya lesu sambil mengelus sayang kandungannya.

"Bukankah sudah ku katakan, kau tunggu saja diistana sampai aku pulang. Lalu kita berangkat ke Shinto Ryu." Naruto meerendahkan intonasi suaranya ketika melihat Hinata ketakutan.

"Aku pikir, jika aku menghampirimu disini maka kita bisa langsung pergi ke Shinto Ryu karena tidak akan memakan banyak waktu..." Jawab Hinata lembut sambil menyatukan telunjuknya di depan dada. Mutiara memandang penuh harap pada safir biru yang menatapnya tajam.

"Huhhh...." Naruto menghela napas lalu memutar bola matanya. Akhir-akhir ini ia paling tidak tahan dengan tahan jika Hinata menatapnya dengan tatapan memohon.

"Baiklah.., kita akan pergi sekarang.. agar saat sore kita sudah berada di Shinto Ryu" Naruto merangkul pelan pinggang istrinya. "Kau sudah siapkan pakaianku...?" Sambil berjalan Jenderal Samurai itu mengecup sisi kepala indigo istrinya. Tangan kekarnya yang melingkar di pinggang sang istri mengusap lembut sisi perut buncit Hinata.

"Uhum..., semuanya sudah di kereta..." Jawab Hinata sambil menyandarkan kepalanya di bahu sang suami.

"Mau ku gendong?"

"Keretanya sudah dekat Anata... "

...

Hinata menatap penuh kebahagiaan, kokeshi*) yang diletakkan di telapak tangannya. Boneka yang ia buat sendiri dengan tangannya. Hadiah ulang tahun untuk adik tersayangnya. Hyuuga Hanabi.

Ia memahat sendiri boneka itu, dengan menggunakan pisau pahat kecil. Melukis tiap detil boneka itu dengan penuh kasih sayang. Semua itu ia lakukan untuk perempuan satu-satunya.

"Dia hanya memperhatikan boneka kayu itu." Pria pirang itu tampak kesal, sang istri mengabaikannya dan terus memandang boneka kayu yang sangat lucu itu. Yang ia lakukan sekarang adalah mengalihkan pandangannya ke jendela kereta, menatap pohon pinus yang menjadi pemandangan utamanya.

"Naruto-kun..." Panggil Hinata lembut, kendati ia memanggil nama sang suami, tapi pandangannya masih terfokus kokeshi lucu dan manis itu.

'Dia bahkan lupa memanggilku Anata...' Gerutu Naruto dalam hatinya. Ia memalingkan pandangannya menghadap sang istri.

"Ada apa?" Tanyanya dingin.

"Boneka ini sangat kawaiikan Naruto-kun...," Hinata tersenyum sendiri sambil terus memandang boneka itu.

"Ya, boneka itu sangat lucu, kau bahkan tidak tidur tiga malam untuk membuat boneka itu." Tukas Naruto kesal.

"Kau tahu Anata?"

Naruto tersenyum kecil ketika panggilan sayang di suarakan oleh istrinya. "Saat Hanabi berulang tahun ke lima aku pernah membuatkan boneka ini untuknya. Dia sangat menyukai boneka itu. Dia selalu membawa boneka itu kemana-mana..." Hinata menerawang, bulir-bulir bakal air mata yang terkumpul di pelupuk matanya membuat sang suami yang tadi kesal, kini menatapnya sendu.

"Tapi saat istana itu terbakar..., boneka itu juga ikut terbakar." Hinata menunduk sambil memandang kokeshi yang diletakkan di pangkuannya.

Pandangan safir biru Naruto kian sendu. Hinata begitu tidak ingin membuatnya tersinggung. Ia bahkan menganti kata yang seharusnya di bakar, menjadi terbakar.

"Dan kau membuat boneka ini sebagai pengganti boneka yang kubakar dengan istanamu."

Hinata menempelkan telunjuknya pada bibir merah kecoklatan milik suaminya. Ia menggelengkan kepala indigonya pelan. "Kau tak berniat melakukannya kan, sayang..., itu semua karena Hyuuga yang memulainya duluan."

Naruto tersenyum tipis ia tangkup pipi seputih susu milik istrinya. "Kau selalu berpikiran baik, Hime.."

"Semua itu karena dia yang memberikan pengaruh baik padaku." Hinata mengelus perut buncitnya lembut, dan diikuti sang suami.

