Fox And Flower

By nanaanayi

1M 90.9K 19.5K

Historical Naruhina Fanfiction (FOR 18 +) Hidup bersama dan mengabdi dengan orang yang membatai keluarganya a... More

001. Lamaran Membawa Petaka
002. Malam Pembantaian
003. Di Bawah Pohon Ginko
004. Kehancuran Uchiha
005. Saudara
006. Sangkar Emas -1-
007. Sangkar Emas -2-
009. Kelopak yang Tersayat
010. Penyatuan
011. Luluh
012. Keegoisan
013. Kebimbangan
014. Bertemu Kembali
015. Keputusan
016. Ancaman
017. Terungkapnya Rahasia
018. Legenda Rubah Emas -1-
019. Legenda Rubah Emas -2-
020. Legenda Rubah Emas -3-
021. Legenda Rubah Emas -4-
022. Legenda Rubah Emas -5-
023. Legenda Rubah Emas -6-
024. Legenda Rubah Emas -7-
025. Legenda Rubah Emas -8-
026. Legenda Rubah Emas -9-
027. Legenda Rubah Emas -10
028. Legenda Rubah Emas -11
029. Legenda Rubah Emas -12
030. Awal dari Semua Kehancuran -1-
031. Awal Dari Semua Kehancuran -2-
032. Awal Dari Semua Kehancuran -3-
033. Awal Dari Semua Kehancuran -4-
034. Terciptanya Dendam -1-
035. Terciptanya Dendam -2-
036. Jalan Pembalasan -1-
037. Jalan Pembalasan -2-
038. Dibawah Cahaya Rembulan
039. Air Mata Sang Jendral -1-
040. Air Mata Sang Jendral -2-
041. Dendam Sang Geisha -1-
042. Dendam Sang Geisha -2-
043. Pernikahan Agung -1-
044. Pernikahan Agung -2-
045. Kembang Api Yang Terbakar -1-
046. Kembang Api Yang Terbakar -2-
047. Pangeran Yang Terbuang -1-
048. Pangeran Yang Terbuang -2-
049. Kelopak Sakura Yang Layu -1-
050. Kelopak Sakura Yang Layu -2-
051. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -1-
052. Kebahagiaan Kecil Menuju Bencana Besar -2-
053. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -1-
054. Mimpi Buruk Bagi Sang Jenderal -2-
055. Kehancuran Itu Akan Terulang -1-
056. Kehancuran Itu Akan Terulang -2-
057. Malaikat Kecil Yang Malang -1-
058. Malaikat Kecil Yang Malang -2-
059. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -1-
060. Cinta Yang Tak Pernah Terbalas -2-
061. Rembulan Hitam Di Langit Kyoto -1-
062. Rembulan Hitam Dilangit Kyoto -2-
063. Pertarungan Pertama -1-
064. Pertarungan Pertama -2-
065. Menjelang Penyerangan -1-
066. Menjelang Penyerangan -2-
067. Tahta Atau Cinta -1-
068. Tahta Atau Cinta -2-
069. Menghitung Hari Menuju Perang -1-
070. Menghitung Hari Menuju Perang -2-
071. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -1-
072. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -2-
073. Penyerangan Pertama, Jebakan Naniwa -3-
074. Menembus Benteng Kyoto -1-
075. Menembus Benteng Kyoto -2-
076. Menembus Benteng Kyoto -3-
077. Kembalinya Kamakura Bakufu Ke Tangan Uchiha -1-
078. Kembalinya Kamakura Bakufu Ketangan Uchiha -2-
079. Jenderal Baru -1-
080. Jenderal Baru -2-
081. Racun Berwujud Kekuasaan -1-
082. Racun Berwujud Kekuasaan -2-
083. Salju Pertama Menjadi Saksi -1-
084. Salju Pertama Menjadi Saksi -2-
085. Salju Pertama Menjadi Saksi -3-
086. Serangan Dairi -1-
087. Serangan Dairi -2-
088. Serangan Dairi -3-
089. Jatuhnya Dairi -1-
090. Jatuhnya Dairi -2-
091. Binasanya Para Kitsune -1-
092. Binasanya Para Kitsune -2-
093. Cinta Abadi Siluman Rubah Dan Kaisar -1-
094. Cinta Abadi Siluman Rubah dan Kaisar -2-
095. Fitnah Keji -1-
096. Fitnah Keji -2-
097. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -1-
098. Dusta Untuk Kebahagiaanmu -2-
099. Teman Hidup
100. Darah Sang Guru
101. Ikatan Hati -1-
102. Ikatan Hati -2-
103. Serigala Berbulu Domba -1-
104. Serigala Berbulu Domba-2-
105. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -1-
106. Cinta Yang Kembali Dipersatukan -2-
107. Darah Lebih Kental Dari Air -1-
108. Darah Lebih Kental Dari Air -2-
109. Darah Lebih Kental Dari Air -3-
110. Kemalangan Hime -1-
111. Kemalangan Hime -2-
112. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -1-
113. Bersatunya Samurai Tangguh Heian -2-
114. Lahirnya Sang Harapan Baru -1-
115. Lahirnya Sang Harapan Baru -2-
116. Menjemput Takhta Tertinggi -1-
117. Menjemput Takhta Tertinggi -2-
118. Menjemput Takhta Tertinggi -3-
119. Sekeping Rindu Untuk Lotus Ungu
120. Kenangan Malam Pembantaian
121. Pergolakkan Batin
122. Ketika Rembulan Memberikan Sinarnya Pada Sang Mentari
123. Merekahnya Lotus Ungu
124. Permaisuri Hati -1-
125. Permaisuri Hati -2-
126. Titik Hitam Di Musim Semi -1-
127. Titik Hitam Di Musim Semi -2-
128. Sayap Yang Dipatahkan -1-
129. Sayap Yang Dipatahkan -2-
130. Awan Gelap Musim Semi -1-
131. Awan Gelap Musim Semi -2-
132. Genderang Perang Tanpa bunyi -1-
133. Genderang Perang Tanpa Bunyi -2-
134. Pesta Kembang Api terakhir -1-
135. Pesta Kembang Api Terakhir -2-
136. Perisai Berduri Sang Kaisar -1-
137. Perisai Berduri Sang Kaisar -2-
138. Duri Dalam Daging -1-
139. Duri Dalam Daging -2-
140. Duri Dalam Daging -3-
141. Ego Sang Bunga -1-
142. Ego Sang Bunga -2-
143. Dinding Tak Kasat Mata -1-
144. Dinding Tak Kasat Mata -2-
145. Angin Racun Musim Gugur -1-
146. Angin Racun Musim Gugur -2-
147. Noda Cinta
148. Terwujudnya Kutukan -1-
149. Terwujudnya Kutukan -2-
150. Permaisuri Yang Terusir -1-
151. Permaisuri Yang Terusir -2-
152. Rindu Tak Sampai
153. Kelopak Terakhir Lotus Ungu
154. Kisah Cinta Yang Tak Lengkap
155. Sesal Tak Bertepi
156. Yang Tanpa Yin
157. Penebusan Dosa
158. Menanti Musim
159. Era Baru -1-
160. Era Baru -2-
161. Menjemput Takdir
Pengumuman

