Fox And Flower

By nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... More

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
008. Rubah Emas dan Lotus Ungu
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
034. Terciptanya Dendam -1-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
046. Kembang Api Yang Terbakar -2-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
048. Pangeran Yang Terbuang -2-
049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

015. Keputusan

12K 886 68
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Narutto and Hinata

Setting : Heian/Kamakura Periode

.....

Pandangan Kushina mengikuti arah shapire sang suami memandang lempengan emas tergantung di hakama putra mereka. Permata kelabunya takjub saat melihat sang putra membawa lempengan stempel keshogunnan.

"Tapi kau sudah terlalu banyak menyakiti orang dengan posisi mu sekarang nak..." Komentar Kushina lesu.

"Kau seorang samurai hebat nak," Minato angkat bicara. "Tapi dendam sudah meracuni hatimu."

Kushina menarik nafas dalam, "dan Mito-nee bahkan mendukungnya."

Kushina mengusap surai pirang putra nya lembut. Mengajak sang anak dan suaminya duduk bersimpuh. Kini kepala sang Shogun berbaring dengan paha sang ibu yang menjadi bantalan.

Tangan lembut Kushina menyusuri tiap helaian kuning yang menyerupai milik suaminya. Sementara Minato memandang sendu adegan penuh kasih sayang ibu dan anak ini.

"Lindungi semua orang yang kau cintai, nak..." Minato angkat bicara.

Naruto duduk setelah mendengar ucapan sang ayah.

"Tou-san pernah gagal melindungi Kaa-san mu, bahkan Tou-san tidak bisa berbuat apa-apa ketika para samurai muda Hyuuga itu menyiksamu." Sambung Minato tertunduk lesu.

Shapire sang Shogun membulat ketika mendengar ucapan sang ayah yang seolah tahu kebimbangan dalam hatinya.

"Kau masih beruntung di beri kesempatan bisa melindungi orang yang kau cintai." Minato melanjutkan ucapannya sambil menepuk puncak kepala kuning putranya.

Naruto masih terpaku mendengar ucapan ayahnya.

"Jangan sia-siakan kesempatanmu, kau akan memiliki harapan baru dalam hidupmu, jangan biarkan dendammu membuatmu menyakiti orang yang kau cintai." Minato menyentuh bahu tegapnya. Membuat Naruto mendongak dan mengadu mata birunya dengan shapire lain yang menyerupai miliknya.

"Ketahuilah nak kami sudah tenang dan menerima takdir kami, balas dendam mu itu justru membuat kami makin kecewa." Kali ini Kushina yang ikut buka suara.

Kini Naruto mengadu biru shapirenya dengan manik kelabu sang ibu.

"Hiduplah dengan bahagia nak, lupakan semua dendammu dan bangunlah keluarga kecilmu. Ketahuilah kami akan selalu mengawasimu dari Nirwana. Kau tak perlu menyimpan apapun untuk tetap mengenang kami, selagi kami hidup di hatimu..." Kushina mengelus bahu sang putra yang bergetar akibat menahan tangis.

"Lindungilah mereka, sebelum kau menyesal seumur hidup." Minato tersenyum lembut. Disusul dengan sang istri yang melakukan hal yang sama.

Keluarga ini kemudian saling berangkulan dan memeluk melepas kerinduan.

...

Kelopak mata kecoklatan itu mengerjap dan perlahan menampakan biru shapire yang tersimpan si baliknya.

Tangan sewarna madunya terangkat dan mengusap seberkas air mata yang membasahi sudut matanya.

Kepala kuningnya kemudian menoleh kesamping tubuhnya. Ibu dari anaknya kini terlelap dalam dekapannya.

Memiringkan tubuh kekarnya hingga berhadapan dengan sang mursakiro no himenya. Perlahan-lahan dia mengecup kening mulus yang tertutup poni rata. Begitu lembut karena takut sang lotus ungu akan terusik tidurnya.

"Kau akan segera menjadi Uzumaki Hinata." Gumam Naruto pelan. Satu tangannya mengelus lembut perut Hinata yang membuncit seperti hamil tiga bulan hanya dalam satu malam.

Tubuh kekar itu melepaskan tubuh mungil itu dari dekapannya. Menyingkap selimut yang menutupi tubuh tannya, disusul dengan menutup kembali tubuh mungil yang berbagi selimut dengannya dengan selimut yang sama.

.

Naruto menggeser shoji pintu kamar Hinata dan keluar dari kamar itu. Dua orang perempuan dengan perbedaan rambut yang sangat kontras sudah menghadangnya begitu dia keluar dari kamar lotus ungunya.

