Harlot | z.m

By theenwhitelies

423K 19.4K 3.2K

Berawal dari kehancuran keluarganya hingga menjadi pria berdarah dingin yang haus akan seks dan menyiksa, itu... More

p r o l o g
o n e
t w o
t h r e e
f o u r
f i v e
s i x
s e v e n
e i g h t
n i n e
t e n
e l e v e n
t w e l v e
t h i r t e e n
f o u r t e e n
f i f t e e n
s i x t e e n
s e v e n t e e n
e i g h t e e n
n i n e t e e n
t w e n t y
t w e n t y o n e
t w e n t y t w o
t w e n t y t h r e e
t w e n t y f o u r
t w e n t y f i v e
t w e n t y s i x
t w e n t y e i g h t
t w e n t y n i n e
t h i r t y
t h i r t y o n e
t h i r t y t w o
t h i r t y t h r e e
t h i r t y f o u r
t h i r t y f i v e
t h i r t y s i x
t h i r t y s e v e n
t h i r t y e i g h t
t h i r t y n i n e
f o u r t y
f o u r t y o n e
MUST READ PLEASE :)
f o u r t y t w o
f o u r t y t h r e e
f o u r t y t h r e e
f o u r t y f o u r
f o u r t y f i v e
f o u r t y s i x
f o u r t y s e v e n
f o u r t y e i g h t
Minta pendapat boleh? :)
f o u r t y n i n e
f i f t y
Q&A [closed]
The Previous.
Niall's letter
Q&A [answered]
HARLOT II
Shadow [z.m]

t w e n t y s e v e n

6.7K 329 42
By theenwhitelies

"Tunggu, tetap disini."

Suara lelaki tua itu membuatku memberhentikan langkahku, sontak aku membalik tubuhku lalu memberinya tatapan bertanya. "Ada apa lagi, tuan Khan?" Tanyaku malas. "Tidak ada, masuk lah sayang." Sambar Zayn sembari mendorongku menjauh dari ruangan itu.

Aku putuskan untuk kembali ke kamarku dan membersihkan tubuhku, walaupun rasanya aku ingin terbang saja karena kakiku dan selangkanganku terasa tidak enak untuk digerakan, sialan.

Setelah selesai berpakaian, aku tidak ada niatan untuk kembali kebawah dan menontoni perkelahian antara anak dan ayahnya, mungkin itu privasinya dan aku tidak berhak ikut campur. Yang kulakukan hanya mengambil ponselku, lalu membuka aplikasi twitter yang sudah lama ku abaikan.

@NJamesHoran

kita mulai permainan ini dan aku akan memenangkanmu kembali ;)

Ck, ia pasti sedang bertaruh dengan teman-temannya untuk mendapatkan seorang jalang. Tapi dengan membacanya ulang, ada sesuatu perasaan yang aneh. Tidak, bukan cemburu atau apa, tapi ini aneh. Ah sudah lah, lebih baik aku pergi ke bawah dan mengecek kembali keadaan Zayn dengan ayahnya. Bagaimana jika Zayn sedang menguliti ayahnya? Kan seram juga, tidak boleh terjadi.

Setelah turun menuju lantai bawah, aku hanya menemukan Zayn sedang berdiam dalam lamunannya. Dimana pria tua itu? Apa Zayn sudah membunuhnya, lalu membuang jasadnya? Tidak-tidak, tidak ada darah atau barang pecah disini, semua baik-baik saja, kecuali... Zayn?

"Zayn, kau oke?"

Zayn terlihat tersentak dengan kehadiranku yang tidak ia sadari sedari tadi, ia kenapa?

"Ah um ya, aku oke. Hey, omong-omong apa aku sudah memberi tahumu kalau pagi ini kau cantik?"

"Jadi hari sebelumnya aku tidak cantik? Eh, tapi tunggu, kau mengalihkan pembicaraan, tuan."

Zayn hanya menatapku lekat-lekat lalu mendekatiku dan melumat bibirku. Langkahnya mengikuti langkah mundurku yang membuatku terpojokan di dinding putih ruang tamu. Tangan kirinya mendorong tengkukku agar lebih dalam membalas ciumannya yang memabukan.