008. Rubah Emas dan Lotus Ungu

13.7K 834 74
By nanaanayi

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Setting : Heian/Kamakura Periode


Angin musim semi berhembus perlahan menerbangkan helaian indigonya yang di kuncir kuda. Bunga-bunga sakura yang berguguran dibawa angin malam itu, seolah mengikut pergerakannya mengayunkan katananya dengan piawai.

Air mata beningnya menjadi pengiring tiap ayunan katananya. Ingatan masa lalunya, kala berlatih katana bersama sang kakak kesayangan, menguar dalam otaknya. Hatinya bagai teriris sembilu, kala mengingat bagaimana sang kakak yang selalu melatih dirinya untuk menjadi wanita tangguh.


...

"Hi-chan, selain berlatih menari, kau juga harus berlatih menggunakan katana, walau bukan seorang samurai tapi tetaplah menjadi wanita yang kuat, tanpa mengenyampingkan kelembutanmu." Pria bersurai coklat panjang itu mengusak rambut indigo adiknya dengan gemas, setelah selesai melatih sang adik menggunakan katana miliknya sendiri.

Bibir mungil peach itu mengerucut, kesal karena sang kakak yang mengusak rambutnya yang sudah disisir rapi, "Neji-nii, hentikan aku ini sudah besar..."

Neji terkekeh mendengar penuturan adik yang selalu di lindunginya ini. "Kau tetap adik kecilku, sekalipun kau akan segera menikah dengan Shogun Kuning itu."

"Neji-nii, jangan mengejek Naruto-kun seperti itu...," teriak Hinata, lalu dengan sangat menggemaskan ia mengembungkan pipi putih bulatnya.

"Baik-baik kau mulai membelanya sekarang, padahal masih nanti malam kau akan dilamarnya." Goda Neji sambil berkacak pinggang.

Semburat kemerahan muncul di pipi susu Hinata,"Neji-nii, berhenti menggodaku," Hinata menghentakan kakinya ke tanah sambil melipat kedua tangannya.

"Hei, jangan merajuk seperti itu, kau sangat jelek," Neji mencubit pipi gembul adiknya ini.

"Neji-nii, sakit!"

Neji tak mempedulikan rengekan adiknya itu, dia lebih memilih menarik sang adik kedalam pelukannya. "Berjanjilah untuk selalu menjaga dirimu dengan baik, saat Nii-san tidak bersamamu lagi."

Hinata melerai pelukan kasih sayang antara saudara itu, dan mengadu mutiara lavendernya yang serupa dengan milik Neji. "Nii-san mau kemana?"

Neji menggeleng, sambil tersenyum misterius, meninggalkan sang adik yang diliputi rasa penasaran, di halaman istana klan Hyuuga.

🌸🌸🌸🌸

"Neji-nii..." Tangan kanan Hinata meremas erat atasan montsuki putih di bagian dada kirinya, sementara tangan kanannya menggenggam erat katana yang baru saja di gunakannya untuk berlatih.

Rasa ngilu menjalar di hatinya, rindu akan kehangatan keluarganya yang telah di rampas sang Shogun, rindu akan kakaknya yang selalu menjadi tameng perlindungan untuknya.

Sekarang dia sendirian, sebatang kara, terperangkap di istana selatan keshogunan yang sengaja dijadikan tempat menampung para Geisha. Dengan kekuasaanya, sang Shogun telah mengubah statusnya yang seorang putri bangsawan, menjadi seorang geisha pribadi.

Kakinya berlutut lemas dengan katana yang dia tancapkan ke rumput yang menjadi pegangannya.

Prok...prok...prok..,

Suara tepuk tangan pelan itu menghentikan tangisan Hinata. Kepala indigonya menoleh ke asal suara tepuk tangan itu.

"Kau bukan saja pintar menari Hime, sekarang kau bahkan sudah mahir mengayunkan katana..." Suara yang dulu terasa hangat di telinga Hinata, sekarang begitu terdengar menjijikkan.

Hinata bangkit dari posisi berlututnya, menantang tatapan remeh dari biru shapire sang Shogun dengan mutiara lavendernya. "Aku berbeda dengan para wanitamu itu, yang hanya bisa bersolek, bergoyang, dan memuaskanmu di atas futon!!"

Naruto berjalan beberapa langkah mendekat dengan Hinata. "Wow..., bicara mu sekarang benar-benar seperti Neji sekarang, dia bukan hanya mengajarimu mengayunkan katana, bahkan dia juga mengajarkan mu bagaimana menjadi congkak sepertinya." Mata Naruto menatap kagum keindahan tubuh Hinata yang terbalut atasan montsuki putih yang dipadukan dengan hakama merah kecoklatan.

