Fox And Flower

By nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... More

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
008. Rubah Emas dan Lotus Ungu
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
015. Keputusan
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
046. Kembang Api Yang Terbakar -2-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
048. Pangeran Yang Terbuang -2-
049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

034. Terciptanya Dendam -1-

7.8K 593 161
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Minato and Kushina
Setting : Heian/Kamakura Periode

"HEIIIIIII PENCURI BERHENTI KAU!!!!, KEJAR DIA, DIA MENCURI ROTIKU!!!!!!" Seorang penjual roti di pasar pusat kota Kyoto berlari mengejar seorang bocah kecil yang mencuri roti kukus dagangannya. Tapi sang penjual itu harus mengalami kegagalan. Tubuh sang bocah yang berlari gesit itu mudah untuk menyusup di keruman orang. Di banding dengan tubuh sang penjual yang tambun.

...

Bocah itu berhasil menyembunyikan tubuh mungilnya diantara keranjang sampah besar yang bertengger di sudut salah satu penginapan di pusat ibu kota.

"Hhhhh... yokatta, akhirnya aku bisa makan hari ini." Bocah pirang itu menyingkap tudung hitam pemberian sang ayah yang menutupi telinga dan ekor rubahnya.

Naruto celingak-celinguk kekanan dan kekiri. Ia memastikan bahwa orang-orang yang sedang lalu lalang itu tak ada yang menyadari keberadaanya. Setelah menurutnya aman, ia mengeluarkan roti kukus yang baru saja di curinya.

Safir biru Naruto menatap lekat roti kukus berisi kacang hijau yang di peganganya. Ada rasa penyesalan di hatinya ketika mengambil yang bukan menjadi haknya. Ia ingat apa yang sudah diajarkan orang tuanya.

Tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah meminta baik-baik, tapi penjual pelit itu enggan memberi sepotong roti dagangannya dengan alasan dia belum mendapat pembeli pertama. Dan membagikan rotinya secara gratis saat dia belum mendapatkan pembeli pertama adalah kesialan menurutnya.

"Maafkan aku Oji-san..., aku sebenarnya tidak mau mencuri daganganmu, tapi perutku lapar sekali. Aku sudah menahannya selama enam hari ini. Aku takut jika aku tidak makan aku akan sakit, dan tidak bisa mencari Otou-chan...." Naruto lalu dengan lahapnya mengunyah roti kukus berisi kacang hijau yang dicurinya.

Naruto kembali masuk kedalam pusat Kyoto dengan mengikuti jejak darah berceceran ayahnya yang diseret oleh kereta yang di kendarai sang hakim agung Hyuuga Hiashi. Sudah sepuluh hari ia hidup terlunta-lunta di Kyoto. Hidup sebatang kara dan penuh penderitaan. Tapi semua itu di jalaninya. Ia masih sangat berharap akan bertemu dan pulang kedesa bersama ayahnya yang sedang di kurung di penjara bawah tanah.

"Sudah selesai...." Naruto membersihkan sudut bibirnya yang di kotori remahan roti yang baru saja dimakannya. "Aku haus ttebayoooo...." Naruto memegang lehernya yang terasa kering.

"Ini ambilah...." Suara manis seorang gadis kecil menguar di telinganya. Gadis kecil bersurai indigo pendek yang berjongkok di hadapannya itu menyodorkan kantong penyimpanan air pada sang bocah rubah.

Tanpa basa-basi Naruto mengambil dengan cepat kantong air dari tangan seputih susu itu. Dengan cepat ia menenggak air putih pemberian si gadis kecil.

"Hihihihihhihi..." Gadis kecil itu terkikik kecil dengan sangat lucu saat melihat Naruto menenggak air dengan cepat.

Naruto menghentikan tenggakannya setelah air itu habis. Ia menautkan alisnya dan mendelikkan pandangannya pada gadis kecil yang sedang terkikik itu.

Merasa mendapatkan delikkan dari Naruto, gadis kecil itu menghentikan kikikannya. "Gomenasai..." Ujarnya pelan.

"Apa yang kau tertawakan nona?" Tanya Naruto dengan ekspresi dingin yang dibuat-buat.

Gadis kecil itu tertunduk dengan wajah memerah. Satu tangannya menutup mulutnya yang hampir terkikik dan tangannya yang lain menunjuk telinga rubah Naruto.

Tangan Naruto menyentuh bagian kepalanya yang di tunjuk gadis kecil itu. Sadar bahwa yang membuat si gadis kecil itu terkikik geli. Buru-buru Naruto memasang tudung agar telinga rubahnya tidak menjadi pusat perhatian.

