Papah Untuk SNORA [End]

By GUEACHAA

4.5M 373K 12.4K

"Hah? Menikah sama lo?!" -Kinara Alecya Hamid "Iya, kenapa? Jangan sok nolak deh, anak lo itu butuh Papah. D... More

01. Flashback
02. Ngidam rujak
03. Siksaan
04. Kesempatan untuk keluar
05. Apartemen Aryan
06. Pergi ke sekolah
07. Membeli perlengkapan baby
08. Ke rumah mecca
09. Tentang kinara
10. Pacar-pacar Aryan
11. Kinara dan Keisya?
12. Welcome baby
13. SNORA
15. Bertemu seseorang
16. Tangisnya Kinara
17. Reaksi mereka
18. Katakan putus
19. Ke rumah keisya
20. Menikah
21. Telur gosong aryan
22. Kembali bersekolah
23. Menyenangkan istri dan anak
24. Balapan
25. Hilang ingatan?
26. Asi
27. Niat jahat keisya
28. Dia terlihat lucu
29. Papah jahat!
30. Permintaan maaf yang di tolak
31. Dia pergi
32. Aryan?
33. Sakit
34. Tamu tak di undang
35. Positif atau negatif?
36. Masa lalu
37. Aku salah, aku minta maaf
38. Rasa peduli
39. Baikan?
40. Wisuda
41. Pengakuan
42. Jangan salah paham
43. two years later
44. Teman baru snora
45. Mengantar Snora ke sekolah
46. Dia siapa?
47. Si ulat bulu
48. Kumpul untuk Nobar
49. Balon berbentuk hati
50. Snora dan Galang
51. Hari duka
52. Dia dan segala kenangannya
53. Ulang tahun Bunda
54. Amarah Aryan
55. Ke rumah sakit
56. Selesai
Extra part
Infooo!!!
Extra part 2
Info update!!!
Just info!

14. Pulang ke rumah

91.7K 8.5K 206
By GUEACHAA

Morning!
Aku cuma mau ngingetin buat
Kalian yg baca crita ini dari pertengahan aja, aku saranin
Baca dulu dari part pertama ya...
Biar kalian ngerti sama jalan critanya.

Oia satu lagi, follow juga
Ya akun aku:) votmennya juga jangan lupa yh guys.

Happy reading~

"Tunggu di depan" ucap Aryan sebelum laki-laki itu berlalu untuk mengambil kunci mobilnya.

Kinara yang tengah menggendong Snora itu sudah berdiri di samping mobil milik Aryan. Menunggu laki-laki itu datang.

"Lama gak?" Tanya Aryan sambil membukakan pintu untuk Kinara. Gadis itu tersenyum lalu menggeleng dan masuk ke dalam.

Di dalam mobil, Aryan melihat jelas wajah khawatir Kinara. Apa yang Kinara rasakan sekarang pun Aryan tahu. Mereka akan pergi ke rumah Kinara hari ini.

"Tenang, jangan takut. Kan ada gue." Ucap Aryan menenangkan. Kinara tersenyum.

Mobil itu berhenti di depan gerbang yang menjulang tinggi. Keduanya turun dari mobil itu. Seorang satpam berlari kecil membukakan pintu, betapa terkejutnya satpam itu melihat siapa yang datang. Kinara menunduk, Aryan menggenggam tangan Kinara lalu mengajaknya masuk ke dalam.

Tepat di depan pintu rumah Kinara, jantung gadis itu semakin berdetak tak karuan. Napasnya tiba-tiba terasa sesak. Kinara takut.

Tangan Aryan memencet bel rumah itu, tak lama kemudian seorang asisten rumah tangga membukakan pintu. Dahi Kinara mengkerut, Kenapa Mbak Ola yang membukakan pintu? Biasanya Bi Jannah. Wanita yang membukakan pintu itu sontak terkejut melihat kedatangan Kinara.

"Non Ki-kinara? Ayok Non, masuk" wanita itu mempersilahkan untuk masuk.

Tiba-tiba Aryan melepas genggamannya, Kinara terlihat bingung. Tatapannya seolah bertanya.

"Lo aja yang masuk." Ucap Aryan.

"Takut, Ar" lirih wanita itu.

"Gak, jangan takut. Gue di sini Ra, gue di luar"

"Kalau mereka nyakitin lo, baru gue bakal masuk ke dalem" ucap Aryan. Kinara mengangguk pelan.

Perlahan kakinya masuk ke dalam rumah itu. Hawa dingin langsung menerpanya. Rumah ini adalah rumah Kinara sejak kecil, ia tumbuh dan besar di rumah ini. Namun mengapa bangunan ini terasa asing sekarang?

