Papah Untuk SNORA [End]

By GUEACHAA

4.8M 383K 12.6K

"Hah? Menikah sama lo?!" -Kinara Alecya Hamid "Iya, kenapa? Jangan sok nolak deh, anak lo itu butuh Papah. D... More

01. Flashback
02. Ngidam rujak
03. Siksaan
04. Kesempatan untuk keluar
05. Apartemen Aryan
06. Pergi ke sekolah
07. Membeli perlengkapan baby
08. Ke rumah mecca
09. Tentang kinara
10. Pacar-pacar Aryan
12. Welcome baby
13. SNORA
14. Pulang ke rumah
15. Bertemu seseorang
16. Tangisnya Kinara
17. Reaksi mereka
18. Katakan putus
19. Ke rumah keisya
20. Menikah
21. Telur gosong aryan
22. Kembali bersekolah
23. Menyenangkan istri dan anak
24. Balapan
25. Hilang ingatan?
26. Asi
27. Niat jahat keisya
28. Dia terlihat lucu
29. Papah jahat!
30. Permintaan maaf yang di tolak
31. Dia pergi
32. Aryan?
33. Sakit
34. Tamu tak di undang
35. Positif atau negatif?
36. Masa lalu
37. Aku salah, aku minta maaf
38. Rasa peduli
39. Baikan?
40. Wisuda
41. Pengakuan
42. Jangan salah paham
43. two years later
44. Teman baru snora
45. Mengantar Snora ke sekolah
46. Dia siapa?
47. Si ulat bulu
48. Kumpul untuk Nobar
49. Balon berbentuk hati
50. Snora dan Galang
51. Hari duka
52. Dia dan segala kenangannya
53. Ulang tahun Bunda
54. Amarah Aryan
55. Ke rumah sakit
56. Selesai
Extra part
Infooo!!!
Extra part 2
Info update!!!
Just info!

11. Kinara dan Keisya?

99.5K 9K 226
By GUEACHAA

Pagi itu Kinara nampak lebih dulu bangun. Ia beranjak dari kamar menuju dapur untuk membuatkan sarapan untuk Aryan dan dirinya.

Sementara Aryan, laki-laki itu masih tertidur pulas di atas sofa.

Setelah selesai membuat nasi goreng dengan telur mata sapi di atasnya, Kinara meletakkan kedua piring itu di atas meja makan. Tak lupa ia juga membuat teh hangat.

Kinara terdiam sesaat ketika mendengar suara bel. Siapa yang datang pagi-pagi seperti ini? Tebakannya adalah Venus. Ya, mungkin Venus.

Kinara berjalan menuju pintu. Membuka pintu itu perlahan lalu dirinya bergeming saat di hadapannya berdiri sosok wanita berambut panjang dengan pakaian yang terlihat sexy.

Kinara yang saat itu tengah memegang cangkir teh, reflek menjatuhkan cangkir itu hingga menjadi serpihan dan menimbulkan suara yang cukup keras.

Suara itu mampu membuat Aryan yang tengah tertidur itu pun sontak terbangun. Aryan menghampiri Kinara. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang datang. Keisya?

Mulut Keisya menganga melihat Aryan yang baru saja datang dengan wajah yang terlihat habis bangun tidur, ia tak mengenakan baju, hanya celana pendek berwarna hitam. Terlebih lagi wanita di hadapannya mengenakan celana pendek dan baju oversize. Tapi tunggu, dia sedang hamil?

"Kalian..."

"Gue bisa jelasin Kei" ucap Aryan. Suaranya masih terdengar seperti orang yang baru bangun tidur.

"Lo siapa?" Tanya Keisya. Nada bicaranya seolah terdengar tajam di pendengaran Kinara.

"Bisu? Gak bisa jawab lo?" Ucap Keisya.

"Kei—"

"Gue gak ngomong sama lo, Ar. Tapi sama cewe ini!" Keisya menunjuk Kinara.

"Jawab dong!" Bentak Keisya.

"Gu-gue..., Temennya Aryan" ucap Kinara sambil menunduk.