Baru saja Naruto selesai memakai tudungnya. Saat dia kembali mengalihkan pandangannya pada gadis kecil itu. Tiba-tiba si gadis kecil itu sudah tidak ada lagi di hadapannya. "Gadis yang aneh, ttebayo...."

🌿🌿🌿🌿

"Hinata-sama..., anda dari mana saja, Kanshoku-sama mencari anda sejak tadi."

"A....a..ano... Ko-san..." Gadis kecil yang dipanggil Hinata itu menjawab dengan tergagap.

"Kau dari mana saja Hinata...?" Hinata mendonggakkan kepalanya. Sang ayah kini berada tepat dihadapannya.

Hinata kecil menautkan telunjuk di depan dadanya. "Bertemu seorang teman Otou-sama...." Jawab Hinata takut-takut.

Hiashi mengangguk. "Bersiaplah naik ke kereta. Acaranya segera dimulai." Hiashi membelakangi sang putri.

"Otou-sama..., boleh saya tidak ikut melihat arak-arakan terpidana mati..." Cicit Hinata ragu-ragu. Sejak awal dia memang sudah menolak sang ayah yang mengajaknya bersama sang kakak sulung untuk menonton pengarakkan eksekusi terpidana mati atas tuduhan pemberontakan.

Ia lebih memilih menemani adik perempuan kecilnya yang berusia tiga tahun itu dari pada menyaksikan hukuman mati. Hati lembutnya tidak bisa melihat penderitaan dihadapan matanya. Apalagi sejak kematian sang ibu satu tahun yang lalu, membuat Hinata harus memberi kasih sayang yang lebih banyak pada adik perempuannya itu.

"Khe..., mentalmu memang belum sekuat Neji. Ko, antarkan dia pulang saja." Perintah Hiashi sebelum berjalan menuju komplotannya, para Uchiha.

🌿🌿🌿🌿

"Mana putri mu Hiashi?" Tanta Fugaku saat melihat kroninya itu berjalan seorang diri.

"Dia pulang. Terlalu tidak tega melihat eksekusi mati." Jawab Hiashi memutar matanya bosan.

"Hah... untung kau sudah membatalkan perjodohannya dengan Sasuke. Kurasa memang putra ku lebih cocok dengan anak si Haruno itu." Ujar Fugaku sambil memandang putra bungsunya dengan si calon menantu.

"Hinata bukan hanya akan menjadi menantu keluarga keshogunan. Aku mempersiapkannya untuk menjadi seorang Permaisuri." Hiashi memandang kereta yang berisikan putra dari sang calon kaisar.

Disana sedang duduk Senju Toneri. Putra dari Senju Hashirama dan Otsutsuki Kaguya, calon suami Hyuuga Hinata. Otsutsuki adalah kerabat jauh dari klan Senju yang sengaja menjodohkan putri mereka dengan Hashirama, kala putra mahkota itu dilanda ke galauan ketika cintanya di tolak oleh Mito.

Keluarga kekaisaran tidak ada yang mengetahui. Bahwa ketika menikah dengan Hashirama, Kaguya tengah hamil muda. Anak hasil hubungannya dengan pengawal pribadinya, yang telah dibunuh oleh Otsutsuki karena telah menghamili sang nona.

Semua keluarga kekaisaran mengira bahwa Toneri adalah putra dari Hashirama sang putra mahkota. Bahkan Hashirama sendiri yakin bahwa Toneri adalah putranya sendiri. Hal itu terjadi karena Kaguya yang membuatnya mabuk. Lalu keesokan paginya mengaku bahwa ia telah disentuh oleh Hashirama.

"Jadi kau berhasil menahan calon Kaisar dungu itu di Silla...?" Tanya Fugaku lagi sambil memicingkan matanya kearah Hiashi.

"Aku memintanya mengurus tahanan kita yang berada di Silla, dan dengan senang hati calon Kaisar bodoh itu memperpanjang keberadaanya di Silla. Demi rakyat yang tak bersalah katanya." Jawab Hiashi diiring senyum iblisnya.

"Bodoh. Dia tidak tahu bahwa ayahnya telah kita racuni. Yang lebih menyedihkan lagi dia memperjuangkan hak orang lain yang tak bersalah di negeri orang. Padahal sebentar lagi sepupunya yang tak bersalah itu akan mati di tiang gantungan, Hahahahahahh" Fugaku terbahak-bahak bersama Hyuuga Hiashi. Mereka tidak tahu, bahwa suatu saat alasan tertawa mereka itu kelak akan mengantarkan mereka pada kematian yang hina.