"Kau terlihat lebih cantik pagi ini, setelah aktifitas semalam."

Aku tidak membalas ucapannya, aku hanya menikmati bibirnya yang sedang bermain di leherku. Hisapan demi hisapan kuterima dan menimbulkan sensasi panas yang membuatku berhasi mengerang. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di otakku serasa hilang seketika dengan sentuhannya.

Bibirnya kembali keatas mengecup hidungku lalu kembali melumat bibirku. Aku bisa melihat senyumnya yang sangat manis, aku sangat menyukai momen seperti ini. Lidahnya menjilati bibir atas dan bawahku secara bergantian dan menggoda. Dengan gemas, aku menarik lehernya lalu melumat bibirnya dengan lembut. Ia membiarkanku melakukan aktifitasku dengan senyumnya yang belum luntur dan itu membuatku ikut tersenyum.

Aku membalik posisi kami, sekarang ia yang ada di dinding dan aku yang menciumnya. Tangannya merangkul pinggulku dan menempelkan tubuhku dengan tubuhnya. Desahan diikuti tawa keluar dari mulutku saat ia meremas bokongku nakal, sialan. Dengan jahil, aku sengaja menekankan tubuh bawahku pada selangkangannya yang membuat ia mendesah. Gesekan yang kuberikan membuat wajahnya terlihat tidak berdaya dan erangan-erangan kecil yang keluar dari mulutnya membuat suasana disini semakin panas.

Aku menarik tangannya ke atas dan mencekal kedua tangannya lalu melanjutkan aktifitasku tanpa gangguan darinya. Entah mengapa, sekarang aku merasa senang melihatnya dibawah kontrolku. Aku melepas tangannya lalu membalik tubuhku dan menempelkan bokongku tepat di atas tonjolan keras yang ada di balik celana jeansnya.

Zayn menggerak-gerakan pinggulnya yang membuatku ikut mengerang. "Oh..Barbara kau sangat nakal, dry sex hm?" Bisiknya di telingaku dengan suara beratnya yang membuatku sedikit merinding. Tangannya melingkar kembali di punggulku lalu mengentakan miliknya yang masih terbungkus celana ke bokongku yang terbalut rok hitam pendek. Bibirnya menghisap kulit leherku yang membuatku semakin menggila, ini sangat nikmat.

Aku sedikit berteriak saat ia menggigit kecil kulitku, astaga ia membuat tanda kepemilikan di area yang terbuka. Tangan kiriku meremas rambutnya yang menggelitik di leher bagian kiriku. Permainannya membuatku gila, apa ia melakukan semua ini pada jalangnya? Pada Cath? Oh, memikirkannya membuatku tidak dalam mood yang baik sekarang, sialan.

Dengan satu hentakan, aku melepas rangkulannya dan menjauhkan tubuhku dari tubuhnya. "Kau kenapa?" Aku hanya terdiam membayangkan Zayn melakukan hal yang sama pada wanita lain yang sejenis denganku, aku tahu aku jalang.

"Apa kau melakukan hal yang sama pada wanita lain? Maksudku pada jalang lain yang kau sewa, a-aku, aku–"

"Jadi kau berpikiran aku menduakanmu? Menigakanmu? Mengempatkanmu? Melima–"

"Astaga, kau bermain dengan berapa jalang saat aku tidak ada?"

"Tidak ada."

"Cath?"

Ia mengerutkan keningnya tidak mengerti apa yang kuucapkan. "Cath? Siapa?" Entah kenapa, mendengar Zayn menyebutkan namanya membuat hatiku terasa perih. "Kau membayarnya sebelum kau bertemu denganku, ingat?" Ia terlihat sedang berusaha mengingat-ingat.

"Oh, aku tidak tahu namannya. Dan itu hanya sekali dalam tiga minggu itu, aku bersumpah."

"Ada yang ingin ku tanyakan padamu, banyak."

Zayn merangkul leherku lalu mengajaku duduk di sofa yang ada di ruang tengah. "Tanyakan apapun padaku dan aku akan menjawabnya untukmu, sayang." Ia mencium tanganku dan itu membuat hatiku semakin sakit.

