Malam ini, Keluarga besar Aryan tengah mengadakan acara ulang tahun Zarra di rumahnya yang megah. Wanita itu nampak elegan dengan apa yang ia kenakan. Zarra terlihat awet muda.
Acaranya tak mengundang banyak orang. Hanya keluarga besar, Teman semasa SMA dan rekan bisnis. Keempat sahabat Aryan juga hadir di sana.
Malam ini, Putri kecil keluarga itu terlihat sangat cantik. Snora asik bermain, Sementara Kinara dan Zarra menemani tamu-tamu.
Aryan dan sahabatnya tengah berada di rooftop. Pemandangan di rooftop juga tak kalah indah karena sudah di dekor.
Mata kinara bergerilya mencari keberadaan Sheren. Sejak acara di mulai, Ia belum melihat si gadis ulat bulu itu? Atau jangan-jangan..., Ada yang tengah ia rencanakan? Mengingat siang tadi saat Aryan memperlihatkan beberapa pilihan gaun untuk Kinara dan Sheren tiba-tiba saja Snora datang dan melarang Papahnya untuk membelikan gaun untuk Sheren.
Dari wajahnya tentu gadis itu sangat marah. Karena rasa sayang Aryan terhadap Snora begitu besar, Maka ia menuruti permintaan Snora untuk tidak membelikan gaun untuk Sheren. Dan Aryan menyuruh gadis itu untuk membeli sendiri.
"Bun, Nara pergi dulu, ya?" ucap Kinara sambil berbisik.
"Oh, iya Ra."
Kinara berlari kecil mencari keberadaan Sheren. Di kamarnya tidak ada. Di dapur, di kamar mandi, di ruang makan juga tidak ada.
Akhirnya ia memilih pergi ke rooftop di sana ada Aryan dan teman-temannya yang tengah bermain gitar. Rooftop rumah Aryan itu sangat besar. Di sebelah kiri ada saung mini yang di buat untuk sekedar duduk-duduk sambil bermain gitar seperti yang Aryan lakukan saat ini. Di dekat saung ada kolam ikan. Di tengahnya lapangan basket. Ya, karena Aryan gemar bermain basket.
Sedangkan di sisi kirinya terdapat tempat untuk berwudhu dan tempat untuk beribadah bagi yang agamanya muslim.
Mata Kinara kembali bergerilya mencari sosok Sheren. Namun nihil, gadis itu tak ada. Saat hendak melangkah pergi, suara Aryan menghentikan gerakannya.
"Ale!"
"Ya?"
"Kamu ngapain? Cari siapa?"
"Cari kamu." Jawab Kinara berbohong. Saat ini mereka berbicara sambil sedikit teriak karena jaraknya cukup jauh.
"Aku di sini kok, Sama yang lain."
"Oke! Dilanjut ya!" setelah itu Kinara pergi. Tujuan terakhir adalah kolam renang. Dirinya berjalan menuju kolam renang dan langkahnya terhenti melihat seorang gadis duduk di pinggir kolam dengan kedua kaki yang sengaja di ceburkan.
Sheren hanya menggunakan baju biasa. Tidak memakai pakaian seperti yang di gunakan Kinara. Ada apa?
"Gue benci banget sama anak haram itu!" teriaknya.
Kinara yang mendengar ucapan Sheren barusan tentu merasa kaget. Kinara tau siapa yang gadis itu maksud. Buru-buru ia mencari tempat persembunyian untuk menguping apa saja yang di katakan ulat bulu.
"Baru kali ini gue sebenci itu sama anak kecil."
"Dasar! Anak hasil hubungan gelap!" ucap Sheren sambil memukul air.
Mendengar itu dada Kinara terasa sesak. Lagi, Dirinya lagi-lagi mendengar ucapan tak mengenakan. Jika dulu ia mendapatkan ucapan yang tak mengenakan dari Papahnya, Kini ia mendapatkan itu dari orang asing yang tinggal di rumahnya.
Ini sungguh sakit. Saat darah daging di sebut seperti itu.
"GUE PENGEN LO MATIII!!!" Sheren memukul-mukul air yang ada di kolam itu. Suasana di kolam sangat sepi, Mangkanya Sheren berani berkata seperti itu.
"Yang harusnya mati itu lo, bocah haram! Bukan temennya Aryan!"
"Gue udah sewa orang buat nabrak tu bocah tapi bodohnya temen Aryan malah ngelindungin bocah itu!" Sheren mendengus kesal.