🌿🌿🌿🌿

Naruto keluar dari persembunyiannya disela keranjang sampah, setelah menutup kembali ekor dan telinga rubahnya. Ia mencoba menampakkan senyuman secera mataharinya. Ia berusaha untuk tidak putus asa. Alasannya hanya satu, pulang ke desa bersama ayah tersayangnya.

"Okaa-chan, Ojii-chan, Obaa-chan, hari ini Naru akan mencari Otou-chan lagi. Mohon doakan Naru ya.." Naruto mendongakkan kepalanya ke langit biru. Tangannya menggenggam kantong berisi abu orang-orang tersayangnya yang tersimpan di balik kimono lusuhnya.

"Habisi penghianat itu...!!!"

"Bunuh saja pembunuh Kaisar!"

"Pemberontak seperti dia tak bisa di biarkan!!"

Naruto tersentak suara teriakan brutal dari balik tubuhnya. Teriakan yang sangat mirip dengan teriakan yang di dengarnya di malam pembantaian kakek dan neneknya.

Ia membalikkan tubuhnya takut-takut, berharap bahwa bukan dialah penyebab teriakan ganas para rakyat itu. Air matanya meleleh saat dia tahu apa yang menyebabkan para rakyat berteriak seperti itu. Sebuah gerobak berkerangkeng kayu melintas dihadapannya.

Ayah tercintanya terkurung dalam tempat itu dengan tangan dan kaki yang dipasangi rantai. Kedua safir biru beradu. Minato tersenyum lembut sambil menggeleng pelan. Pertanda bahwa sang putra jangan sampai melakukan apapun yang membuat identitasnya diketahui.

Air mata Naruto kian deras saat melihat tubuh dan wajah ayahnya di penuhi luka. Ia berjalan di samping kereta yang akan membawa ayahnya menemui ajalnya. "Otou-chan....." Naruto bergumam pelan..., sambil mendongak menatap safir biru yang serupa dengannya yang juga tak kalah mengeluarkan air mata.

Minato meletakkan telunjuknya di bibirnya. Melarang Naruto untuk memanggilnya ayah. Bocah itu terus menangis sambil berjalan di samping gerobak kerangkeng yang mengarak sang ayah. Beberapa kali tubuh dan kepalanya di hujani kerikil yang sebenarnya di tujukan untuk sang ayah. Berkali-kali ia melihat sang ayah terluka akibat lemparan batu kerikil dari rakyat yang selama ini di bela oleh ayahnya.

Naruto ingin menjerit dan mengatakan 'Jangan lempari Otou-chan ku, dia bukan pengkhianat'. Tapi mulutnya terkunci saat melihat tatapan memelas sang ayah.

Gerobak itu semakin kencang di tarik oleh kuda menuju balai kota. Naruto berlarian mengejarnya. Beberapa kali ia tersungkur saat mengejar sang ayah. Tapi ia bangkit lagi dan kembali berlari.

Tak perduli dengan luka di dapatnya pada siku dan dengkulnya. Ia terus berlari. Berlari mengejar gerobak yang akan mengantarkan sang ayah ke tiang gantungan. Karena hanya inilah kesempatan terakhirnya melihat sang ayah. Ia ingin mengantakan sang ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Naruto ingin menemani sang ayah meregang nyawa, seperti ibu dan kakek neneknya.

Gerimis di awal musim gugur yang dingin mulai bejatuhan. Tapi hukuman mati Minato tetap akan dilaksanakan. Putranya tetap mengejar gerobak yang akan membawanya ketiang gantungan.

'Kushina..., maaf, maaf karena aku tak bisa lagi menjaga jagoan kecil kita, maaf, karena aku harus menyusulmu sekarang, maaf Kushina..., maaf karena meninggalkannya sebatang kara di Kyoto yang kejam ini.'

🌿🌿🌿🌿

Suara seretan rantai yang membawa bola-bola besi sebagai beban, seolah menjadi lagu pengiring kematian bagi Namikaze Minato. Batu kerikil yang menghujani tubuhnya sudah tak terasa sakit. Ia berjalan dengan tatapan hampa. Telinganya seolah tuli untuk mendengar suara-suara yang meneriakinya pengkhianat, pemberontak dan segala sumpah serapah yang ditujukan padanya.