"Non duduk dulu ya, Mbak panggilin Ibu" ucap Mbak Ola. Salah satu Art di rumah itu. Kinara mengangguk.

Matanya menatap wajah cantik sang anak, bayinya sangat lucu.

Terdengar suara seperti orang menuruni tangga. Kinara menelan salivanya kasar. Jangan tanyakan bagimana perasaan wanita itu sekarang.

"Kinara?" Suara itu, suara yang amat sangat Kinara rindukan. Suara yang dulu hampir setiap pagi tak pernah absen membangunkan Kinara. Suara yang sangat tak asing di pendengarannya. Tuhan, Kinara rindu pemilik suara ini.

Kinara berdiri lalu perlahan mengangkat wajahnya menatap wanita yang kini berdiri di hadapannya. Wanita itu menutup mulutnya dengan kedua tangannya, sedangkan matanya mulai berkaca-kaca. Wanita itu melihat Kinara dari bawah hingga atas, Andini merindukan anak keduanya.

"Mamah" lirih Kinara. Rasanya gadis itu ingin segera memeluk Mamahnya, namun Kinara takut. Bagaimana jika Andini menepisnya? Bukankah Andini juga membenci Kinara?

"Anak Mamah..." Andini maju beberapa langkah. Mempertipis jarak antara dia dan putrinya.

"Anak Mamah" ucap Wanita itu lagi. Tangannya bergetar mengelus halus rambut hitam milik Kinara.

"Maaf, Mah."

"Maafin Kinara." gadis itu tak tahan, ia langsung memeluk tubuh Mamahnya dan terisak di sana. Tangan Andini bergetar membalas pelukan Kinara. Air matanya jatuh membasahi pipi.

"Mamah yang minta maaf sama kamu, Ra." ucap Andini.

"Maafin Mamah." cicit wanita itu.

Kinara menghapus air mata yang membasahi wajah wanita yang telah melahirkannya.

"APA INI?!"

Mata Kinara melebar kala mendengar suara itu. Suara yang sangat Kinara takutkan. Rasanya Kinara tak berani membalikan badannya melihat orang itu. Ia mengeratkan gendongannya.

"Masih ingat pulang kamu?"

"Saya pikir sudah mati!" Ucap laki-laki itu. Kalimatnya sungguh menyakiti hati Kinara.

Dengan segenap keberanian, Kinara membalikan badannya. Kini membelakangi Mamahnya.

"Maafin Nara Pah," ucap Kinara sambil menunduk.

"Kinara ke sini cuma mau ngasih tau kalau Kinara udah melahirkan, dan ini anak Kinara. Cucu kal—"

"BUKAN CUCU KAMI!"

"GAK SUDI SAYA PUNYA CUCU KAYAK DIA! ANAK YANG DI BUAT DARI HASIL HUBUNGAN GELAP!"

"CIH, SANGAT MENJIJIKAN!"

Hati Kinara mencelos mendengarnya. Kenapa harus berkata seperti itu? Mereka boleh membenci Kinara, tapi jangan bayinya. Bayi ini salah apa? Dia tak salah apa-apa.

"Papah, tahan Pah" Andini berjalan mendekat kearah Hamid lalu mengusap punggung laki-laki itu.

"Mau kamu melahirkan, atau kamu mati pun saya gak peduli! Malah lebih baik kamu mati sekalian! Biar keluarga ini gak ada aib lagi!" Ucap Hamid. Kata-kata begitu menusuk.

"Kamu itu bukan anak kami lagi!"

Jleb!

Untuk pertama kalinya Kinara mendengar kata-kata itu dari mulut Hamid. Inilah yang Kinara takutkan, takut jika suatu saat Hamid mengatakan hal itu dan kini terjadi. Dada Kinara rasanya sesak.

"Papah boleh benci Kinara, Kalian boleh benci aku."

"Tapi jangan benci anak aku, bayi ini salah apa sama kalian? Tolong jangan benci anak Kinara" ucap Kinara sambil menangis.

"Bagaimana kalau anak ini sudah bisa bicara? Dan menanyakan dimana Kakek dan Neneknya? Apakah pantas jika Nara jawab kalau Kakek dan Neneknya sudah meninggal?"

"Kinara tau, kinara paham betul kalian benci Kinara. Tapi jangan benci bayi gak berdosa ini."

"Kalau gak bisa sayangin Kinara lagi, setidaknya sayangin anak Kinara Mah... Pah..."