"Terus lo ngapain berada di apartemen Aryan? Kalian cuma berdua di sini?" Tanya Keisya. Aryan dan Kinara kompak mengangguk.

"Shit! Murah banget lo." Ucap Keisya sambil tersenyum hambar.

"Atau jangan-jangan lo adalah cewe yang menjual diri untuk memuaskan nafsu laki-laki ya?"

PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri Keisya membuat wajahnya tertoleng ke samping. Keisya memegangi wajahnya yang terasa begitu nyeri.

"Lo siapa berani nampar gue sial—" saat hendak menampar Kinara balik, dengan cepat Aryan menahan tangan Keisya sebelum tangan itu mendarat di pipi Kinara.

"Gak usah ribut pagi-pagi." Ucap Aryan datar lalu melepaskan tangan Keisya.

"Lo marah ketika gue bilang kayak gitu hah? Padahal apa yang gue bilang itu bener kan?! Dan anak yang lo kandung pasti anak has—"

"STOP KEI!" Potong Aryan.

"Gak usah nuduh-nuduh yang enggak-enggak. Ucapan lo tanpa sadar itu udah nyakitin perasaan orang"

"Kalau gak tau yang sebenarnya terjadi, gak usah ngomong yang enggak-enggak. Apalagi ribut pagi-pagi begini, malu." Ucap Aryan.

Hati Keisya rasanya mencelos, Aryannya sudah berbeda. Akhir-akhir ini memang Aryan berbeda, dan Keisya menyadari hal itu. Dia nampak lebih cuek dan tak banyak omong. Ini semua karena wanita murahan itu.

"Mending lo pulang, Kei" ucap Aryan lagi.

Keisya tak mampu membendung air matanya, satu tetes bulir bening itu mengalir di pipinya. Buru-buru gadis itu mengusapnya.

Keisya mengangguk sambil tersenyum hambar.

"Oke, gue balik." Ucapnya lalu melangkah pergi.

Setelah di rasa sudah cukup jauh, Keisya berhenti sejenak. Mengeluarkan ponselnya lalu mencari kontak seseorang.

"Hallo, Kei? Ada apa?"

"Aryan nyakitin aku, Tan"

"Kok bisa?"

"Nanti Keisya ceritain, Tan"

***

Di ruang makan, Kinara dan Aryan sama-sama diam. Kinara mengaduk-aduk nasi gorengnya dengan tatapan yang kosong. Sementara Aryan, laki-laki itu terus memperhatikan Kinara.

"Le" Aryan membuka suara. Tak ada respon dari Kinara membuat Aryan menghela napas berat.

"Kinara Alecya Hamid." Panggil Aryan.

Lantas Kinara mengangkat wajahnya. Menaikan satu alisnya seolah bertanya. Tak biasanya Aryan memanggilnya dengan nama lengkap.

"Kenapa cuma di main-mainin nasi gorengnya? Di makan Le." Ucap Aryan.

"Gak laper." Balas wanita itu.

"Mau gue suapin?" Tawar Aryan. Kinara nampak terdiam sejenak sebelum akhirnya wanita itu menggeleng.

"Maafin perlakuan Keisya tadi ya" ucap Aryan. Laki-laki itu tau pasti Kinara terluka atas ucapan menyakitkan yang di lontarkan Keisya tadi.

Hari ini adalah hari minggu, jadi Aryan tidak berangkat sekolah. Tadinya ia ingin mengajak Kinara untuk jalan-jalan pagi, tapi ia urungkan niatnya itu karena sudah bisa di tebak pasti Kinara tak akan mau.

"Cewe lo bener Ar, gue murahan" ucap Kinara sambil tersenyum hambar.

"Jangan ngomong gitu, gue gak suka dengernya"

"Tapi gue emang murahan kan?" Suara Kinara terdengar parau.

"Gak." Jawab Aryan. Laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya ke arah Kinara. Aryan langsung menarik tubuh Kinara masuk ke dalam pelukannya.

Kinara terisak di sana. Perkataan Keisya tadi sungguh melukai hatinya.