"Apa kau benar-benar mencintaiku? Maksudku, aku hanya jalangmu dan aku berasal dari keluarga yang tidak jelas, bahkan aku tidak tahu bagaimana keluargaku atau apa keluargaku mencariku atau tidak. Aku rasa ini semua salah, aku dibayar oleh mu untuk kau siksa seperti Cath ataupun hewan-hewan yang sudah kau bunuh.

Tapi kau–kau tidak melakukan apapun padaku, kau melampiaskannya pada hewan yang tidak berdosa. Awalnya aku ingin pergi setelah tahu kau akan memperlakukanku layaknya hewan dan menjadikanmu budak seks mu, tapi aku sadar, kau sudah membeliku, dan aku sudah menjadi milikmu. Mau tidak mau aku harus mengikuti semua kemauanmu, semua.

Tapi jika cinta, entah menurutku itu salah. Jujur, aku sudah jatuh padamu, aku sudah Zayn. Aku tidak bisa menahan hatiku untuk melakukan itu, karena aku juga ingin merasakannya, tapi disisi lain diriku mengatakan itu semua salah.

Jika kau memang benar-benar mencintaiku, aku seperti merasa sangat bersalah. Aku salah karena membiarkanmu jatuh padaku, seharusnya tidak. Kau majikanku dan aku budakmu, aku tidak pantas.

Kita berbeda Zayn, sangat. Kau–aku merasa tidak pantas, sangat tidak pantas, aku jalang, jalang murahan yang kau beli dengan harga tinggi. Kau salah memperlakukanku, atau kau tidak salah. Mungkin kau juga melakukan hal yang sama kepada wanita lain yang sama denganku, tapi mungkin aku sudah terbawa perasaan, aku tidak tahu.

Aku memang munafik, Zayn. Tapi aku masih mengingat gelarku, aku ja-lang. Aku hanya seorang jalang yang kau beli, tapi aku jatuh cinta padamu Zayn, aku takut, aku merasa–"

Ucapanku terhenti saat Zayn memelukku dengan erat, sangat erat. Air mataku membanjiri lagi pipiku yang sudah terasa lengket, aku merasa putus asa.

"Aku mencintaimu, dan kita tidak ada yang salah. Takdir yang membawa kita bersama, tidak ada yang bisa disalahkan. Dan aku mohon, berhenti menyebut dirimu jalang, kau kekasihku–kau cintaku. Aku sudah melupakan kejadian saat aku membelimu, aku anggap aku tidak pernah membelimu dan aku bukan majikanmu. Aku kekasihmu dan kau kekasihku, kumohon jangan hancurkan hatiku lagi. Aku tidak mau kehilangan untuk yang ketiga kalinya, aku takut–"

"Ketiga?"

"Pertama ibuku, dan kau bukan cinta pertamaku, maaf aku membohongimu. Aku kehilangan-nya saat ia meninggalkanku karena kondisi dan perlakuanku, maka dari itu aku tidak percaya cinta dan aku melupakan apa itu cinta, tapi kau datang dan mengingatkanku kembali apa itu cinta."

Aku terdiam mencerna perkataannya, jadi ia sudah pernah mencintai wanita lain? Entah haatiku terasa panas mendengarnya, tapi ia berhak atas cinta pertamanya.

"Siapa wanita itu? Boleh kah aku mengetahuinya?"

"Tidak sekarang, aku akan memberitahumu lain waktu. Um, apa kau bosan diam di sini saja? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan dan... Kencan? Ya, aku ingin mengajakmu kencan."

Aku tahu ia sedang mengalihkan pembicaraannya, tapi aku tidak akan kembali ke pembicaraan, menyakitkan. "Sepagi ini?" Kencan dipagi hari terdengar aneh di telingaku, bisa kah kencan dengan makan malam romantis, huh.

"Ya, hingga larut malam."

-

Selama perjalanan, tangan kanannya tak henti mengetik di ponselnya. Bagaimana jika nanti kecelakaan karena tidak fokus?! "Berhenti memainkan ponselmu, aku tidak mau mati muda." Sindirku yang membuat ia langsung menengok kepadaku dengan senyumnya yang mengembang.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati muda, sayang."