Kinara menganga tak percaya. Jadi? Kecelakaan itu sudah di rencanakan? Dan Sheren yang merencanakannya? Sialan!
"Oh, Jadi lo penyebab kematian Galang?"
Sheren bergeming di tempat mendengar suara yang tak asing di telinganya.
"Dan niat utama lo ternyata buat bunuh anak gue? Iya?"
"Lo tega banget gila! Perbuatan lo bisa gue laporin ke polisi tau gak?!" suara Kinara terdengar meninggi.
Sheren bangkit dari duduknya kemudian menatap tajam Kinara sambil tersenyum miring.
"Iya, itu semua gue yang rencanain."
"Gue pengen banget anak lo mati. Dan setelah itu, Lo akan menyusulnya."
Plak!
Satu tamparan dilayangkan Kinara tepat di pipi kanannya. Tidakkah ada rasa bersalah sedikit pun di dalam diri gadis itu? Dia telah merenggut nyawa seseorang, dan seseorang itu adalah Galang.
Meskipun mengidap penyakit, Kinara yakin Galang akan hidup lebih lama lagi jika saja gadis bersifat iblis itu tidak merencanakan hal sekeji itu.
"Tega lo!"
"Karena lo, Kami semua harus kehilangan sosok yang sangat dekat dengan kami!" bentak Kinara sambil menahan tangisnya. Wajah Galang kembali teringat.
"Yang harusnya mati juga bukan temennya Aryan! Tapi anak lo!" Sheren tak mau kalah.
"Lo tunggu sini. Gue bakal kasih tau semua orang apa yang telah lo perbuat. Dan setelah ini lo bakal hidup di balik jeruji besi."
Saat hendak membalikan badan, tiba-tiba pergelangan tangan Kinara di cekal oleh Sheren membuat Kinara terpaksa membalikan badannya.
"Sampai lo ngasih tau semua orang, malam ini juga bakal gue buat anak yang ada di dalam perut lo itu mati. Bila perlu sama Ibunya." bisik Sheren.
Kinara terkejut mendengarnya. Dari mana dia tahu kalau Kinara tengah mengandung? Bahkan rencananya malam ini ia akan memberitahukan semuanya prihal kabar gembira itu.
"Gak akan pernah bisa." ucap Kinara sambil melangkah pergi.
Bugh!
"Arghhh!!!" Kinara mengerang saat merasakan sakit yang teramat sangat di belakang kepalanya. Saat ia pegang belakang kepalanya itu, ternyata ada darah. Kepalanya bocor. Ia membalikan badan dan betapa terkejutnya ia melihat Sheren yang sekarang terlihat seperti psikopat dengan kayu di tangan kanannya.
"Mau kemana lo?" Sheren maju mendekatkan dirinya dengan Kinara. Bersamaan dengan itu, Kinara juga berjalan mundur ke belakang. Namun sial, dirinya terjatuh. Ia merasakan sakit pada bokongnya. Namun perutnya masih sempat ia selamatkan.
"MAU LAPORIN GUE KE POLISI LO, IYA?!"
Bugh!
Satu pukulan di layangkan Sheren tepat di lengan Kinara membuat wanita itu menangis kesakitan. Sheren memukulnya terus menerus.
"MAU NGASIH TAU SEMUA ORANG ATAS APA YANG GUE PERBUAT?"
Bugh!
"Sheren! Sakit!" teriak Kinara sambil menangis.
Sheren berjongkok menyetarakan tingginya dengan Kinara.
"Sakit? Gue gak peduli! Lebih sakit saat tau temen masa kecil yang sudah gue impikan kelak akan menikah sama gue tiba-tiba dia menikah dengan perempuan yang udah rusak!" suara Sheren terdengar meninggi.
"Tolong!!! Tolonggg!!!" Kinara nampak tak peduli dengan ucapan Sheren. Ia lebih memilih untuk meminta tolong. Harusnya tadi ia membawa ponsel.
Tiba-tiba saja mulut Kinara di tutup dengan telapak tangan Sheren. Rambutnya di tarik kasar membuat Kinara kesakitan.
"Sampe lo teriak minta tolong, Kayu ini, bakal gue gunain buat mukul perut lo sekeras mungkin." bisiknya dengan nada mengancam.
Kinara tak takut ia mencoba melawan Sheren dengan menendangnya sekuat tenaga membuat Sheren terjungkal ke belakang.
Merasa ada kesempatan untuk pergi, Dengan langkah tertatih Kinara berjalan hendak pergi dari kolam namun ia merasakan perih yang teramat sangat saat Sheren manarik rambutnya dengan kasar dan membawanya ke tepi kolam.