Terdengar suara bel, Aryan melepaskan pelukannya. Sebelum pergi untuk melihat siapa yang datang, Aryan mengusap air mata Kinara yang membasahi wajah cantiknya.

"Tunggu sini ya, cantik" ucap Aryan. Kinara mengangguk pelan.

Klek.

Pintu terbuka. Betapa terkejutnya Aryan melihat siapa yang datang. Laki-laki itu menelan salivanya kasar.

"Bunda?"

"Iya ini Bunda"

"Bunda kok dateng ke sini gak bilang dulu sama Aryan?" Tanya laki-laki itu. Aryan terkejut bukan kepalang melihat Bundanya yang tiba-tiba datang ke apartemennya. Tak biasanya Zarra datang tanpa memberitahukan anaknya terlebih dahulu.

"Gak sempet."

"Bunda mau masuk ke dalam." Zarra seolah mengalihkan topik pembicaraan.

Ada yang aneh, jelas ini ada yang aneh. Karena tak biasanya Bunda Aryan datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu. Atau jangan-jangan...

"Jangan Bun" Aryan merentangkan kedua tangannya untuk mencegah supaya Zarra tidak masuk ke dalam.

"Kenapa sih, Ar? Bunda mau masuk. Mau duduk." Ucap wanita berusia 43 tahun itu.

"Bun—" belum sempat melanjutkan ucapannya, Zarra langsung menerobos masuk ke dalam.

"Kamu siapa?" Suara yang terdengar seperti mengintrupsi itu membuat Kinara bergeming tanpa melihat pemilik suara.

Bunda Aryan berjalan mendekat kearah Kinara yang tengah duduk itu di ikuti oleh Aryan di belakangnya. Laki-laki itu meremas rambutnya kesal.

"Kamu siapa?" Tanya wanita itu sekali lagi.

Kinara menunduk takut, namun ia beranikan diri untuk mengangkat wajahnya perlahan.

"Sa-say—"

"Temen Aryan, Bun." Aryan yang menjawab.

"Berdiri kamu." Titah Zarra. Kinara mengangguk pelan lalu berdiri.

"Kamu hamil?!" Tanya Zarra.

"Mana suami kamu?"

"Dan kenapa kamu berada di apartemen anak saya?"

Kinara pusing atas pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh wanita yang bisa di perkirakan adalah Ibunya Aryan.

"Saya gak punya suami." Jawab Kinara jujur.

Zarra yang mendengar itu sontak geleng-geleng kepala.

"Anak zaman sekarang itu ngeri-ngeri ya, pergaulan bebas. Berani melakukan hal rendah seperti itu tanpa memikirkan akibatnya"

"Pasti setelah di tiduri kamu langsung di tinggal ya? Emang di bayar berapa kamu?"

"Bunda! Jangan ngomong gitu sama Kinara, Bun."

"Apa sih? Bunda cuma bertanya. Salah?"

Aryan terdiam, tak menjawab lagi ucapan Zarra.

"Terus kamu di bayar berapa sama Aryan buat temenin anak saya di apartemen?" Tanya Zarra lagi.

"Maaf Bu, saya bukan wanita seperti itu."

"Kalau memang Ibu tidak suka dengan kahadiran saya di sini, saya pergi Bu"

"Oh silahkan, kenapa gak dari tadi?"

"Permisi." Kinara masuk ke dalam kamar, memasukan baju-bajunya ke dalam tas lalu melangkah keluar dari apartemen itu. Aryan sempat menahan tangan Kinara namun di hentakkan dengan kasar oleh wanita itu. Kinara pergi.

Beberapa saat setelah kepergian Kinara dari apartemen, tempat itu sunyi seketika.

"Puas? Puas Bun?!"

"Puas udah nyakitin Kinara? Puas Bunda ngerendahin Kinara?"

"Bunda gak merendahkan dia, Aryan. Tap—"

"CUKUP BUN."

Suara Aryan yang terdengar meninggi itu membuat Zarra terdiam.

"Tanpa Bunda tau apa yang sebenarnya terjadi, bisa-bisanya Bunda ngomong kayak gitu sama Kinara?"