Tangan Naruto yang lain merengkuh sayang tubuh Hinata, membawa sang istri dalam dekapannya. Di kecupnya lembut pucuk kepala indigo sang istri.

'Aku mencintaimu Hinata..., sangat... sangat mencintaimu...'

o0o

Safir biru sang Jenderal Samurai menatap lekat gerbang diatas bukit yang begitu kokoh.

Shinto Ryu, perguruan yang mendidik para calon samurai tanpa mengenal status strata klan mereka. Ditempat inilah mental dan kemampuan Naruto sebagai seorang samurai diasah.

Ditempat inilah mengenal persahabatan. Menemukan saudara yang lebih dari saudara seperguruan. Hingga tali persaudaraan itu terputus karena sebuah dendam yang membuat hati mereka berkarat.

Hinata menepuk pelan bahu tegap sang suami, menyadarkan pria ini dari lamunan masa kecilnya yang dihabiskan di perguruan samurai ini. Ia mengerti bahwa ingatan Naruto kini tengah menerawang kemasa dimana ia dan Sasuke menghabiskan waktu di tempat ini.

"Ayo kita masuk..." Ucap Naruto singkat, mengalihkan perasaannya.

"Tangganya sangat tinggi Hime," Naruto langsung membawa tubuh sang istri dalam gendongannya. Nenapaki tiap anak tangga yang menjadi jalan menuju pintu utama perguruan samurai yang sangat melegenda ini.

o0o

Seperti kembali kerumah sendiri. Itulah yang dirasakan Naruto ketika menapakkan kakinya di rokka perguruan ini.

"Naruto!!!" Naruto dan Hinata sontak menoleh ke arah pintu geser yang terbuka. Pria bermasker yang mengenakan hakama abu-abu itu berdiri diambang pintu. Ia lah guru samurai yang mengajarkan Naruto menjadi seorang samurai.

"Kakashi-sensei..." Naruto berlari menghantam pria yang sudah tak lagi muda itu dengan pelukannya.

"Uhuk...." Kakashi terbatuk kencang, akibat ulah muridnya itu.

"Maaf Sensei, aku lupa kalau kau sudah tak muda lagi." Naruto mengendurkan pelukannya.

Kakashi menggeser tubuh tegap sang murid yang berada dihadapannya, tujuannya adalah untuk melihat wanita cantik yang berdiri di belakang sang murid.

"Itu istrimu, Hinata itukan ?" Tanya Kakashi.

Naruto mengangguk sambil tersenyum tipis. Ia tarik pelan istrinya hingga terlihat jelas oleh sang guru.

Hinata tersenyum sambil mengangguk sopan.

"Kau tak datang ke pernikahanku sensei..." Jawab Naruto dengan nada kecewa.

"Aku harus adil nak, aku tak datang ke perninakahan Sasuke, lalu aku harus berpesta untuk salah satu muridku sementara muridku yang lain menjadi buronan di luar sana." Jawab Kakashi bijak.

Berita Naruto yang menawan Sakura yang telah menjadi istri sah Uchiha Sasuke, telah beredar keseluruh penjuru Heian.

"Itu juga alasanmu tak datang kepelantikanku?" Tanya Naruto intimidatif.

Kakashi tersenyum tipis dari balik maskernya."Aku akui sangat bangga saat kau dilantik sebagai Shogun, tapi aku tidak bisa merayakan keberhasilan salah satu muridku sementara muridku yang lain sedang di dera penderitaan."

Naruto tersenyum sinis, "Khe..., kau selalu membela Teme itu."

Sementara Hinata merasakan aura perang dingin antara guru dan murid itu hanya diam dalam ketidaknyamanan. Beruntung shoji kembali terbuka dan menampakkan Kurenai yang tersenyum manis. "Kalian sudah datang..." Sapa Kurenai sopan. Seketika suasana tegang antara Naruto dan Kakashi sedikit mencair.

"Ayo masuk...., aku sudah menyiapkan banyak makanan di zanshiki" Suara Shizune, istri dari Kakashi, menambah kehangatan.

"Nanti saja makannya, aku ingin bicara dengan murid kesayangan ku ini." Kakashi merangkul erat tubuh tegap Naruto.

"Kalau begitu aku akan langsung menemui Hanabi saja..." Sela Hinata pelan. Ia tahu menyela pembicaraan sangat tidak sopan. Tapi ia sudah sangat rindu pada adiknya.

"Hinata, tapi.." Larang Naruto.