Setelan yang biasa dikenakan oleh Neji. Hinata bahkan terlihat anggun dengan mengenakan pakaian laki-laki seperti itu, aura manis dirinya masih terlihat dari helaian indigonya yang diikat kebelakang dengan simpul pita putih.

Tanpa aba-aba, Hinata langsung mengayunkan katananya, hampir menembas leher sang Shogun, tapi tangan kekar itu menggenggam dengan erat katana yang hampir menebas lehernya.

Tangan kanannya yang baru saja sembuh karena menggenggam erat katana, sebagai hukuman atas menampar Hinata, kini kembali mengalirkan darah lagi. "Jangan sebut nama Neji-nii, dengan mulut kotormu!"

"Kau lupa siapa aku ini Hime?, aku Jenderal dari seluruh samurai, mau melawanku hm?" Naruto melepaskan katana yang di genggamnya.

Mata Hinata membulat melihat aliran darah dari tangan tan itu, tangan yang dulu pernah sangat dia inginkan untuk membelainya. Walaupun kini rasa bencinya pada sang Shogun sudah merajai hatinya, tapi tetap cinta itu tak pernah hilang. Hati kecilnya meringis kesakitatn saat melihat tangan tan itu mengalirkan darah segar.

Jauh di dalam lubuk hatinya dia sangat ingin berhamburan ke pelukan sang Shogun, mengusap aliran darah yang mengalir di tangan Naruto, membalut lukanya, dan mengecupi pelan luka itu.

Kaki Hinata mundur beberapa langkah ke belakang, sambil menatap sendu luka Naruto, akibat dirinya.

🌸🌸🌸🌸

"Tolong!" Hinata kecil menjerit ketakutan, tubuh mungilnya terpojok di tembok jalanan, seekor anjing liar mengejarnya, karena dia tak sengaja menginjak ekornya, karena ia terburu-buru berlari untuk menemui Naruto di depan gerbang Istana.

Anjing itu semakin mendekat, sambil menggong-gong menakutkan. Tubuh Hinata kecil bergetar ketakutan, dia tutup matanya rapat-rapat, pasrah dengan apa yang terjadi. Hingga sesosok anak laki-laki yang berusia dua tahun lebih tua darinya menghalau anjing itu, dengan menjadikan lengannya umpan gigitan anjing liar itu.

Hinata membuka matanya, dan pemandangan dihadapannya membuat hatinya mencelos.

"Naruto-kun...!!!" Hinata menjerit ketakutan saat melihat lengan tan Naruto disodorkan untuk menghalau anjing yang akan menyakiti dirinya.

"Siapapun tolong...!!!" Hinata berjerit ketakutan, tapi tak ada seorang pun yang menolongnya. Hingga dia beranikan diri melepaskan getanya dan melempar ke kepala anjing itu. Harusnya itu yang dia lakukan tadi, sehingga Naruto tak perlu terluka seperti ini.

...

Air mata mengalir deras dari mutiara bulan Hinata, tangan-tangan mungilnya dengan telaten membalut lengan Naruto yang telah di bersihkan dan diolesi salep klan Hyuuga yang selalu dia bawa. "Baka, kenapa Naruto-kun tidak melempar geta saja, hiks, hiks..."

"Aku terlalu panik Hime saat kau hampir saja di gigit anjing itu." Jawab Naruto santai sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

🌸🌸🌸🌸

Hinata menahan air matanya yang hampir menetes, saat melihat tangan yang dulu selalu melindunginya itu kembali terluka, bahkan luka kali ini dialah yang menorehkannya.

Dia beranikan dirinya untuk melangkah mendekati Naruto, tapi instingnya berkata lain, ada pergerakan kaki, yang berlari akan menyerangnya. Neji bukan hanya mengajari Hinata cara mengayunkan katana. Bahkan dia melatih insting adiknya ini, untuk bersiaga dari serangan tiba-tiba dari belakang.

Tranggggg.

Dengan lincah Hinata, mengayunkan katananya kebelakang menghalau Shion yang menyerangnya dari belakang. Tadinya malam ini, Naruto berencana menghabiskan malamnya di kamar Shion, setelah dengan susah payah dia merengek dan memaksa Naruto, yang semenjak kedatangan Hinata sudah tidak pernah lagi menyentuhnya.

Baru saja Shion melangkahkan kaki untuk berganti pakaian, Naruto malah keluar dari kamarnya, saat mendengar suara pergerakan kaki seseorang yang sedang berlatih katana.

Hati Shion kembali mencelos saat melihat siapa yang sedang berlatih katana, hingga perhatian Naruto, teralih dari tubuhnya, dan memutuskan mengganti pakaiannya untuk menantang Hinata memainkan pedang panjang Jepang itu.

Naruto duduk manis bersila diatas rokka, sambil melihat kedua geishanya itu berduel katana, bahkan dia minta di hidangkan kue dan ocha untuk menemani pertunjukan yang sangat istimewa ini.

Hinata, dan Shion yang dalam kesehariannya sangat anggun, malam ini tampil begitu tangguh dengan balutan atasan kimono dan hakama. Belum lagi cara mereka berdua yang begitu piawai mengayunkan katana.

Hinata, tak perlu di ragukan lagi kemampuannya, dia dilatih langsung oleh samurai elit dari klan Hyuuga, Hyuuga Neji, yang merupakan kakak kandungnya sendiri.

Sementara Shion, di besarkan di Okiya, tak membuatnya melupakan dari mana dia berasal. Shion berasal dari klan samurai kecil, yang mengabdi pada klan Uchiha, karena kebiadaban sang ayah yang hobi berjudi, membuat dirinya harus terjual di sebuah Okiya mewah yang hanya menerima tamu dari kalangan bangsawan saja.