Ia kembali fokus ke jalanan, tapi tidak lama ponselnya berdering lagi dan ia kembali mengetik sesuatu di ponselnya. "Berhenti menghubungi selingkuhanmu, lama-lama aku muak." Ketusku dan ia hanya menatapku sesaat. "Jangan begitu, ia sedang hamil anakku, kau tahu." Aku membulatkan mataku mendengar ucapannya.

"Kau–"

"Hanya bercanda, chill babe."

Tawanya memenuhi mobil dan mengalahkan suara tape yang sedang beralun pelan. "Lucu sekali, huh." Sedetik kemudian ponselku berbunyi dan menandakan Niall yang menghubungiku.

"Zayn..."

"Siapa?"

Tak menjawab pertanyaannya aku langsung mengangkat teleponnya.

"Whoa, kau mengangkat teleponku? Bagaimana bisa? Apa kekasihmu sedang tidak ada disampingmu?" Aku memutarkan bola mataku malas, sopan sekali.

"Hai juga."

"Huh? Oh. Hai Barbara sayang, aku merindukanmu."

"Jangan memanggilku dengan sebutan itu, menjijikan." Zayn langsung menatapku dengan tatapan bertanya dan tentunya aku menghiraukannya.

"Menjijikan tapi kau pernah menyukainya, bukan?" Terdengar kekehan khasnya yang sudah lama kurindukan.

"Ya begitulah, tapi itu dulu, sayangnya begitu."

"Aku mengerti, Barb. Omong-omong apa kau punya waktu untukku? Aku ingin berbicara sesuatu yang sangat serius, bagaimana jika aku jemput satu jam lagi?"

"Aku tidak bisa, Zayn mengajakku kencan."

"Sepulang dari kencan? Aku bisa menunggumu jika kau mau." Aku melirik Zayn sekilas lalu mendengus pelan.

"Aku tidak bisa, lain waktu?"

"Lain waktu? Bagaimana besok malam kujemput?" Aku menimbang-nimbang keputusan yang tidak mudah, apa Zayn mengizinkan?

"Tentu."

"Yeah, aku benar-benar merindukanmu sekarang. Selamat bersenang-senang, dan sampai jumpa, maaf mengganggu kencanmu."

"Tak apa, sampai jumpa."

Setelah aku kembali mengunci ponselku, Zayn kembali menanyakan siapa penelepon itu. "Niall." Jawabku enteng sembari bersenandung. "Apa yang kalian bicarakan?" Aku memutar mataku malas, ia sangat ingin tahu rupanya.

"Ia mengajakku untuk bertemu hari ini, dan aku menolaknya."

"Lalu?"

"Lalu? Apa?"

Zayn mendengus kesal lalu memberhentikan mobilnya di parkiran tempat pusat perbelanjaan tengah kota. "Lalu bagaimana?" Tanyanya lagi tanpa membuka kunci mobilnya. "Aku akan bertemu dengannya besok malam," "Tidak ada penolakan." Lanjutku cepat saat ia akan membuka mulut untuk protes.

"Fine."

-

Nih udah panjang banget mayanlah 1500+ words buat gantiin lama update gue. Dan udah ini gue mau dabel, tapi gue minta disini komen yang banyak ;) makin banyak makin semangat gue nulisnya dan mungkin sampe jadi triple apdet, mau?

Maap ya jarang update tapi udah ini bakal sering update lagi kok ;)

Oiya ada yang minta diingeti wktu itu,
Back For You udah update kemarin, dan feedbacknya dikit banget jadi ga mood lanjutin :(

Sooo thankyou yang mau dan udah nungguin, i love you as always <33

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 531K 48
❝Kata mama, permainan ini bisa bikin meninggal.❞
18K 370 23
18+ ⚠️Cerita ini mengandung unsur dewasa. Harap bijak dalam memilih bacaan⚠️ ------ -------------- Matthew mencintai adiknya meski mungkin perasaan n...
198K 30.7K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
3.7K 242 36
CINTA!! Apa aku bisa hidup dengannya? Dia seorang Idol, sedangkan aku hanya seorang yang biasa saja bahkan aku mungkin ada dibawahnya jika dibanding...