"Kau tenang saja..., aku akan baik-baik saja." Hinata menenangkan sang suami. "Kau bicara dulu dengan Kakashi-sensei."

"Aku dan Kurenai akan mengantarkan Hinata ke kamar Hanabi." Ujar Shizune meyakinkan.

Naruto mengangguk. "Aku titip Hinata." Ia mulai berbalik mengikuti sang guru. Tapi sebelum ia benar-benar pergi, safir birunya menatap lekat mutiara Hinata sambil memegangi kalung pernikahan mereka. Seolah berkata 'beri tahu aku jika terjadi sesuatu.'

Hinata mengangguk dan mulai mengikuti langkah kaki Kurenai dan Shizune menuju kekamar Hanabi.

...

Wajah datar, dan senyum dingin itulah yang di tampakkan Hanabi untuk menyambut kedatangan sang kakak.

Hinata langsung berdiri dari duduknya di zabuton dengan dibantu Kurenai dan Shizune, saat Hanabi berada di ambang pintu geser. Sedari tadi mereka menunggu Konohamaru yang memanggil Hanabi yang tengah berada di kolam ikan koi. Tempat kesukaannya untuk menyendiri.

"Lepaskan..." Hanabi melerai pelukkan Hinata yang sangat sebentar. "Katakan mau apa kesini?" Tukasnya kasar.

"Hana-chan...kau tak senang apa Nee-sama mu ini datang..." Ujar Hinata dengan senyuman penuh kasihnya.

"Aku muak denganmu!, katakan kau mau apa!?" Bentak Hanabi. Bukan hanya Hinata yang tersentak, bahkan Kurenai dan Shizune yang duduk di belakangnya pun ikut terkejut.

Hinata tersenyum tipis, ia tahu Hanabi sangat membencinya setelah dia menikah dengan Naruto.

"Otanjoubi Omedetou, Hana-chan...," Ucap Hinata dengan suara yang hampir menangis. Ia meraih sesuatu dari kantong serut yang di jinjingnya. "Nee-sama membuatkan kokeshi baru untukmu..." Hinata menyerahkan boneka kayu cantik buatannya.

"Arigatou." Jawab Hanabi datar. Dengan sengaja ia jatuhkan boneka yang telah susah payah di buat oleh Hinata. Dan menginjaknya sampai hancur.

"Hana-chan..., kenapa?" Air mata mulai menetes di wajah porselen Hinata. Hatinya sakit saat melihat sang adik tersayang menghancurkan hadiah yang ia buat dengan penuh rasa cinta.

"Sudah selesaikan? Sekarang pulanglah. Dan jangan pernah tunjukkan wajah menjijikanmu dihadapanku" Usir Hanabi sebelum berlari meninggalkan Hinata.

Hinata terpaku, ia tak menyangka Hanabi begitu membencinya.

"Hanabi tunggu.." Hinata mencoba mengejar Hanabi, tapi tangan Shizune menahan pergerakkannya.

"Aku mohon, aku harus bicara berdua dengannya." Pinta Hinata hampir menangis.

"Biarkan saja Shizune..." Ujar Kurenai. "Mereka perlu menyelesaikan masalah mereka berdua saja." Kurenai berpikir bahwa Hanabi tak mungkin menyakiti Hinata, ia sangat kenal betul dua perempuan Hyuuga yang pernah menjadi muridnya ini. Tapi Kurenai salah.

Dengan berat hati Shizune membiarkan Hinata mengejar Hanabi. Walau ia memiliki firasat tak enak.

....

"Itu Hanabi, dia masuk kedalam taman terlarang, dan Hinata-sama mengejarnya?" Konohamaru mengambil keputusan mengikuti mereka ketika melihat dari jauh dua bersaudara yang tengah berkejaran itu.

...

"Hana-chan..., dengarkan Nee-sama..." Hinata mencoba menggapai bahu Hanabi.

Ia terengah-engah berlari dengan perut besarnya.

Hanabi menoleh dan...

Plakkkkk

Hinata terjungkal kebelakang akibat tamparan kuat Hanabi.

"Jangan sebut namaku dengan panggilan menjijikan itu. Kau benar-benar pelacur yang menggadaikan tubuhmu untuk mendapatkan perlindungan keparat itu. Kau bahkan dengan senang hati mengandung benih busuknya!"

"Akh.." Hinata merintih pelan sambil memegangi perut besarnya. Ia mencoba berdiri, tapi tangan sang adik lebih dahulu mencengkram helaian rambut di ubun-ubunya.

