Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata
Setting : Heian/Kamakura Periode
"Kau akan turun sekarang Mito?" Kurama, kakek rubah pemimpin para kitsune di puncak Fuji itu menghampiri Mito yang baru saja membuka matanya.
Mito turun dari batu tempat dia duduk bersila selama melaksanakan pertapaan. "Putra Kushina dalam bahaya..." Siluman rubah betina itu melangkah mendekati Kurama dan membungkuk memberi hormat.
"Aku mohon izin turun dari Fuji." Mito berpamitan tanpa beradu pandang dengan Kurama.
"Aku tahu kau marah padaku karena tidak bertindak apapun saat keluarga Kushina di bantai. Ketahuilah Mito, semua itu sudah di gariskan oleh Kami-sama, kita tidak bisa mengacaukan takdir. Dan aku sudah terikat janji pada dewi Inari untuk menjaga Fuji dan tidak terlibat langsung dengan urusan duniawi."
"Saya tahu Ojii-san..." Jawab Mito dengan kepala tertunduk dengan air mata yang hampir menetes dari manik kelabunya. "Saya mohon diri Ojii-san.., Nagato sudah menunggu saya di gerbang Kyoto."
Mito baru saja ingin menuju mulut goa, Kurama menyentuh bahunya dan mengalirkan energi yang besar.
"Turunlah..., Selamatkan Naruto, dia anak yang diramalkan akan menghancurkan kezaliman di dinasti Heian." Pesan Kurama sambil berjalan mendahului Mito keluar dari goa.
Mito memandang kepergian sang kakek rubah dengan tatapan nanar. Seketika bayangan tentang hal yang dialami keponakannya muncul di pikirannya.
"Tunggu Ba-san, Naruto..."
o0o
Tubuh kecil bocah pirang itu masih terus di pukuli oleh para anak laki-laki dari klan terhormat penguasa majelis hukum. Para pejabat dan rakyat masih dengan setia menonton penyiksaan pada anak kecil yang sudah tak berdaya.
Naruto bahkan sudah tak sadarkan diri. Tapi anak-anak kejam itu terus menyiksanya. Mereka baru akan berhenti jika bocah kitsune itu sudah tak bernafas dan jantungnya tak berdetak lagi.
Tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Hingga pasir-pasir di alun-alun kota itu berterbangan, mengaburkan penglihatan setiap orang yang tak berperasaan yang sedang menonton penderitaan seorang anak kecil.
Di tengah pasir yang bertebangan itu. Hadirlah seorang wanita yang mengenakan furisode*) putih dengan tamotonya yang berkibar. Helaian sewarna darah milik siluman rubah betina ini berterbangan mengikuti angin kencang yang sedang bertiup dengan ganasnya.
Orang-orang keji itu sibuk menutupi mata mereka yang mulai kabur akibat tiupan angin yang menerbangkan pasir tersebut. Hingga mereka tidak menyadari di sekitar mereka tengah berdiri seekor siluman rubah betina berusia seribu tahun.
Bahkan penglihatan Obito sang pawang siluman, terhalang oleh badai pasir yang diciptakan oleh Mito. Obito bahkan tak sedikitpun dapat mencium aura siluman Mito dan Nagato yang kini berdiri di dekatnya. Kekuatan Mito sudah bertambah setelah menyelesaikan pertapaannya. Ia berhasil menyembunyikan aura silumannya.
Tak hanya untuk dirinya sendiri. Mito bahkan bisa menyembunyikan aura siluman kitsune lain. Seperti yang dilakukannya pada Nagato yang kini berdiri disampingnya.
"Nagato, kau bawa jenazah Minato, biar Naruto aku yang urus." Ujar Mito sambil berjalan mendekati keponakannya yang sudah hampir mati.
Manik kelabu Mito memandangi wajah pucat Naruto yang di penuhi luka dan lebam akibat penyiksaan yang di alaminya. Tanpa buang waktu Mito segera membawa tubuh tak berdaya sang keponakan kedalam pelukannya. Ia kecupi kepala pirang sang keponakan. Dan mengelus surai pirangnya dengan sayang. Dalam hatinya Mito mengucap sumpah...