Emerald sang wanita bersurai merah muda itu menatapnya dengan tatapan menusuk.

"Tundukan pandanganmu di hadapan Shogun." Pelan. Suara Naruto begitu pelan namun tetap bisa terdengar oleh Sakura dan Tomoyo.

Tomoyo yang tadinya mendongak penuh harap pada sang jendral para samurai, kini tetunduk memdengar suara Naruto yang pelan namun penuh wibawa dan menusuk. Sakura, istri Uchiha Sasuke yang masih perawan ini, malah membuang muka tak menanggapi sama sekali ucapan sang Shogun.

"Tolong jaga dia, jika dia sudah sadar, berikan makanan yang baik untuk ibu hamil, dan Tomoyo tolong kau segera bereskan semua barang-barang Hinata, mulai malam ini dia akan tinggal di istana utama." Titah Naruto.

Tomoyo mendongakkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca, dia benar-benar takut jika Hinata di perlakukan seperti tempo hari, terlebih lagi Hinata sedang mengandung, dan kehamilannya benar-benar tidak wajar.

"Mau kau apakan lagi Hinata hah!!!" Baru saja Sakura akan mencengkram kimono orange tua Naruto. Tapi tangan sang Shogun jauh lebih cepat dan menggenggam pergelangan tangan si pemilik surai merah muda ini.

"Aku akan menikah dengan Hinata, tak mungkin aku membiarkan istri dan anakku tinggal disini." Jawab Naruto sambil berlalu.

Menyisakan banyak tanda tanya di kepala Sakura dan Tomoyo.

...

"Hanya itu informasi yang saya dapat Shion-sama." Gadis kecil berambut hitam itu membungkuk memberi hormat pada sang Nona.

Rukia nama gadis itu, dia adalah maiko yang bertugas mengurus Shion.

Wajah cantik geisha berambut pirang pucat itu tersenyum kecut mendengar berita yang di bawa sang maiko yang di tugaskannya memata-matai sekitar kamar Hinata.

"Kau boleh pergi." Titah Shion sambil melempar sekantung uang emas ke arah Rukia. Senyuman anggun yang dipasangnya sekarang membuat siapapun tak dapat melihat amarah dan kesedihan yang ditutupinya.

Tangan putih Shion meremas Uchikake mewahnya di bagian paha. Air mata yang berkumpul di pelupuk matanya membuat matanya terasa panas dan pandangannya mengabur.

'Aku tak akan membiarkan anakmu lahir Hyuuga, dia akan mengalami nasib seperti anakku, bahkan lebih mengerikan, hahahahahhahahaha.'

...

"Kau mau mengirim titah pembebasan Hinata pada dewan pengurus Okiya!!! Mendokusai, jika kau mau membebaskannya kenapa kau menjadikannya geisha, kau membuatku bekerja dua kali, Shogun-sama." Gerutu Shikamaru sambil menggulung surat yang baru di bubuhkan stempel keShogunan milik Naruto.

Naruto hanya tersenyum tipis, melihat kepergian Saiteki*) nya dari ruangan kerjanya.

Tak lama berselang dari kepergian Shikamaru. Ayame, kepala para dayang di istana utama keshogunnan menghadapnya.

"Shogun-sama, fusuma di kamar anda sudah diganti, begitu juga dengan perabotan yang lain, tadi Tomoyo bersama seorang kasim sudah kemari mengantarkan barang-barang Hinata-sama." Lapor Ayame sopan.

Naruto mengangguk dan mempersilakan Ayame keluar.

Naruto mengganti semua perabotan dan suasana kamarnya sebelum Hinata resmi menyandang gelar sebagai istrinya. Ia takut Hinata akan mengalami trauma jika memasuki kamar yang pernah menjadi tempatnya di siksa oleh Naruto. Terlebih lagi keaadaan Hinata yang sedang rentan dengan kehamilannya yang berbeda dengan manusia biasa.

"Suminasen, Shogun-sama." Suara dari luar Shoji ruang kerjanya membuat Naruto menghentikan kegiatan dengan gulungan itu.

"Masuk.."

"Shogun-sama, anda di panggil Tenno-sama di istana kekaisaran." Ujar sang pembawa berita.

Naruto meletakan satu gulungan di tangannya. Beranjak dan mengambil katana api nya yang tergantung di sudut ruangan.

"Ayo kita pergi." Ajak Naruto dengan wajah datar.

...

"Kudengar kau sudah membebaskan Hinata sebagai geisha?" Tanya sang kaisar pada Jenderal nya.

Naruto tersenyum tipis, menanggapi pertanyaan sang paman. Shapirenya beralih ke arah luar gazebo istana kekaisaran. Menatap pemandangan taman yang didirikan oleh sang paman.