"Gak usah ngemis minta kasih sayang! Sampai kapanpun saya gak sudi menganggap anak haram itu sebagai cucu saya!"

Kinara menganga tak percaya. Anak haram?

"Jangan bilang kalau anak gue itu adalah anak haram!" Ucap Kinara penuh penekanan. Ia diam jika dirinya yang di hina dan di rendahkan, tapi sebagai seorang Ibu, Kinara tak bisa diam jika ada kata-kata yang tak mengenakkan untuk anaknya.

"SELAMA INI GUE DIEM!"

"SELAMA INI GUE TERIMA PERLAKUKAN KASAR DAN KATA-KATA KASAR DARI KALIAN!"

"TAPI SEKARANG GAK LAGI!"

"LO, BOLEH HINA GUE, TAPI JANGAN ANAK GUE SIALAN!" Ucap Kinara sambil menendang meja di sampingnya.

Hamid tertawa remeh sambil bertepuk tangan melihat itu.

"Hahaha, lihat kan Mah, anak ini sudah berbeda"

"Dia liar, sangat berbeda jauh dengan Kenzie" ucap Hamid membanding-bandingkan.

"Kenzie mana pernah berprilaku seperti itu? Anak saya itu anak berpendidikan dan punya sopan santun, tidak seperti dia!" ucap Hamid menatap sinis kearah Kinara.

"Terserah! Terserah kalian mau anggep aku anak kalian atau bukan! Aku udah gak perduli!"

Mata Hamid memerah, wanita ini sungguh menyebalkan.

BRUK!

Hamid mendorong kasar tubuh Kinara kebelakang. Gadis itu terjatuh tapi beruntung Kinara masih bisa melindungi bayinya. Sikutnya terasa begitu sakit.

"DASAR ANAK SIALAN!"

"WANITA MURAHAN! JALANG!"

"SUDAH BERANI KURANG AJAR YA SAMA SAYA?!" Ucap Hamid. Kinara nampak berusaha untuk bangun.

"Kenapa harus takut?" Jawab Kinara sambil menaikan satu alisnya.

Plak!

Wajah wanita itu tertoleng ke samping, kali ini tamparannya sangat keras. Hingga pipi yang putih itu nampak biru kemerah-merahan.

"Pah! Tahan emosinya Pah!" Peringat Andini yang tak di hiraukan oleh Hamid.

"Sakit njing sakit!"

"Lo pikir gak sakit apa yah?"

"Gue ini anak perempuan, pantas gak di dorong, di tampar kayak tadi?" Tangis Kinara semakin kejar. Dimana Aryan? Kinara membutuhkan laki-laki itu.

"Kamu pikir saya peduli apa yang kamu rasain, hm? Gak! Saya gak peduli!" Hamid menendang perut Kinara hingga wanita itu jatuh lagi kebelakang. Bayi itu menangis.

Sumpah demi apapun, ini sangat sakit. Perut juga bokong Kinara rasanya begitu sakit.

"Gak usah kasar kayak gitu bisa gak lo?" Suara itu lantas membuat ketiganya menoleh. Dia Aryan, laki-laki itu berjalan menghampiri Kinara lalu membantu wanita itu untuk berdiri. Aryan mengambil Snora yang tengah menangis itu dari gendongan Kinara. Lalu maju mendekat kearah Hamid.

"Lo ini apa? Seorang Papah?"

"Sebenci-bencinya orang tua sama anak, kayaknya gak ada yang sampe segila lo deh." Ucap Aryan.

"Punya hati gak sih lo? Perlakukan lo ini bisa gue laporin ke polisi."

"Pantes gak lo nendang anak lo kayak gitu?"

"HALAH! KAMU INI SIAPA?! ORANG ASING GAK PERLU IKUT CAMPUR!"

"Oh gue? Gue calon suaminya Kinara" ucap Aryan. Sementara Kinara berlindung di belakang Aryan sambil mencengkram kuat baju laki-laki itu.

"Gue gak suka calon istri gue di perlakukan kayak gitu." Kata laki-laki itu lagi.

Sementara Andini hanya terdiam, ia tahu siapa pemuda itu. Dia adalah Aryan anak Almarhum Dhyo Atharel dan Zarra Patricia pengusaha tas terkenal di kota Jakarta.

"Ayo Le, kita pulang" ucap Aryan sambil mengajak Kinara keluar dari rumah itu.

"Dengar!"

Kinara dan Aryan menghentikan langkahnya di depan pintu. Menunggu kata-kata selanjutnya dari mulut Hamid tanpa membalikan badan.