'Kalian camkan ini. Anak yang hari ini kalian siksa dan kalian nikmati penderitaannya. Suatu saat anak ini akan menguasai kalian. Kelak kalianlah yang akan bersujud dan memohon pengampunan dan belas kasihan padanya. Kalian akan tunduk di bawah perintah anak yang kalian siksa dan tonton penderitaannya hari ini. Kalian camkan itu baik-baik.'
o0o
Kelopak mata sewarna madu itu akhirnya menampakkan kembali safir biru yang tersembunyi di baliknya. Jika saja Naruto hanya anak biasa yang tak memiliki separuh darah Kitsune dari ibunya, sudah di pastikan ia telah kehilangan nyawanya. Pengobatan yang dilakukan oleh Mito dan Nagato akan sia-sia belaka jika tidak di tunjang oleh kitsune-bi yang tertanam dalam tubuh Naruto.
Kelereng sewarna lautan biru itu melirik kekanan dan kiri. Ia tesenyum ketika mendapati dimana dirinya berada. Di kamar kecil di rumah sederhananya di Kawaguchiko desa kelahirannya.
'Aku pulang..., tapi bagaimana bisa, bukankah aku tadi sedang di pukuli oleh anak-anak jahat itu. Mungkinkah aku sudah mati. Jika aku mati berarti aku bisa bertemu dengan keluargaku.' Naruto mulai menyingkap selimut tebal yang selama beberapa hari ini menutupi tubuhnya.
Kaki mungilnya mulai menapaki lantai kayu berlapis tatami dirumah sederhana itu. Ia mencoba mencari keberadaan keluarganya yang sudah tiada karena dia merasa bahwa dirinya sudah mati. Safir birunya membulat ketika ia menggeser shoji dan melihat keberadaan bibinya yang sedang berdiri dihadapannya. "Mito ba-san?"
o0o
Safir biru menatap nanar kobaran api yang tengah membakar jenazah sang ayah. Ia baru saja mengkremasikan jenazah ayahnya dengan tangannya sendiri.
"Ini..." Nagato menunjukkan sebuah kantong kain dihadapan bocah yang kini berdiri berdiri di depan jenazah sang ayah yang sedang di kremasi.
"Yokatta..., aku pikir hilang..." Naruto segera menyambar kantung itu dan memeluk erat benda yang menyimpan abu ibu dan kakek neneknya.
o0o
"Kau tau Nagato Ji-san..., aku pikir aku tadi sudah mati..." Celoteh Naruto sambil mengikat kencang tali penutup kantong kain itu setelah menyatukan abu ayahnya bersama abu ibu dan kakek neneknya.
Nagato tersenyum tipis sambil mengusak kepala pirang yang dihiasi telinga rubah itu. Ya, ekor dan telinga rubah milik Naruto belum dapat disembunyikan. Dia harus melakukan pertapaan agar bisa mengembalikan wujud manusianya.
"Bergegaslah. Kita harus segera pergi dari sini." Suara Mito membuyarkan cengkrama Nagato dan Naruto yang duduk di rokka teras depan rumah sederhana itu.
"Kita mau kemana, ttebayooo?, Naru tidak mau kemana-kemana. Naru mau tinggal disini saja, kalau Mito ba-san tak mau menemani, tak apa... aku akan tinggal sendiri disini." Naruto bangkit dari duduknya dan langsung berlari masuk kedalam rumah.
"Anak itu benar-benar keras kepala seperti Kushina." Ujar Mito jengkel lalu menyusul kedalam rumah.
"Ya, seperti mu juga." Sambung Nagato pelan setelah Mito masuk kedalam rumah.
...
Mito memandang sendu keponakannya yang duduk di sudut kamar sambil memeluk lututnya. Dari punggungnya yang bergetar Mito tahu jika anak itu sedang menangis dalam diam.
"Kita harus segera pergi dari sini Naruto, aku tahu kau punya banyak kenangan di tempat ini. Tapi kau juga harus tahu jika orang-orang jahat itu tidak akan tinggal diam..., mereka ingin menangkapmu dan mengambil mutiara milikmu..." Mito mengusap punggung kecil keponakannya yang bergetar hebat itu.