Selama di Okiya, bahkan setelah berada di istana keshogunnan Shion tidak pernah lupa melatih kemampuannya mengayunkan katana. Bahkan tak jarang dia berlatih bersama sang Shogun walau hasilnya tetap sang Shogunlah yang lebih unggul.

Trangggg...,

Katana dua geisha itu beradu, tak ada yang bisa memprediksi siapa yang akan memenangkan duel dadakan malam itu. Para geisha penghuni istana selatan, bahkan berhamburan keluar saat mendengar suara beradunya dua pedang panjang itu, tak terkecuali Sakura.

Shion terus, menerus menyerang Hinata, dengan katananya, sementara Hinata dengan lincah menangkis semua serangan Shion. Pergerakan Hinata kian mundur, kala dengan brutal Shion terus menyerangnya.

Kaki Hinata mempertahankan keseimbangan tubuhnya, katananya dia genggam erat, menghalau Shion yang berusaha menjatuhkan katananya.

Tubuh Shion sedikit oleng ketika Hinata berhasil menyentak katana Shion menjauh dari dirinya.

Kini Hinatalah yang berada di posisi penyerang. Dengan lincah katana Hinata mengayun menyerang tiap tangkisan dari katana Shion.

Shion kian terpojok dengan serangan yang Hinata layangkan, hingga-

Trangggg...

Hinata berhasil menjatuhkan katana Shion ke tanah. Tubuh Shion bahkan terduduk, ketika Hinata masih mengayunkan katananya walau Shion sudah tak lagi memengang senjata.

Hinata sudah benar-benar tidak dapat menahan emosinya, semua rasa kesal dan kekecewaannya yang selama ini dia pendam, di lampiaskannya saat bertarung bersama Shion.

Hinata bahkan masih mengayunkan katananya dan hampiri menebas kepala Shion.

Trangggg...,

Katana Naruto beradu dengan katana Hinata, menghalau katana Hinata yang hampir saja menebas leher Shion. Shion menampilkan senyuman penuh kemenangan, merasa saat ini Naruto sedang melindunginya.

"Melindungi simpanan kesayanganmu ini, Shogun-sama?" Tanya Hinata sinis, sambil tetap mempertahankan katananya yang terkungkung di bawah katana Naruto.

"Tidak juga.., aku hanya ingin menjajal kemampuan Himeku ini saja.." Jawab Naruto dengan senyuman liciknya.

Hati Shion kembali mencelos, bahwa alasan Naruto menghalau katana Hinata bukanlah dirinya.

Tranggg...

Katana tuan putri lotus ungu itu, beradu dengan katana sang jendral samurai. Dua katana itu, seolah menari mengikut hembusan angin malam yang bertiup lembut malam itu. Bunga-bunga sakura yang berterbangan seolah menjadi pemanis pertarungan penuh cinta malam itu.

Gerakan yang sangat halus dari keduanya saat mengayunkan katana. Serangan-serangan kecil yang hanya di lakukan Naruto dengan tangannya tak terluka. Mampu mebuat Hinata kualahan. Hinata yang bahkan meyerang dengan sepenuh tenaga, dengan kedua tangannya, tak kunjung mampu menjatuhkan katana Naruto yang hanya di genggamnya dengan satu tangan.

"Khe..., sebegitu saja kemampuan tuan putri Hyuuga ini?" Naruto dengan cekatan menangkis tiap serangan Hinata.

"Bersungguh-sungguhlah Shogun-sama Anda tak perlu mengalah pada saya." Jawab Hinata dengan angkuh sambil terus menyerang.

"Kau bahkan tak mampu mengalahkanku yang sedang terluka ini." Naruto menunjukan telapak tangannya yang terluka dan sudah dibalut perban oleh Shizuka.

Tidak mungkin dia menyembuhkan lukanya sendiri dihadapan Hinata, identitasnya sebagai setengan kitsune yang dia tutupi sejak kecil, bisa lansung terbongkar dengan mudahnya.

Tranggggg

Lagi, Hinata mengayunkan katananya, dan masih tetap di tangkis dengan lincah oleh sang Shogun. Naruto, tidak perlu memakai katana api yang diberikan gurunya untuk menghadapi Hinata. Dia hanya mengambil asal katana dari seorang samurai yang sedang berjaga di istana selatan.

"Kau mencuri katana yang pajangan di zashiki istana utama, tadi pagi, hm?"

Hinata mengabaikan perkataan sang Shogun dia kembali melayangkan serangan, dan lagi-lagi Naruto menangkisnya dengan mudah.

Naruto membalas serangan Hinata dengan mengayunkan katananya pelan, dia tak perlu mengunakan katana kebanggannya yang diberkikan Kakashi.

Hinata menangkis serangan Naruto, dengan mengayunkan katanya dengan gerakan berputar, saat dia berputar, surai indigo panjangnya yang diikat kuda, terkibas dan bersentuhan dengan wajah tan sang Shogun.

Naruto kembali menyerang dengan lembut, bahkan dia sempat menapilkan senyuman nakalnya "Rambutmu benar-benar menggairahkan Hime." Ucap Naruto disela-sela peraduan katananya dengan katana Hinata.

Hinata tak mengabaikan rayuan sang Shogun, yang dia lakukan sekarang hanya menyerang dan menyerang.

Seolah mengabaikan sekelilingnya, Naruto dan Hinata, terus mengayunkan katana mereka dengan lincah. Mereka bahkan lebih tampak seperti sepasang manusia yang sedang menari dibanding sedang beradu kemampuan menggunakan pedang.

Ametyist Shion menatap penuh iri, melihat Hinata yang cukup lama mampu mengimbangi serangan Naruto. Kemampuan dan tenaga yang Naruto gunakan sekarang sebenarnya tak jauh berbeda saat dia berlatih bersama Shion. Tapi jika bersama Shion, baru beberapa kali serang saja, katana geisha kesayangannya itu akan langsung terhempas, karena serangan Naruto yang hanya menggunakan katana biasa.