"Saya gak akan merestui hubungan kalian!" Ucap Hamid.

Aryan yang mendengar itu lantas membalikan badan lalu tertawa.

"Restu? Apa itu restu? Memang lo siapa? Kan lo bilang Kinara bukan anak lo? Jadi kami gak butuh restu lo, kocak!" Ucap Aryan lalu menarik tangan Kinara keluar dari tempat itu.

Setelah keluar, langkah Kinara terhenti. Aryan pun ikut berhenti. Tak jauh dari tempat mereka berdiri, di sana ada laki-laki yang berdiri menatap mereka berdua. Wajah tampan itu sangat dirindukan oleh Kinara.

Wajah tampan dengan kulit putih itu sungguh dirindukannya.

Rasanya Kinara ingin memeluk Kenzie, tapi untuk apa? Kenzie pun sama dengan mereka. Dengan berat hati Kinara memilih jalan dan melewati Kenzie. Saat hendak melewati laki-laki itu, pergelangan tangan Kinara di tahan. Wanita itu membalikan badan pun dengan Aryan.

"Gak kangen gue?" Tanya laki-laki itu. Kinara mengedip tak percaya mendengarnya.

"Ara lo gak kangen gue?" Tanya laki-laki itu lagi. Oh Tuhan, sungguh Kinara merindukan panggilan itu. Hanya Kenzie yang memanggilnya dengan sebutan Ara.

"Enggak" jawab Kinara.

"Bukannya lo benci gue? Haha" Kinara tersenyum hambar.

"Kapan? Kapan gue bilang kayak gitu? Pernah gue bilang kalau gue benci lo? Gue gak benci, gue cuma kecewa." Kata Kenzie.

"Peluk gue." Pinta Laki-laki itu.

"Hah?"

"Peluk gue, Ra!" Titah Kenzie. Kinara langsung memeluknya. Bau minyak wangi Kenzie sungguh di rindukan oleh Kinara.

Dulu, setiap kali Kinara tak bisa tidur. Dia akan pergi ke kamar Kenzie. Dan tidur bersama laki-laki itu, Kenzie dengan senang hati menerimanya. Kinara akan tidur sambil memeluk Kenzie, dia merasa hangat di sana.

"Lo tau Ken, Papah tad—"

"Gue tau." Potong laki-laki itu lalu melepaskan pelukannya.

"Udah jangan nangis, lo kuat Ra."

"Oh ya ini siapa?" Tanya Kenzie sambil menunjuk bayi yang Aryan gendong.

"Menurut lo?"

"Eum, anak lo?" Tanya Kenzie memastikan. Kinara mengangguk.

"Cewe?" Tanya laki-laki itu lagi dan Kinara mengangguk.

"Lo mau gendong?" Tanya Aryan. Kenzie menggeleng.

"Gak, gue gak bisa gendong anak kecil." tolak laki-laki itu.

"Lo siapanya Kinara?"

"Calon suaminya." Jawab Aryan santai .

"What the fuck?! Serius gila"

"Serius anjing"

"Calon suami lo, Ra?" Tanya Kenzie masih kurang yakin. Kinara mengangguk pelan.

"Oh."

"Gue titip Ara, jaga dia, kalau lo bener sayang sama dia gue harap lo bakal jaga dia dan lindungin dia."

"Tapi jangan main-mainin dia, kalau lo cuma mau main-main mending jangan sama adek gue, kasian." Kata laki-laki itu lagi.

"Lo tenang aja, btw nama gue Aryanza"

"Gue Kenzie."

"Gue sama Kinara balik dulu, mau obatin pipi Kinara" ucap Aryan. Kenzie mengangguk.

Saat hendak memasuki mobil, Kenzie memanggil Kinara dengan sedikit teriak.

"Apa?" Tanya wanita itu.

"Jangan lupa buka blokiran gue." Kata Kenzie. Kinara tersenyum lalu mengangguk dan masuk ke dalam mobil itu.

Continue Reading

You'll Also Like

6M 529K 85
"AAAAAAAA KAKI GUE MAU DICOMOT MANTAN!" Dasha menjerit sejadi-jadinya. "Pengeng kuping saya! Turun cepat!" ucap Gara dengan nada tinggi. Guk guk guk ...
2.2M 158K 57
[LENGKAP] [PROSES REVISI] Call Me Laras! Seorang gadis SMA yang baru dipindahkan Sekolah oleh orangtuanya, kemudian bertemu dengan Kaka Kelas dengan...
616K 24.3K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1M 15.3K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+