"AKKKHHHHHH..." Hinata berteriak lebih kencang lagi. Kepalanya terasa berdenyut saat Hanabi menjambak surai di pucuk kepalanya.

Dengan sangat kejam Hanabi menyeret Hinata dengan jambakan. Membawa tubuh wanita yang tengah hamil besar itu terpojok dipohon.

"Sakit...." Hinata merintih punggung dan pinggang belakangnya menghantam pohon jati yang amat keras. Seketika isi kandungannya berkontraksi hebat.

"Dasar jalang, kau anak durhaka!" Hanabi mencekik leher wanita hamil itu dengan kedua tangannya. Hinata membuka mulutnya mencoba menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Tapi gagal. Hanabi malah menekan kandungan besarnya dengan satu tangannya. Sementara tangannya yang lain mencekik batang lehernya dengan sangat kuat.

Sesak..., wajahnya sudah pucat pasi, ia dan bayi yang di kandungnya sudah kehabisan pasokan udara. Mutiaranya tebelalak menahan sesak dan rasa sakit karena adiknya terus memekan perut buncitnya.

Hanabi tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan kakaknya. Ia kendurkan cekikannya, lalu tanpa belas kasihan ia mengguncang-guncangkan tubuh Hinata yang tengah merintih kesakitan. Perut besarnya berkontraksi hebat akibat guncangan yang dialaminya.

"To....long le...pas..kan Hana-chan..., sa...kit.." Mohon Hinata sambil memegangi tangan Hanabi yang mecekiknya lagi, hingga kalung Yang hadiah pernikahannya terlepas di tangan Hanabi. Merasakan kalung itu mengganggu pergerakkannya Hanabi melempar kalung itu ke arah kolam teratai.

...

Kakashi, mengajak Naruto mengelilingi setiap tempat latihan dan asrama yang dihuninya bersama Sasuke. Sambil menceritakan kenangan mereka dulu. Tapi Naruto hanya menanggapinya sebagai dongeng. Hal picisan seperti ini tak bisa melunturkan kebenciannya pada Uchiha.

Hingga tiba-tiba.

Deg.

'Aku tidak bisa merasakan aura Hinata lagi. Bahkan kalung ini tak bisa mendeteksi dimana Hinata berada.' Naruto meremas kuat kalung pernikahannya yang bersimbol Yin, ia mulai gusar. Kecemasan hebat tentang nasib anak dan istrinya melingkupi batin sang Shogun.

...

"Hhhhhhhhh..." Baru saja Hinata merasa lega karena ia dapat menghirup napas, tiba- tiba...

"Akhhhhhhh" Hanabi menjambak rambut di poninya.
Memutar-mutarkan tubuhnya hingga kepalanya terasa berdenyut hebat.

Ia membenturkan kepala wanita hamil itu berkali-kali kepohon. Hingga pelipisnya terluka.

"Agggghhhhhhhhh..." Hinata menjerit kencang. Tak ada yang mendengarnya. Taman itu dilingkupi kekuatan sihir yang mampu meredam suara orang yang ada di dalamnya. Hiruzen membangun taman itu untuk bermeditasi.

Ia kembali menyandarkan tubuh Hinata di pohon.

Srek.. srek..

Hanabi merobek seluruh pakaian kakaknya itu. Hinata beberapa kali melakukan perlawanan. Rasa sakit yang mendera tubuhnya membuat gerakkannya kalah cepat dari Hanabi.

Hanabi melucuti semua pakaian Hinata hingga menyisakan pakaian dalam hitamnya.

"Apa yang mau kau lakukan Hana? Nee-sama, mohon jangan sakiti bayi ini dia tidak salah apa-apa..." Tanya Hinata ketakutan.

Ia tak pernah menyangka Hanabi, adik yang sangat ia sayangi, tega menyiksanya yang tengah hamil besar. Ia datang kesini untuk membagi kasih sayangnya pada sang adik. Bukan untuk mengantarkan nyawa buah hatinya yang belum terlahir ini.

Tak ada jawaban dari Hanabi. Ia gunakan obi yang di lepas dari tubuh sang kakak untuk mengikat tangan Hinata di pohon.

Hanabi mengelus halus perut yang berisi janin itu, sangat halus hingga Hinata takut bahwa adiknya itu akan melakukan hal lebih kejam lagi.