Trangggg..,

Hanya satu kali serangan penuh dari Naruto, katana Hinata terhempas dari genggaman mungilnya. Tubuh Hinata oleng kebelakang, akibat menghindari kibasan katana yang diayunkan sang Shogun. Hampir saja tubuh mungil Hinata terhempas ke tanah.

Hanya dengan satu tangan kekarnya, Naruto menarik Hinata, yang hampir jatuh kedalam pelukannya.

Biru shapire itu kembali beradu dengan permata lavender yang menatapnya dengan sendu. "Sudah ku katakan Hime, jangan terlalu sering melawanku, kau itu milikku."

Tanpa memandang para geishanya yang sedang menonton mereka, Naruto menempelkan cepat bibirnya dengan bibir mungil dihadapannya.

Tangan mungil Hinata berusaha sekuat tenaga mendorong dada bidang yang menempel dengan dada berisinya, tapi sia-sia, tenaga Hinata tak mampu membuat tubuh kekar sang Shogun menjauh dari tubuhnya. Naruto bahkan memperdalam ciumannya dengan menekan bagian belakang kepala Hinata.

Ciuman lembut dan terasa hangat di tengah sejuknya angin malam. Tak seperti ciuman brutal penuh nafsu yang tadi pagi Naruto hadiahkan padanya, kali ini ciuman itu terasa memabukan. Bahkan Hinata terlihat menikmati setiap peraduan bibirnya dengan bibir sang Shogun.

Air mata Shion merebes dari permata ametystnya. Selama ini tak pernah sekalipun Naruto mencium salah satu geishanya dihadapan geisha lainnya, bahkan pada dirinya yang dijuluki geisha kesayangan sang Shogun.

Shion berlari menuju kamarnya sambil menahan isakan dari bibir mungilnya.

'Aku bodoh, aku harusnya tahu bahwa aku hanya bayang-bayang Hyuuga sialan itu, harusnya aku tak perlu mengadu pada Naruto-sama, seperti di onsen tadi pagi, pasti Hyuuga itu yang di belanya. Dan tadi tak seharusnya aku berharap bahwa Naruto-sama membelaku. Apa kau akan membuangku Naruto-sama?, ketika kau sudah mendapatkan lagi dirinya?. Apa yang aku lakukan bertahun-tahun untuk mengisi kesepian mu tak pernah kau anggap?. Kenapa selalu Hinata dan Hinata yang ada di otak dan hatimu?'

...

Naruto menurunkan Hinata dari gendongannya ke atas futon lembut di kamar Hinata, matanya menatap lembut mutiara lavender meneduhkan yang memandangnya dengan tatapan sendu. Semburat merah kembali muncul dari pipi gembul itu. "Tidurlah, besok kau akan menari untukku, bukan?"

Naruto mengelus lembut pipi gembul yang sudah merah bak tomat itu, lalu berjalan menuju shoji, meninggalkan Hinata yang terperangkap dalam ingatannya tadi pagi, saat berada di onsen istana utama.

🌸🌸🌸🌸

Naruto melepaskan kuncian tangannya pada tangan Hinata, setelah puas mengecupi bahkan mengigit sepasang buah dada Hinata.

Hinata tertunduk malu, ia tak berani mendongakkan kepalanya menatap shapire biru dihadapannya. Walau sebenarnya hatinya masih diliputi dengan amarah.

"Kau menikmatinya bukan, Hime? Tak usah munafik, semua wanita pasti akan sangat menikmati setiap sentuhanku."

Ucapan congkak Naruto, membuat darah Hinata yang sudah panas di dalam kolam air hangat itu semakin mendidih, akhirnya ia punya keberanian mendongakan kepalanya, menatap nyalang biru shapire yang menatap penuh nafsu dirinya.

"Kau mau ku cium seperti tadi, hm?" Tawar Naruto dengan seringai iblisnya.

Hinata membuang mukanya dan berjalan ke sisi ujung kolam yang letaknya cukup jauh dari tempat Naruto berdiri. Ia mengambil sehelai kain yang penutup tubuhnya yang tadi dibuang asal oleh Naruto.

"Sebaiknya kau ambil matsu itu dan menggosok punggungku." Perintah sang Shogun.

Hinata masih diam seribu bahasa.

"Aku mungkin akan mempertimbangkan tentang kapan aku menjadikanmu wanita." Ucap sang Shogun tenang sambil membasuh wajahnya di air pancuran.

Hinata menoleh, tubuhnya kini sudah tebalut kain putih yang sempat di buka oleh Naruto.

"Kenapa kau tutup, hm, aku sangat menyukainya,"

Hinata membulatkan matanya melototi Naruto, dia kembali berbalik dan mengambil matsu oil, dan kain kecil yang terletak di pinggir kolam.

"Jadi bagaimana tawaranku tadi?" Naruto bertanya sambil memejamkan matanya menikmati tiap gosokan lembut di punggungnya yang dibuat oleh Hinata.

Hinata terdiam sambil tetap menggosok punggung Naruto.

"Bukan hanya bisa bertemu ayahmu, aku juga tidak akan menidurimu, tanpa persetujuan darimu jika mau menari untukku besok."

Tawaran Naruto benar-benar menggiurkan, tapi egonya membuat Hinata enggan membuka mulutnya.

"Kau diam, aku anggap jawabannya iya." Putus Naruto.

🌹🌹🌹🌹

"Hinata-nee..." Suara Tomoyo yang menyerukan namanya membuat Hinata tersadar dari lamunannya.

Hinata tersenyum tipis membalas panggilan Tomoyo.

"Kau harus berganti nagajuban, saatnya kau tidur, oh ya aku juga sudah menyiapkan air hangat, dan sapu tangan, untuk membasuh tubuhmu"

Hinata bangkit dari futonnya dan mengikuti semua ritual yang di ucapkan Tomoyo, yang tak jauh berbeda dengan dengan kebiasaanya di istana Hyuuga.