Ia tak bersalah. Tapi dia tak bisa lagi membela diri. Klan yang menguasai hukum di negeri ini amat kuat pengaruhnya. Mereka bisa dengan mudah memutar balikkan fakta dan membuat konspirasi keji untuk menjatuhkannya. Bahkan rakyat yang selama ini kepentingannya ia bela dan memujanya sebagai pahlawan, hari ini berbalik menginginkan kematiannya.

Keadilan untuknya telah di renggut. Orang-orang yang ia cintai sudah dibinasakan dengan keji. Kalaupun ada alasan untuk hidup ini hanyalah bocah pirang berusia delapan tahun yang merupakan salinan dirinya. Naruto putra semata wayang yang paling ia sayangi. Permata hatinya, hadiah dari sang istri yang teramat ia cintai. Kebanggaan kedua orang tuanya.

Tapi hari ini ia pasrahkah masa depan putra kesayangannya itu pada sang pencipta. Ia sudah pasrah. Ia sudah merelakan bahwa hidupnya akan berakhir di tiang gantungan atas kesalahan yang tak pernah ia perbuat. Nama baiknya dan keluarganya yang telah tercemar. Ia tak pernah menyesal telah memperjuangkan hak rakyat yang hari ini memperlakukannya dengan hina.

Ia sudah menyerahkan semuanya pada sang pencipta, nama baiknya dan keluarganya yang sudah hancur karena fitnah keji para penguasa, juga putra tersayangnya yang tak lama lagi akan hidup sebatang kara. Safir birunya tak sengaja melirik sang putra yang berdiri di sebelah timur alun-alun kota. Naruto, putra yang mewarisi semua ciri fisiknya itu melelehkan banyak sekali air mata. Bocah pirang itu menagis tanpa suara dan memegang erat bagian dada sebelah kirinya, dimana dibagian itu lah dia meletakkan abu Ibu dan kakek neneknya di balik pakaiannya.

Minato berjalan kian dekat dengan tiang gantungan. Ia pejamkan matanya. Dan mengingat wajah cantik sang istri yang kini telah berada di Nirwana. Tak lama lagi ia dan istrinya beserta orang tuanya akan kembali di pertemukan.

'Kushina... Tadaima....'

🌿🌿🌿🌿

Naruto jatuh berlutut saat melihat di depan mata kepalanya sendiri sang ayah yang meregang nyawa. Ia menangis dalam diam sambil menundukkan kepalanya. Air matanya jatuh menetes bersamaan dengan gerimis yang sekarang berubah menjadi hujan lebat yang membasahi bumi Kyoto.

"Otou-chan, selamat jalan.., hiks.." Gumamnya lirih sambil terisak.

"Heiiii...., anak ini memanggil penghianat itu Otou-chan!!!" Salah seorang anak yang berusia tiga tahun diatasnya itu berteriak dengan kencang, hingga pandangan seluruh rakyat yang menonton kematian Minato beralih pada bocah bertudung hitam yang berdiri di barisan paling depan di sisi timur alun-alun kota.

Anak laki-laki bernama Hyuuga Neji itu menyeret Naruto ke tengah alun-alun. Dengan sangat kasar Neji menarik tudung yang menutupi telinga dan ekor rubah anak yang sekarang sudah menjadi yatim piatu itu. "Otou-sama!!!, lihat aku sudah menemukan anak dari siluman dan penghianat itu." Teriak Neji sambil menjambak surai pirang bocah yang masih kecil itu.

"Hei dia yang mencuri rotiku tadi pagi!!!!" Teriak pedagang yang rotinya Naruto curi tadi pagi.

"Lihat dia benar-benar anak siluman dia bahkan punya telinga dan ekor rubah walaupun tubuhnya menyerupai manusia" Timpal seorang warga yang menyulut emosi warga lainnya.

Kerikil-kerikil itu mulai dilempari ke arah Naruto. Bocah pirang itu meringkuk melindungi kepalanya.

"Hikksss, hiksss, sakitt..." Naruto merintih kesakitan dengan tubuh kecilnya yang meringkuk. Tapi itu tak sedikitpun membuat para rakyat yang telah di racuni pikirannya menaruh belas kasihan pada anak kecil yang tidak bersalah tersebut.

"Tunggu dulu!" Neji, mengangkat tangannya. Sebagai kode agar rakyat menghentikan aksi brutalnya.

Mendengar Neji menghentikan aksi rakyat yang melemparinya batu, Naruto mendongakkan kepalanya dan menatap mutiara lavender Neji dengan tatapan memelas penuh rasa terima kasih. Ia menganggap Neji telah menolongnya.