"Minggu depan kami akan menikah.." Jawab Naruto santai sambil menegak matcha dari cawan keramik kecil.

Hashirama meletakan cawannya dan terkekeh menanggapi ucapan sang keponakan. "Istriku berkata Hinata sedang sakit sekarang, perlakukan dia dengan baik, dia sedang mengandung anakmu, dan masalah koleksi wanita-wanitamu itu, ku harap kau bisa hidup tanpa selir sepertiku."

"Akan ku lakukan Ji-san." Jawab Naruto sambil kembali menegak matchanya.

Hashirama tersenyum simpul. "Baiklah aku masih ada urusan dengan beberapa menteri. Bibi dan sepupumu ada di taman sakura, temuilah mereka sepertinya ada yang ingin di bicarakan istriku padamu."

Setelah sang paman meninggalkannya sendirian di gazebo. Kini dia hanya bertemankan suara gemericik air dari pancuran bambu yang mengalir ke kolam ikan koi.

Pikirannya masih menerawang tentang kehadiran mendiang orang tuanya di alam mimpi. Tapi masih ada keraguan di hatinya untuk memberikan satu-satunya warisan sang ibu.

...

Bocah berusia sepuluh tahun itu kini terengah-engah dengan tubuh yang di penuhi peluh karena latihan dengan katana kecilnya.

Dari kejauhan Naruto mengamati sepupunya yang sedang berlatih bersama salah satu samurai kepercayaan sekaligis sahabat kecilnya.

"Bagus Nawaki, kemampuanmu berkembang pesat sekarang." Puji sang Shogun, pada sang putra mahkota. Seraya berjalan mendekat ke arah Nawaki.

"Tentu saja Naruto-nii, Sai sensei melatihku dengan baik." Jawab Nawaki semangat sambil meletakan katana kecilnyan

Putra mahkota kecil itu berlarian mendekati sang Jendral Samurai.

Naruto melangkah kakinya mendekati Nawaki.

"Naruto-nii, kapan kau mau melatihku, huh?" Tanya Nawaki setengah merajuk.

Naruto terkekeh melihat tingkah adik kecilnya itu.

"Naruto-nii, kau bisa merusak ketampanan ku!!" Protes Nawaki karena Naruto mengusak surai coklat muda sepupu kecilnya itu.

"Suminasen, Shogun-sama, Ouji-sama." Pamit Sai sambil membungkukan badannya di hadapan sang jendral dan putra mahkota.

"Tunggu Sai," panggil Naruto ketika Sai hendak beralalu.

Sai menghentikan langkahnya, dan menoleh kearah Naruto.

"Tetaplah disini dan ngobrol bersama ku." Ajak Naruto dengan menampakan senyumannya yang hangat.

Senyuman hangat yang sudah lama hilang dari wajah Naruto kini Sai dapat melihatnya lagi.

Sai membalas senyuman saudara seperguruannya itu. "Gomenasai, Shogun-sama, anda adalah jendral saya, saya harus menjaga batasan dengan anda." Sai membalikan semua ucapan Naruto yang disampaikannya di malam dia membawa Sakura paksa.

Naruto tersenyum kecut mendengar ucapan balasan dari Sai, biru shapirenya memandang saudara seperguruannya yang berjalan menjauhinya.

Tangan mungil bocah yang bergelar putra mahkota itu menarik-narik hakama hitam milik sang Shogun.

"Naru-nii," suara Nawaki terdengar kesakitan.

"Hei, kau kenapa ototou." Naruto berlutut menyamakan tingginya dengan Nawaki.

"Nii-sama, kenapa disini sakit sekali..." Rintih Nawaki sambil memegangi bagian perutnya.

Dengan penuh kekhawatiran Naruto sedikit menyingkap kimonk yang dikenakan Nawaki.

Shapirenya terbelalak saat melihat lingkaran hitam berbentuk pusaran yang mengelilingi bagian pusar Nawaki.

'Dia memiliki hoshi no tama, kekuatan kitsune di wariskan ba-san padanya' Batin Naruto.

"Ni-sama, sebenarnya aku sakit apa, hiks...?" Isak Nawaki.

Mendengar isakan sepupu kecilnya itu terisak Naruto mendongakan kepalanya. Lagi-lagi ia dikejutkan dengan apa yang dia lihat di mata Nawaki. Manik kelabu sang pewaris kekaisaran klan Senju ini kini menjadi semerah darah. Persis milik nya dan para kitsune lainnya.