🌹🌹🌹🌹

Tomoyo menyelipkan kanzashi berbentuk tiga deretan mawar kecil di atas kepala Hinata, "Hinata-nee, anda cantik sekali hari ini..."

Hinata memperhatikan penampilannya di cermin, tubuh sintalnya terbalut furisode berwarna merah muda dengan motif lotus putih kecil, pinggang rampingnya melingkar obi berwarna salem dengan ikatan berbentuk pita besar dibelakangnya.

Helaian indigo sebagian digelung sebagian sisi kanan kiri kepalanya, dan bagian depan rambutnya yang mendekati poni ratanya, disematkan kanzashi bunga mawar berwarna merah muda.

Hari ini dia akan menari di taman istana utama ke Shogunnan. Naruto kedatangan tamu dari istana kekaisaran, pamanya Senju Hashirama sang Kaisar akan datang bersama sang bibi Uzumaki Mito, dan putra mahkota cilik Senju Nawaki.

Mereka akan mengadakan acara minum teh di gazebo istana utama keshogunan sambil menatap bunga sakura yang sedang mekar. Tentu saja tujuan tiga orang keluarga inti kekaisaran ini mengunjungi istana sang Shogun adalah melihat bagaimana sang Murasakiro No Hime menari dengan diiringi kupu-kupu.

Hinata memasuki taman istana utama keshogunnan dengan diiringi oleh Tomoyo, matanya melirik sahabat kecilnya Uchiha Sakura yang sekarang duduk di hanparan rumput taman yang dilapisi tikar. Sakura memegang sebuah shamisen*) yang di akan di petiknya ketika Hinata akan menari sambil menyanyi nanti. Sakura hanya mengenakan kimono jenis komon yang sangat sederhana, dengan rambut yang hanya dikuncir satu kebelakang.

Jika bukan karena Hinata yang menari hari ini, dia pasti akan menolak perintah sang Jenderal, yang memerintahkannya untuk menunjukan kebolehannya memainkan alat musik istimewa ini.

Dulu saat Naruto dan Sasuke berada di perguruan samurai Shinto Ryu, Hinata dan Sakura mempelajari berbagai jenis kesenian dan tradisi, di sanggar milik menantu Sarutobi Hiruzen, pemimpin perguruan, Shinto Ryu, yang terletak di kota Kyoto.

Hinata yang sudah mahir menari sejak sebelum berlatih di sanggar, sering sekali meminta Sakura mengirinya tariannya yang selalu di sertai dengan nyanyian merdu dari suara Hinata.

Sakura mulai memetik dawai shamisennya, diiringi dengan Hinata yang merentangkan tangannya, tamoto furisodenya berkibar layaknya sayap kupu-kupu, dia berputar sambil menggerakan sepasang kipas di tangannya.

Berputar mengikuti alunan merdu shamisen yang di petik oleh Sakura, wangi tubuhnya yang menyerupai bunga menguar bersama angin yang bertiup. kupu-kupu di taman istana utama keshogunan mulai berdatangan mengerubuni Hinata yang menari berputar sambil mengayunkan tangannya lembut.

Hashirama, sang Kaisar tertegun melihat kepiawaian Hinata menari, dalam hatinya bertanya-tanya bagaimana Hyuuga yang kaku itu menyimpan bunga seistimewa Hinata, dia tidak menyesal, menyetujui keputusan Naruto, membiarkan Hinata tetap hidup dalam istana, Hinata berbeda dengan para Hyuuga yang menjadi penjilat kekaisaran, dan menghalalkan segara cara, agar bisa memiliki sebagian wilayah kekaisaran.

Tapi Hashirama, sedikit kecewa dengan keputusan Naruto menjadikan Hinata sebagai geisha, jujur di dalam hatinya sangat ingin Hinata menjadi menantunya. Istri dari seorang Shogun. Hinata lebih layak di tempatkan di istana utama, dari pada di istana selatan, dikumpulkan dengan wanita simpanan Naruto yang lain.

Mito tersenyum simpul melihat kilauan cahaya dari mata keponakannya yang melihat Hinata menari, biru shapire Naruto bak permata shapire yang baru di asah, dengan kilauan cahaya penuh kehangatan.

Senyuman terakhir Naruto yang dia lihat adalah hari dimana dia kembali dari Shinto Ryu. Karena semenjak Naruto mengetahui bahwa cinta masa kecilnya dan sahabat yang dia anggap seperti saudara adalah anak-anak dari orang-orang yang sudah menghabisi keluarganya, tatapan shapire itu menjadi begitu dingin.

Tak ada yang dapat menyangkal kemampuan Hinata menari, ditambah lagi dengan Sakura yang mengiringinya dengan permainan shamisennya. Bahkan Nawaki, putra mahkota berusia sepuluh tahun itu, turun dari gazebo, karena penasaran dengan kupu-kupu yang mengiringi Hinata menari.

Sebenarnya Hinata akan menari jauh lebih indah lagi jika saja Naruto bersedia mengiringi Hinata dengan permainan shinobue*), seperti yang sering mereka lakukan kala masih kecil, tapi Naruto yang sekarang adalah seorang Shogun yang kejam dan dingin, mana mungkin dia bersedia, memainkan alat musik serupa seruling ini, untuk mengiringi seorang geisha menari.

Hinata dan Sakura menikmati ocha dan mochi yang disuguhkan Tomoyo, sebelum mereka menampilkan pertunjukan mereka yang kedua, ya, Hinata akan bernyanyi. Ini permintaan langsung dari Kaisar Hashirama, yang pernah mendengar suara Hinata kecil, yang menyanyi di pesta pernikahannya dengan Mito.

Sakura kembali memetik shamisennya, mengiringi suara emas Hinata yang mulai mengalun lembut.

...