Kepala kuning yang dihiasi telinga rubah itu mendongak. Safir birunya sudah di penuhi dengan buliran air mata menatap memelas pada permata kelabu milik sang bibi. "Apa mutiara seperti milik Okaa-chan...?"
Mito mengangguk menanggapi pertanyaan keponakannya itu.
Naruto sempat termangu dan sejenak mengangguk. Dia ingat janjinya pada sang ibu untuk membawa kembali mutiara yang telah di rampas oleh para pembunuh itu.
Ia juga ingat janji pada kakek dan neneknya untuk tetap selamat. Dan janji pada ayahnya agar dia tetap hidup. "Kita pergi sekarang Oba-san.." Jawab Naruto mantap. Biru safirnya tak memanpakkan keraguan sedikitpun.
...
Naruto menatap sendu rumah sederhana keluarganya sambil memeluk erat buntalan berisi helaian pakaian ayah, ibu dan kakek neneknya yang ia bawa sebagai kenangan.
"Kau sudah siap..." Nagato menepuk pelan bahu mungil calon jendral samurai itu.
Naruto mengangguk penuh keyakinan. Ia harus kuat. Ia harus tegar. Ia harus membawa kembali hoshi no tama sang ibu yang telah dirampas dengan keji.
'Okaa-chan, Otou-chan, Obaa-chan, Ojii-chan. Aku berjanji. Rasa sakit kalian, penderitaan kalian, fitnah keji yang ditujukan pada kalian. Akan ku balas satu persatu mereka yang telah menghancurkan kebahagiaan keluarga kita. Akan ku buat mereka merasakan apa yang kita rasakan, akan kuhancurkan keluarga mereka seperti mereka menghancurkan keluarga kita.'
Dalam sekejap tubuh tiga orang itu di lingkupi cahaya keemasan, lalu menghilang. Mito dan Nagato membawa Naruto berteleportasi ke puncak gunung Fuji. Mendidik Naruto menjadi seorang pria yang tangguh. Seorang anak yang diliputi dendam atas kehancuran keluarganya secara keji.
...
"Dimana?" Tanya Naruto dengan penuh kebingungan. Saat ia membuka matanya hanya ada langit biru dan salju abadi di depan matanya.
"Puncak Fuji." Jawab Mito sambil berjalan menuju goa tempat tinggalnya.
"Sarang para kitsune." Sambung Nagato pada sambil menepuk bahu Naruto.
"Kau, tau, kau bukan sepenuhnya manusia, Naruto. Dalam darahmu mengalir darah siluman rubah yang diwariskan oleh ibumu. Di tempat inilah kau akan belajar menggunakan kelebihanmu dan mengendalikannya." Kurama, kakek rubah itu keluar dari goa lain yang berada di sebelah goa milik Mito.
Naruto membungkuk sopan pada sang kakek rubah yang telah diceritakan oleh bibinya. "Mohon bantuannya Kurama Ojii-san."
Kurama mengangguk sambil mengusap jenggot merahnya. "Selamat datang Naruto."
Naruto mengalihkan pandangannya ke arah lembah gunung fuji. Safir birunya terbelalak ketika melihat lokasi yang ia yakini adalah desanya mengepulkan asap.
Mito menghampiri Naruto dan menepuk punggungnya. "Mereka membakar desamu..."
Naruto mendongakkan kepalanya dan menatap sendu permata kelabu sang bibi. "Mereka mengacak-acak Kawaguchiko untuk mencarimu. Dan membakar desa karena mengira kau bersembunyi disana. Mereka tak akan melepaskanmu dengan mudah Naruto. Kau harus menjadi sangat kuat menghadapi mereka."
Naruto mengepalkan telapak tangannnya kuat. Ia marah. Ia murka. Setelah semua keluarganya dibantai kini desa kelahirannya dimusnahkan. Teman-temannya, para tetangga yang sangat menyayanginya telah di hanguskan tanpa belas kasihan.