Kedua telapak tangan kekar sang Shogun menggenggam sepasang lengan kecil Nawaki "Sejak kapan kau sering begini hm?" Tanya Naruto pelan namun lembut.

Air mata mulai membasahi permata kelabu Nawaki. "Hik...hik..hik.., Aku tak tahu Naruto-nii." Nawaki sesegukan.

"Dimana Oka-samamu," tanya Naruto lembut sambil menepuk kepala sepupunya.

"Dia ada di istana mu Nii-sama, hiks....hiks," Nawaki masih sesegukan dengan lengannya yang menutupi mata.

"Apa Tou-sama mu tahu tentang ini." Cecar Naruto.

Nawaki menggeleng cepat dengan lengannya yang masih menutupi mata.

"Souka, jangan beritahu ini pada siapapun kecuali aku dan Oka-sama mu." Naruto mewanti-wanti dengan serius.

Setiap bayi yang lahir dari rahim kitsune betina sudah dapat di jamin dia akan menjadi setengah kitsune. Begitupula denga Nawaki. Hanya saja penampakan tanda-tanda Nawaki seorang setengah kitsune sedikit terlambat di banding Naruto.

Di usia Nawaki, Naruto bahkan sudah mengeluarkan sembilan ekornya.

Mito sempat kecewa saat mengetahui di usia kedelapannya Nawaki belum juga menampakan tanda-tanda dia mewarisi darah siluman rubah ekor sembilan darinya.

'Ini akan menjadi berita bagus bagi Mito Oba-san.' Batin Naruto.

"Tapi ini sakit dan panas Onii-sama." Rengek Nawaki.

Naruto tersenyum lembut sambil mengelus pundak sepupunya itu.
Tak lama tangannya mengeluarkan pendar kebiruan. Di elusnya bagian pusar Nawaki yang memiliki tanda lingkaran pusaran.

Seketika rasa sakit dan panas yang dirasakan sang Putra Mahkota kini menghilang.

"Apa sudah merasa baikan?" Tanya Naruto lembut.

"Huum," jawab Nawaki sambil mengangguk pelan.

"Baiklah, jika begitu aku akan kembali ke istana ku, untuk menyampaikan berita ini pada Oka-samamu. Dan satu lagi jangan beritahukan pada siapun kecuali pada Oka-samamu."

Nawaki mengangguk cepat menjawab pesan sang kakak sepupu.

Melihat sang adik sepupu mengerti pesannya, Naruto tersenyum, lalu beranjak kembali keistananya. Menemui sang bibi yang sudah dipastikan berada disana untuk memantau keaadaan ibu dari anaknya beserta anaknya yang masih berada di dalam rahim.

...

Biru shapire itu membulat menampakan ketakutan saat memasuki bagian selatan istananya.

Semua orang-orang yang berada dalam di sana mengenakan mofuku. Kimono hitam itu hanya di pergunakan untuk upacara kematian.

Dan kini semua orang yang berada di istana itu mengenakan kimono hitam itu. Termasuk para geisha dan tentu saja Shion yang tersenyum penuh kemenangan.

Bau dupa bakar menguar semakin tercium ketika dia memasuki kamar orang yang di cintainya.

"Kenapa kalian mengenakan mofuku hah!!!" Bentak Naruto keetika menginjakan kakinya di kamar Hinata.

Di dalam kamar itu hanya ada Mito, Sakura dan Tomoyo.

Pandangan ketiga orang itu beralih pada tubuh ringkih yang terbaring di atas futton dengan perut nya yang sedikit membuncit.

"Katakan kenapa kalian memakai mofuku dan membakar dupa ??!!" Bentak Naruto pada tiga orang itu.

"Baru saja Hinata-sama menggelinjang kesakitan, dia berteriak sangat pilu, hingga tiba-tiba tubuhnya tak dapat bergerak lagi karena menahan sakit." Tomoyo memilih angkat bicara dengan terisak, untuk menjawab rasa penasaran Naruto.

"Kau !!! Kau sudah menyiksa Hinata dan membuatnya seperti ini!!!" Sakura mengeram dan meraung penuh emosi di sela-sela tangisnya. Tanpa ragu dia berdiri dan berniat menerjang tubuglh tegap sang Shogun.

"Sakura-nee, berhenti membuat keributan kasihan Hinata-sama." Ucap Tomoyo sambil terisak.

Sakura kembali duduk, menahan emosinya dengan mencengkram bagian dada kiri.

Sementara Naruto, pandangannya hanya tertuju pada Mito, walaupun pelan dan berhembus pendek, Hinata masih menghembuskan nafas.

"Kenapa mengadakan upacara kematian, untuk siapa?" Tanya Naruto dingin sambil menatap penuh tuntutan pada sang bibi.