Tapi Naruto salah, Neji menyeringai licik, "Sebagai seorang putra hakim agung, aku tidak akan membiarkan kalian main hakim sendiri. Maka dari itu aku akan mewakili ayahku untuk menghukumnya. Dibantu dengan teman-temanku. Bagaimana Tou-sama?" Neji memandang sang ayah untuk meminta persetujuan.

Hiashi tersenyum licik sambil mengangguk. Memberi persetujuan pada putra bersama teman-temannya untuk menyiksa Naruto.

"Teman-teman ayo!!!!" Belasan anak laki-laki dari klan Hyuuga berdatangan.

Naruto mendongak penuh ketakutan. Wajahnya benar-benar memelas. Seolah meminta belas kasihan dari Neji. Tapi semua itu sia-sia.

Bugggghhhh

Dimulai dari Neji yang meninju telak kepalanya hingga dia jatuh tersungkur. Di susul dengan anak-anak dari klan Hyuuga lainnya yang berebutan, menerjang, dan menendang tubuh bocah mungil itu.

"Khe..., putramu tak jauh berbeda dengan mu Hiashi..." Puji Obito sambil terkekeh melihat bocah mungil itu disiksa.

"Apa tidak apa-apa dia disiksa seperti itu, bagaimana jika dia mati? Lalu bagaimana permata rubah apinya jika dia mati?" Tanya Hiashi ragu.

"Itu malah lebih baik. Aku tak perlu susah payah untuk membunuhnya dan dapat mengambil permata itu dengan mudah." Jawab Obito sambil menikmati penyiksaan Naruto sebagai tontonan yang menarik.

"Aku suka dengan caramu mendidik Neji, Hiashi." Puji Fugaku.

Mendapat pujian dari dua bersaudara itu, membuat Hiashi memandang bangga pada prilaku keji yang sedang dilakukan putra sulungnya itu.

🌿🌿🌿🌿

Bocah-bocah Hyuuga itu terus menyiksa Naruto yang sudah meringkuk tak berdaya. Mulut kecilnya sudah berkali-kali memuntahkan darah. Tapi tak sedikitpun mereka berhenti menyiksa Naruto.

Mereka malah tertawa keras saat mendengar erangan dari bocah kecil itu. Seolah menyiksa Naruto adalah permainan mengasyikkan bagi mereka.

"Rasakan ini hahahhaha!!!!!" Neji dengan kejamnya sambil tertawa melayangkan kakinya kearah dada Naruto.

Krakkkkk

"Agggggggggghhhhhhhhhhhhhh....sakit...." Naruto menjerit kencang saat merasakan tulang rusuknya di hantam oleh terjangan kaki Neji. Ia bahkan dapat merasakan bunyi tulang rusuknya yang patah akibat tendangan keras sang sulung Hyuuga.

Mereka semua tertawa, para rakyat dan semua pejabat yang menonton penyiksaan Naruto tertawa dengan sangat bahagianya. Bagi mereka Naruto adalah sampah yang harus dimusnahkan.

Mereka tidak tahu. Bahwa kelak mereka semua akan berada di bawah kekuasaan bocah mungil yang sedang mereka nikmati penderitaannya ini.

🌿🌿🌿🌿

Manik kelabu itu kembali tampak. Mito telah menyelesaikan pertapaannya. Hari ini dia akan menembus segel di Kyoto yang menggunakan kekuatan Hoshi no tama adiknya. Ia akan membuat perhitungan pada orang-orang yang berharga dalam hidupnya.

Ia tahu, ia tahu bagaimana Jiraiya, Tsunade dan Minato meninggal. Tapi berlari ke kota itu tanpa menyelesaikan pertapaannya sama saja melakukan hal sia-sia. Kini tinggal keponakannya yang tersisa. Tinggal Naruto yang merupakan warisan dari Kushina dan Minato yang harus dia selamatkan.

つづく
Tsudzuku

Continue Reading

You'll Also Like

370K 30.9K 58
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
1.4M 19.5K 48
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema 🔞, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
52.2K 8.4K 35
Dalam perjalanan balas dendamnya Hinata menemukan Naruto, pria dengan sejuta ambisi di dalam kepalanya. Namun jika punya satu tujuan yang sama, buka...
168K 19.2K 39
VOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA, TERIMA KASIH. Naruto Namikaze itu kejam, suka sekali membully Hinata yang polos. Menurut Naruto itu balas dendam. Ever...