'Semua yang kalian lakukan. Semua yang kalian hancurkan, akan ku kembalikan pada kalian.'
o0o
Dua tahun..., waktu yang cukup singkat untuk melatih Naruto mengendalikan kekuatan kitsunenya. Kini bocah berusia sepuluh tahun itu sudah dapat merubah wujudnya dari manusia menjadi setengah kitsune, ataupun sepenuhnya rubah sesuai dengan keinginannya.
Tapi kekuatan Naruto belum bisa digunakan untuk membalaskan dendamnya pada dua klan yang memiliki posisi penting dalam dinasti. Dan Mito, sudah merencanakan dengan sangat matang pembalasan dendam yang akan dilaksanakannya bersama keponakannya itu.
Di dalam goa tempat tinggal Kurama, di tempat itulah kini sedang terjadi perundingan antara Mito dengan sang kakek rubah.
"Kau akan membawa kembali Naruto ke Kyoto?" Kurama, pimpinan para kitsune itu bertanya dengan nada menuntut pada Mito.
"Kami tidak akan bisa melakukan apapun jika tetap disini." Jawab Mito tanpa menatap mata si kakek rubah.
"Termasuk ikut campur dalam pemerintahan?" Selidik Kurama lagi.
Mito mengangguk menanggapi pertanyaan Kurama.
"Menjadi permaisuri Heian?" Selidik Kurama lagi.
Mito mengangguk kembali. "Mereka punya kekuasaan yang besar di pemerintahan. Aku harus memiliki posisi penting untuk dapat menjadikan Naruto penguasa dan memberantas kezaliman di pemerintahan. Naruto harus jadi penguasa untuk menumbangkan kezaliman mereka."
Kurama mengelus janggutnya sambil mengangguk. "Dia sudah memiliki istri, Mito." Kurama seolah tahu niatan Mito yang ingin kembali pada Hashirama.
"Sampai sekarang dewan pemerintahan belum mengangkatnya menjadi Kaisar. Para Uchiha dan Hyuuga itu menunda penobatannya karena masih menjadikannya boneka di pemerintahan. Ia di paksa menyetujui semua keputusan yang mereka buat. Bahkan istrinya juga melakukan konspirasi dengan kedua klan itu." Mito menjelaskan semua yang ia terawang di alam bawah sadarnya.
Kurama tersenyum tipis mendengar jawaban Mito. "Kau masih mencintainya?"
Mito mendongakkan kepalanya mendengar pertanyaan Kurama.
"Ini bukan hanya tentang perasaanku. Ini tentang keadilan untuk Naruto dan keluarganya. Ini juga tentang nama baik Namikaze yang sudah di cemarkan. Tentang rakyat Heian yang di perintah klan zalim dan korup. Tentang Kaisar yang di jadikan boneka atas tahtanya sendiri." Jawab Mito dengan nada tegas dalam setiap kata yang di ucapnya.
Sementara Nagato ia hanya tersenyum kecut. Ia tahu Mito masih menyimpan cinta yang teramat dalam pada Hashirama. Semua yang menjadi alasan Mito memang benar. Tapi cintanya pada Hashiramalah yang makin memantapkan rencananya.
Tak ada jawaban lagi dari Mito. Ia kembali menundukkan kepalanya, sesekali bahkan dia mencuri pandang ke arah Nagato. Mencoba menerka ekspresi kitsune jantan yang sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri.
"Pergilah Mito...," Nagato akhirnya membuka suaranya. "Aku mendukung setiap langkah yang kau ambil. Tak perlu takut. Aku akan selalu bersamamu dan Naruto. Kau benar. Kau dan Naruto perlu menempati posisi penting di pemerintahan untuk menghancurkan kekuasaan mereka. Dan semua itu bisa kau dapatkan dengan menikah dengan Ouji-sama, jika tidak ada lagi yang harus dibahas aku mohon diri." Nagato beranjak dari batu yang ia duduki dan melenggang pergi dari goa Kurama.
Manik kelabu Mito mengikuti langkah Nagato yang keluar dari goa.
"Dia akan baik-baik saja." Suara Kurama, membuat Mito kembali memandang sang kakek rubah.