"Maaf kan Nee-sama, Hana, ja...ngan..... akhhhhhh..." Hinata berteriak kencang Hanabi meremas perut hamilnya dengan sangat kuat.

"Ampun Hana...., Sakittttt, hentikan..." Hinata melengking kuat.

"Kau bilang ini sakit?" Hanabi menguatkan remasannya pada perut buncit itu.

"Akkkhhhhhhhhhhhhhh.." Hinata menjerit kencang "Kumohon hentikan....ini sakit... Hana... kumohon kasihani kami....." Hinata menggeleng kencang, ia liukkan tubuhnya ke kanan dan kekiri agar terhindar dari cengkraman Hanabi tapi sia-sia. Hanabi makin kuat meremas perut yang tengah berkembang itu.

"Aaaaaaaaakkkkhhhhhhh, Sakittttt...."

Hanabi semakin kuat meremas perut besarnya. "Kau bilang ini sakit hah!!!, Lalu bagaimana dengan Tou-sama dan Neji-nii, mereka menderita sementara kau hidup enak dan mengkhianati mereka."

Hinata yang tersentak tidak dapat bersiaga saat....

BUGHHHHH

"AAAKKKKKKHHHHHHHHHH" Wanita indigo itu menjerit kencang perut besarnya yang berisi janin itu mendapat pukulan telak dari kepalan tangan Hanabi.

"Itu hadiah dari Oba-san...bayi sialan!"

Hinata sudah lemas, sudut bibirnya bahkan sudah mengeluarkan darah. Dan penyiksaan Hanabi belum selesai. Ia lepaskan ikatan Hinata menjambak wanita hamil itu, menyeretnya hingga ketepian kolam teratai.

Tubuh Hinata yang sudah tak mampu berdiri lagi dipaksa tetap tegak oleh jambakan Hanabi ..

Crasssss

"MATI KAU ANAK DURHAKA!!!!" Hanabi menghujam dada Hinata dengan pisau belati yang ia keluarkan dari sela obinya.

"AKKKKKKKKHHHHHH" Hinata menjerit keras saat pisau belati itu menancap lalu di cabut dari dadanya.

Hanabi lalu dengan kejam menendang perut besar yang tengah menampung kehidupan baru itu, hingga tubuhnya terjungkal masuk kekolam teratai yang beracun. Kolam beracun yang di buat Hiruzen untuk mencelupkan katana yang akan di bubuhkan racun.

"AAAAAKKKKKKKKHHHHHHHHHHH.... SAKIIIIIIIIITTTTTTTTTT" Hinata melengking kencang saat perut hamilnya di terjang kuat oleh sang adik, tubuhnya masuk kedalam kolam teratai beracun itu.

Tubuh perempuan yang tengah hamil besar itu menggelinjang kesakitan dalam kolam beracun itu. "Ughhhhh... ba....yi... kuh...., Naruto-kun... tolong...."

つづく
Tsudzuku


*) Saiteki : Jabatan di bawah Shogun dalam pemerintahan berbasis samurai, tugasnya sama seperti perdana menteri / kanpaku dalam kekaisaran.

*)Kokeshi adalah boneka tradisional Jepang yang terbuat dari kayu... berbentuk silinder sederhana dan punya kepala yang besar dan bulat... bagian tubuh biasanya~ memiliki desain bunga yang dicat dengan warna merah, hitam, dan kadang-kadang kuning, boneka ini ditutupi dengan lapisan lilin. Boneka kokeshi erat kaitannya dengan anak-anak dan bayi~ boneka ini sering diberikan sebagai hadiah ketika seorang anak lahir, hadiah ulang tahun atau sebagai simbol peringatan ketika seorang anak meninggal.

🌼🌼🌼🌼

Next Chap

"Pangeran Yang Terbuang"

Continue Reading

You'll Also Like

47.9K 6.8K 41
[SELESAI] "Di balik pria yang sukses, ada wanita kuat di belakangnya." Sayangnya peribahasa itu tak berlaku untuk Sasuke. Kesendirian yang banyak mem...
1.4M 19.5K 48
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
168K 19.2K 39
VOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA, TERIMA KASIH. Naruto Namikaze itu kejam, suka sekali membully Hinata yang polos. Menurut Naruto itu balas dendam. Ever...
71.1K 11.1K 34
Calon istrinya menghilang, katanya melarikan diri. Tapi takdir menuntun wanita itu dengan mudah kembali padanya.