Ku masih tak pahami cinta, maka tak bisa ku mendekat

Tapi kenapa jantungku terus mendentam?

Di hatiku dirimu selalu terbayang,Sungguh tak bisa kuhindari.

Cinta nan sia-sia ini.
Di jantungku menghujam, baik siang maupun malam.

Hanya dirimu yang aku pikirkan, dengan bodoh dan memilukan.

Ku harus bagaimana?, hati ini mengikut cinta.

Apa yang kan kualami?, cinta nan sia-sia ini.

Di jantungku menghujam,baik siang mupun malam.

Hanya dirimu yang aku pikirkan, diriku bodoh dan memilukan.

Harus bagaimana diriku?

Hari ketika semuanya berlalu, akankah hari itu datang?

Diriku bodoh dan memilukan, apa yang bisa kulakukan?

Begitu indah, cahaya bulan, sungguh tak bisa kuhindari.

Di sisimu biar ku berbaring
Walau sedetik saja, hanya sedetik saja.

...

Hashirama, Nawaki, bahkan Mito, bertepuk tangan ketika Hinata mengakhiri lantunan merdu suara emasnya.

Kecuali Naruto, Jenderal samurai itu menatap lekat, sosok Hinata yang kini membungkuk memberi hormat pada keluarga kekaisaran, pikirannya melayang, mencerna makna tiap bait lagu yang dilantunkan Hinata. Mencoba menepis atau bahkan mengharapkan jika bait demi bait lagu itu memang benar menggambarkan isi hati sang lotus ungu, pada dirinya.

"Nawaki, pelan-pelan, makannya!" Mito memperingatkan putranya yang berusia sepuluh tahun itu, walau kadang sering berujar pada Naruto malu melahirkan Nawaki yang mewariskan sifat lugu dari ayahnya. Tapi percayalah semua itu hanya terucap di bibir saja, jauh dalam lubuk hati Mito dia sangat menyayangi putra dan suaminya ini.

Walau tujuan utamanya dulu menikahi sang Kaisar adalah membalas penderitaan keluarga adiknya, tapi seiring berjalannya waktu cinta Mito untuk Hashirama mulai tumbuh. Walau dia sering memanfaatkan titah suaminya, tapi Mito adalah istri yang setia dan ibu yang bertanggung jawab.

Dia menumpas habis semua klan-klan pembangkang seperti Hyuuga dan Uchiha, serta meletakan para kitsune berwujud manusia di posisi penting pemerintahan, selain untuk balas dendam, juga karena ingin melindungi keutuhan klan Senju, sebagai keturunan kekaisaran yang selalu di ancam pemberontakan oleh klan-klan besar yang licik.

Naruto, menoleh ke arah sang bibi yang sedang menjewer putranya yang makan berantakan, kenangan masa lalunya saat bersama Kushina dan Minato kembali menguar.

Tangan tannya mengusap kasar matanya yang hampir menitikan air mata, kaki jenjang tannya dia arahkan ke tempat Hinata yang sedang berkemas meninggalkan taman istana utama.

"Kalian boleh kembali ke istana selatan, tapi biarkan dia disini." Titah Naruto sambil mencengkram erat pegelangan Hinata.

"Baka! Mau kau apakan Hinata, hah?!" Teriak Sakura sambil melayangkan tinju ke arah Naruto.

Tapi dengan sigap Naruto mencengkram tangan Sakura dengan tangannya yang lain.

"Tomoyo, bawa dia ke istana selatan!" Perintah Naruto sambil menghempaskan tangan Sakura, dan menarik Hinata ke gazebo, tempat keluarga Kaisar sedang menyantap makanan, Naruto akan mengajak Hinata menyantap hidangan lezat itu bersama dengan keluarganya.

"Sakura-nee, lebih baik kembali, jangan membuat keributan dihadapan Tenno-sama dan Kogo-sama." Ajak Tomoyo sambil menarik tangan Sakura.

...

"Tomoyo, sebenarnya apa yang mau di lakukan Shogun bajingan itu?"

"Mungkin Shogun-sama ingin makan bersama Hinata-nee, sudahlah kita kembali saja."

Shion dan tiga geisha kesayangan Naruto yang lain, menghalau Sakura dan Tomyo yang memasuki paviliun istana selatan. "Dimana Hyuuga jalang itu."

"Hati-hati berbicara kuning!!!" Balas Sakura tak mau kalah. "Orang yang kau sebut jalang itu, sedang makan bersama dengan Kaisar dan Permaisuri."

Tubuh Shion mundur beberapa langkah ke belakang, mendengar jawaban Sakura. Tak pernah satu geisha pun yang menghuni istana selatan ini di ajak Naruto makan satu meja dengan keluarganya, yang adalah keluarga kekaisaran. Bahkan dirinya sendiri yang mendapat perhatian khusus dari sang Shogun, tak pernah sekalipun makan satu meja dengan keluarga Naruto.

"Shogun baka, itu sudah mendapatkan mutiara asli, untuk apa lagi dia memperhatikan permata tiruan," Sakura berjalan dengan santai sambil menyenggol bahu Shion dengan sengaja.

Tatapan Shion menjadi kosong, dia teringat dengan alasan utama Naruto membawanya ke sini, dia adalah permata tiruan Hinata, yang merupakan mutiara asli.

'Naruto-sama, benar-benar akan membuangku.'

...

Pagi ini, Tomoyo mendapatkan titah untuk mendandani Hinata secantik mungkin, karena sang Shogun akan membawanya keluar dari istana keshogunnan.

Pagi buta, Tomoyo sudah membuat rambut Hinata begelombang, dengan besi panjang panas yang dibakar di bara api, setelah semua rambut indigo itu di jadikannya keriting gantung, Tomoyo mengikat rambut bagian atas Hinata dengan tali, lalu menutupi tali itu dengan kanzashi berbentuk kupu-kupu.