"Kalian keluar." Perintah Mito pada Tomoyo dan Sakura. Dia tidak ingin pembicaraannya mengenai janin kitsune Hinata diketahui oleh orang luar.

Tomoyo mengangguk dan beranjak dari posisinya, sementara Sakura. Wanita merah muda itu enggan beranjak dari zabuton yang menjafi alas duduknya diatas tatami.

"Sakura-nee, ayo..." Ajak Tomoyo.

Sebenarnya Sakura tidak ingin meninggalkan ruangan itu. Tapi isyaray mata sang Permaisuri bersurai merah itu yang penuh tuntuan membuat Sakura menuruti perintahnya.

.

"Kita hanya tinggal menunggu, maka dari itu aku persiapkan upacara kematian untuknya." Mito memulai pembicaraan sesaat setelah Tomoyo dan Sakura berlalu.

"Anda tidak punya hak apa-apa atas Hinata, Kogo-sama." Naruto bahkan memanggil sang bibi dengan panggilan formalnya. Tangannya terkepal menahan amarah karena perbuatan lancang sang permaisuri yabg menyiapkan upacara kematian untuk Hinata yang sedang sekarat.

"Kau bahkan membiarkannya menderita." Jawab Mito tenang "Kau tahu apa yang bisa menyelamatkan nyawanya, tapi kau masih bersih keras menyimpannya sendiri. Jadi sudah tidak ada lagi harapan untuk Hinata dan bayimu tetap hidup. Apa aku salah jika menyiapkan upacaranya dari sekarang, tidak akan lama lagi Hinata dan bayimu juga akan menjalani upacara inikan?"

Batin Naruto tertohok mendengar penuturan sang bibi yang sepenuhnya benar. Dirinya yang begitu egois. Dirinya yang diliputi kebimbangan.

Shapirenya kini memandang tubuh lemah yang terbaring di sebelah tempatnya duduk. Wajah Hinata semakin pucat. Sejak dia pingsan belum sesendok makanan pun yang masuk kemulutnya.

Naruto sudah merindukan melihat kembali mutiara lavender Hinata yang sudah di sembunyikannya sejak dia tak sadarkan diri. Tiba-tiba ucapan sang ayah yang mendatanginya dalam mimpi terlintas di fikirannya.

"Lindungilah mereka, sebelum kau menyesal seumur hidup."

Tiba-tiba Mata Naruto memanas saat tubuh Hinata kembali mengelinjang kesakitan. Tak ada lagi suara jeritan kesakitan dari bibir mungilnya. Rasa sakit yang teramat sangat pada rahimnya hanya membuat air mata nya yang mengalir.

Pupil keunguan yang selalu meneduhkan itu terbalik kebelakang matanya. Hingga hanya menyisakan warna putih.

Bibir mungil itu sedit demi sedikit mengekuarkan liur bening. Perut yang tertutup nagajuban putih itu berbinar kemerahan menandakan betapa panasnya suhu di rahimnya. Tubuh mungil Hinata membusung keatas dengan perut buncitnya yang menjadi puncak.

Mito beranjak dari duduknya, dan menggeser Shoji.

"Ba-san mau kemana?" Tanya Naruto dengan suara bergetarnya.

"Menyuruh kasim menyiapkan peti untuknya, waktunya sudah tak banyak lagi." Jawab Mito santai.

"Duduk, dan jangan lakukan apapun!" Perintah Naruto tanpa mengalihkan pandangannya dari Hinata yang kritis.

Tak mau membuat keponakannya mengamuk Mito lebih memilih menuruti keponakannya itu.

"Tunggu aku disini. Jangan lakukan apapun!" Naruto mengulang perintahnya sembari berjalan ke arah shoji.

"Kau mau kemana?" Tanya Mito.

"Menganbil hoshi no tama milik Uzumaki Kushina."

...

づく

Tsudzuku

......................................

Saiteki : Jabatan di bawah Shogun dalam pemerintahan berbasis samurai, tugasnya sama seperti perdana menteri / kanpaku dalam kekisaran.

........................................

Terimakasih banyak buat devonixs yang udah desainin new cover buat fict ini 😊

Continue Reading

You'll Also Like

53.5K 7.8K 24
Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto Hyuuga Hinata, seorang Polisi lalu lintas yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta dan bertekad akan memper...
192K 16.3K 86
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
1.4M 120K 63
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
168K 19.2K 39
VOTE DAN COMMENT JANGAN LUPA, TERIMA KASIH. Naruto Namikaze itu kejam, suka sekali membully Hinata yang polos. Menurut Naruto itu balas dendam. Ever...