"Besok pagi-pagi, turunlah dari Fuji bersama Naruto. Berhati-hati lah. Kau dan Naruto sudah punya pengendalian yang baik atas aura siluman kalian. Naruto bahkan aura silumannya kini sudah berganti aura manusia. Semua itu karena dia memanfaatkan dengan baik energi manusia yang berasal dari ayahnya. Ingatkan dia untuk tidak bertindak ceroboh."
Mito mengangguk menanggapi pesan dari Kurama sebelum kepergiannya besok pagi bersama Naruto menuju Kyoto.
...
"Bagaimana Oba-san, apa Kurama Ojii-san mengizinkan?" Naruto yang sedari tadi menunggu di mulut goa Kurama langsung memberondong Mito dengan banyak pertanyaan, begitu sang bibi keluar dari goa.
Ia sangat yakin bahwa kakek rubah itu akan memberi izin, ketika melihat Nagato yang keluar lalu tersenyum sambil menepuk bahunya.
Mito tersenyum tipis dan berlutut menyamakan tingginya dengan Naruto.
"Besok pagi kita akan tiba di Kyoto." Jawab Mito sambil menggenggam tangan keponakannya.
Senyum mengembang di bibir merah kecoklatan milik Naruto. "Kita harus hati-hati Ba-san, aku tak mau kehilanganmu juga." Naruto memeluk erat sang bibi yang sudah dianggapnya sebagai ibunya itu.
Mito mengangguk sambil mengelus bahu Naruto. Air mata merembes dari manik kelabunya. Tinggal Naruto. Hanya Naruto yang ia miliki sekarang.
o0o
Mito dan Naruto kini telah berada di depan gerbang utama ibu kota dinasti Heian. Sepuluh tahun yang lalu ia datang kesini untuk mengantarkan sang adik menjemput cintanya. Dan dua tahun yang lalu ia berdiri disini mendengar berita kematian adik tercintanya. Dan hari ini ia berdiri disini menjemput takdirnya sebagai permaisuri dari dinasti Heian. Menerima kembali cinta yang pernah di tolaknya.
Mengantarkan keponakannya menjemput takdirnya sebagi jendral para samurai. Menuntut balas atas konspirasi yang telah merenggut nyawa adik dan keluarganya. Dan mengantarkan Naruto bertemu dengan tambatan hatinya.
Baru satu langkah kaki Mito menapakki tanah Kyoto. Tarikan halus pada tangannya membuat dia kembali memundurkan langkahnya.
Naruto, keponakannya itu memandangnya dengan tatapan pilu dan biru safirnya yang melelehkan air mata. Kepalanya menggeleng, melarang Mito memasuki kota itu. Ia trauma ingatan akan kehilangan orang-orang tercintanya kembali menguar di kepala kuningnya.
Mito tersenyum dan berlutut menyamakan tingginya dengan Naruto. "Kau takut?" Tanya Mito sambil memegang dua pundak keponakannya.
Naruto mengangguk. "Kita kembali ke Fuji saja..."
"Aku seperti bukan mendengar Naruto yang berumur sepuluh tahun saja," Mito memicingkan sebelah matanya. "Dengar, ada Ba-san disini, dan kau, kau sekarang jauh lebih kuat dari sebelumnya. Ekor dan telinga rubahmu juga sudah tak terlihat lagi. Mereka tak mengenali kita sekarang."
Naruto mengangguk paham.
"Jadi kita masuk sekarang?" Tanya Mito sambil mengusak surai pirang Naruto.
Naruto kembali mengangguk.
"Dan ingat siapa namamu sekarang?"
Naruto harus melepaskan klan sang ayah yang selama ini disandangnya. Karena nama klan Namikaze telah dirusak oleh para Uchiha dan Hyuuga. Ia mengganti nama klannya dengan nama klan para kitsune yang tidak diketahui oleh banyak manusia. Klan yang sandang sang ibu sebelum menikah dengan ayahnya.
"Uzumaki Naruto."
つづく
Tsudzuku
🌺🌺🌺🌺
Furisode : Kimono dengan lengan lebar menyerupai sayap kupu kupu, bagian sayap kupu-kupu. bagian lengan itu biasa disebut dengan tamoto. Lebar tamoto pada furisode bisa mencapai 114 cm atau menjuntai hingga sekitar pergelangan kaki.