Melapisi nagajuban Hinata dengan Uchikake berwana ungu muda, bersulamkan daun momiji emas, hari ini Hinata dipesan sang Shogun harus mengenakan furisode versi mewah itu.

Hati Hinata bertanya-tanya kemana Shogun akan mengajaknya, bukankah Naruto berjanji akan mempertemukannya dengan ayahnya hari ini, dan untuk apa dia memakai pakaian mewah seperti ini, dari berita yang dia dengar, ayahnya di tempatkan di penjara bawah tanah. Lalu untuk apa dia memakai pakaian semewah ini ke penjara bawah tanah.

Hinata diantarkan Tomoyo ke gerbang utama istana keshogunnan. Disana sang Shogun sudah menanti di depan kereta kencana, yang akan membawa mereka ke tempat yang tidak Hinata ketahui.

Tangan kekar Naruto merangkul tangan putih Hinata, membawa Hinata naik dan duduk di dalam kereta kencana.

"Ano, Shogun-sama, bisa anda beritahu kita akan kemana?" Tanya Hinata takut-takut. Dia sangat bingung melihat penampilan dirinya dan Naruto yang sangat mewah hari ini, padahal mereka akan pergi ke penjara bawah tanah.

Naruto mengenakan setelah montsumi orange tua dan Hakama, tidak seperti biasanya hari ini, dia mengenakan haori hitam, yang menandakan bahwa dia akan pergi ke acara formal.

"Ke balai kota, menonoton sebuah pertunjukan, Hime." Jawab Naruto datar.

Hinata sudah curiga bahwa sang Shogun tidak menepati janjinya, perjalanan menuju penjara bawah tanah, tidak seharusnya seramai ini.

Telinga Hinata sedari tadi mendengar teriakan-teriakan ramai dari luar kereta, sementara sang Shogun melarangnya untuk membuka tirai jendela di sampingnya.

"Kau ingkar Shogun-sama." Cecar Hinata.

"Aku tak pernah ingkar janji Hime, sekarang kau buka tirai jendela disampingmu itu." Ucap Naruto dilengkapi dengan seringai iblisnya.

Hinata membuka cepat tirai disampingnya, seketika hatinya bagai teriris sembilu saat melihat pemandangan di hadapannya.

Sang ayah sedang di arak dengan menggunakan gerobak berkerangkeng kayu, sambil dilempari para rakyat yang meneriakinya pengkhianat.

Tubuh Hiasi, dipenuhi dengan luka bekas pukulan dan cambukan, sang ayah yang selalu tampil berwibawa itu duduk bersila meringkuk dalam penjara kayu sambil tertunduk.

Mengenakan pakaian tahanan berwarna putih dengan bahan kasar, tangan dan kaki pemimpin klan Hyuuga ini di rantai, dengan rantai berukuran besar.

Beberapa kali kening Hiashi bahkan terkena kerikil yang di lempari rakyat.

Hiashi tertunduk, mengenang kekejamannya saat berkuasa sebagai hakim agung, tiga belas tahun yang lalu, Namikaze Minato lah yang berada di posisinya saat ini. Di arak dengan hina sambil di lempari kerikil oleh rakyat, atas tuduhan palsu yang dia rencanakan bersama klan penguasa keshogunnan saat itu. Uchiha.

Hinata berusaha meloncat dari kereta mewah yang dinaikinya bersama sang Jendral, berniat menghampiri sang ayah yang sedang menderita, tapi tangan kekar Naruto, memeluknya dari belakang.

Naruto berbisik di telinga Hinata sambil mengeratkan pelukannya, karena Hinata yang meronta. "Diamlah, dan saksikan bagaimana ayahmu mati. aku tak pernah ingkar janji, kau akan bertemu dengan Tou-sama mu itu, kau lihat Hime, tiga belas tahun yang lalu, Namikaze Minato, ayahku, ada didalam kerangkeng itu, di lempari batu, menuju tiang gantungan, semua itu karena titah Hyuuga Hiashi-sama."

Mata Hinata terbelalak mendengar bisikan Naruto 'Tidak, Tou-sama tidak mungkin sekejih itu.'

つづく

Tsudzuku

------------------------------------------------

Info :

Shamisen adalah alat musik petik layaknya gitar, yang bentuknya sangat indah, bahkan tidak sedikit orang yang bilang kalau bentuk dari alat musik ini terinspirasi dari indahnya lekukan tubuh wanita. Bahkan masyarakat jepang sendiri banyak yang terkagum-kagum ketika pertama kali melihat keindahan bentuk shamisen ini. Shamisen terdiri dari 3 dawai yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Yang menghasilkan suara tertinggi adalah dawai yang tipis begitu pula sebaliknya dawai yang lebih tebal akan menghasilkan suara yang lebih rendah.

Komon adalah kimono santai untuk wanita yang sudah atau belum menikah. Ciri khas dari kimono jenis ini adalah bermotif sederhana dan berukuran kecil-kecil yang berulang.

Shinobue adalah alat musik Tiup lain yang berasal dari Jepang.

Continue Reading

You'll Also Like

35.5K 4.1K 20
Harusnya Naruto tidak memulai semua ini. Harusnya ia melupakan kebenciannya terhadap Gaara dan tidak menyeret Hinata ke dalam masalahnya. Kini, Narut...
52.3K 8.4K 35
Dalam perjalanan balas dendamnya Hinata menemukan Naruto, pria dengan sejuta ambisi di dalam kepalanya. Namun jika punya satu tujuan yang sama, buka...
47.9K 6.8K 41
[SELESAI] "Di balik pria yang sukses, ada wanita kuat di belakangnya." Sayangnya peribahasa itu tak berlaku untuk Sasuke. Kesendirian yang banyak mem...
53.5K 7.8K 24
Disclaimer Naruto © Masashi Kishimoto Hyuuga Hinata, seorang Polisi lalu lintas yang baru pertama kali merasakan jatuh cinta dan bertekad akan memper...