Kondisi Kinara sungguh menyedihkan. Lengan kanan kirinya penuh luka berwarna ungu kebiru-biruan. Sikutnya berdarah dan rambutnya berantakan.
Tangan kanan Sheren beralih ke leher Kinara. Ia mencekik leher Kinara. Kinara berusaha melepaskannya, Namun ternyata tenaga Sheren jauh lebih kuat.
Kinara kesulitan bernapas. Berkata-kata saja rasanya sulit. Melihat Kinara menderita seperti ini entah kenapa ada kepuasan di dalam diri Sheren.
"Puas banget gue, puas karena malem ini bisa nyiksa lo semau gue."
"Orang-orang gak akan mendengar kita, Karena suara pesta jauh lebih besar."
"Mau minta tolong sama Aryan? Gak! Aryan gak bakal datang!" Sheren mengencangkan kembali cekikannya.
Kinara benar-benar kesulitan bernapas. Tangannya yang ia gunakan untuk mencoba melepaskan tangan Sheren dari lehernya, Kini ia gunakan untuk menonjok perut gadis itu dengan sisa tenaganya.
"Ahhhh!!!" Sheren melepaskan tangannya dari leher Kinara. Kedua tangannya ia gunakan untuk memegangi perutnya yang terasa sakit karena tonjokan dari Kinara.
"SIALAN LO JALANG!"
Byur!!!
Baru saja mengambil napas banyak-banyak. Dirinya harus di dorong ke dalam kolam yang kedalamannya 3 meter. Kinara yang tak bisa berenang pun berusaha melambai-lambaikan kedua tangannya. Sheren tersenyum miring dan memilih pergi.
"Tol-tolngg!"
"A-aryan!!"
"To-tolong!"
Namun sepi, tak ada yang menolongnya. Apakah Kinara akan mati di kolam ini? Entahlah, wanita itu pasrah saat kakinya mulai terasa kram.
"Kak, Kinara!"
Byur!!!
Seorang laki-laki yang mengenakan jas berwarna hitam merasa bosan dengan suasana pesta. Ia memilih pergi ke kolam renang. Saat itu ia terkejut dengan sosok yang mengambang di kolam. Saat di lihat dengan seksama, ternyata itu Kinara. Buru-buru laki-laki itu melepas jas dan mengeluarkan ponselnya dan langsung menceburkan diri ke kolam.
Ia membawa tubuh Kinara ke tepi kolam dan menutupnya dengan jas yang tadi sempat ia buka. Ia terkejut dengan kondisi Kinara yang badannya penuh luka lebam.
Laki-laki itu segera menelpon Aryan. Dan tak lama kemudian tempat itu ramai.
"Ale!" Aryan berlari menghampiri Kinara. Pahanya ia gunakan untuk memangku kepala Kinara.
"Kamu kenapa?" tanyanya sambil menangis.
"Istri gue kenapa, Dam?" tanya Aryan pada sepupunya yang bernama Sadam.
"Gue gak tau Bang, saat gue tiba di sini tiba-tiba Kak Kinara udah ngambang di air. Feeling gue dia berusaha minta tolong, namun gak ada yang nolongin. Entah karena kram atau kehabisan tenaga, jadinya dia pingsan." Sadam, laki-laki yang duduk di kelas 11 SMA itu menerka-nerka.
"Kok Kinara bisa sampai kecebur, ya?" tanya Venus.
"Kalau kecebur si gak mungkin, gue rasa ada yang nyeburin dia ke kolam," ucap Cakra.
Zarra tidak ada di sana. Ia tengah bersama Snora, sengaja menemani Snora agar bocah itu tidak tau apa yang sedang menimpa Mamahnya. Dalam hati Zarra berdoa, semoga Kinara baik-baik saja.
Aryan segera memberikan nafas buatan untuk Kinara. Gadis itu terbatuk-batuk. Dan dengan sigap, Libra memberikan botol air mineral pada Kinara.
Wanita itu langsung menangis. Mereka yang bertanya termasuk Aryan, sama sekali tak di jawab oleh Kinara.
Yang wanita itu ucapakan hanya kata Jahat, Sakit, dan Mati. Akhirnya Cakra menyarakan untuk tidak menanyakan apapun dulu pada Kinara. Tunggu sampai kondisinya membaik baru tanyakan apa yang terjadi. Kinara pun di bawa ke kamarnya.
Malming udah double up ya.
Uhh baik bgt siii authornya....
Nurutin permintaan readersnya teruzzzzzzz