"Dan sekarang liat Bun, karena Bunda Kinara pergi! Dia gak punya uang Bun, Kinara gak punya tempat tinggal! Dan Kinara lagi hamil, di mana rasa kasian Bunda?"

"Kinara itu bukan perempuan rendahan seperti yang Bunda bilang tadi. Kinara itu perempuan baik-baik baik Bun!"

"Perempuan baik-baik kok bisa hamil? Haha" Zarra tertawa remeh.

"Kinara itu korban pemerkosaan, waktu Kinara pacaran dia di perkosa sama pacarnya. Dan sejak kejadian itu Kinara langsung putusin pacarnya"

"Bunda gak tau beban apa yang di pikul Kinara, Bunda gak tau rasa sakit yang Kinara rasain. Karena dia hamil, dia di kucilkan sama semua anggota keluarganya. Dia di kurung di dalam rumah selama berbulan-bulan lamanya."

"Kinara sering mendapatkan perlakukan kasar baik dari Papah atau Mamahnya. Padahal Kinara juga gak mau hal kayak gitu terjadi di dalam hidupnya. Tapi dia berusaha, berusaha damai dengan kedaan!"

"Sejak kenal Kinara, Aryan merasa jauh lebih baik. Aryan jarang balapan karena Kinara, Aryan makan teratur dan masuk sekolah tepat waktu itu juga karena Kinara! Kinara jadi alarm buat Aryan!"

Zarra mundur satu langkah. Apa yang telah ia lakukan? Ia telah melukai perasaan wanita itu. Zarra termakan omongan Keisya tanpa tahu yang sebenarnya terjadi.

"Ma-maafkan Bunda"

"Aryan, maafin Bunda"

Aryan melihat jelas penyesalan di wajah Bundanya. Aryan langsung memeluk sang Bunda.

"Gak sepenuhnya salah Bunda, salah Aryan juga karena selama ini gak pernah ngasih tau Bunda" ucap Laki-laki itu.

"Udah gak apa-apa, sekarang kamu pergi yah. Cari Kinara sampai ketemu dan bawa lagi dia ke sini. Bunda mau minta maaf" ucap Zarra. Aryan mengangguk lalu bergegas untuk keluar mencari Kinara.

Sudah sekitar 2 jam Aryan mencari wanita hamil itu namun sampai detik ini ia belum juga berhasil menemukan Kinara.

Aryan melepas helmnya, mengusap kasar wajah tampan yang nampak khawatir itu. Ia takut, takut terjadi sesuatu pada Kinara.

Laki-laki itu mengambil ponselnya lalu meminta tolong pada keempat sahabatnya itu untuk membantunya mencari Kinara.

Semoga salah satu di antara mereka ada yang menemukan Kinara. Semoga.

Aryan tak putus asa, ia terus berusaha untuk mencari keberadaan Kinara dengan motor sportnya. Pantang pulang sebelum bertemu Kinara.

Sementara itu, Kinara berjalan dengan gontai sambil menenteng tas berisi beberapa pakaian, dompet, dan juga ponselnya. Kakinya terasa sakit karena sudah berjalan cukup jauh dari apartemen Aryan.

Tiba-tiba sebuah motor melaju dari belakang Kinara dan menyerempet wanita itu hingga jatuh ke samping. Sialnya perut Kinara terbentur trotoar. Pemilik motor itu sempat berhenti sebelum akhirnya kembali melaju tanpa berniat untuk bertanggung jawab pada Kinara.

Wanita itu meringis kesakitan, perutnya terasa begitu sakit akibat benturan yang cukup keras.

"Ahhhhh"

"Tolonggg!!!" Kinara berusaha untuk berteriak meminta tolong meski di jalan itu sangat sepi.

Darah segar keluar dari selangkangannya, mata Kinara melebar. Ia tak ingin terjadi apa-apa pada anaknya.

Terdengar suara seseorang meminta tolong, Libra menghentikan motornya untuk mendengarkan suara itu dengan seksama. Suara itu sempat berhenti sebelum akhirnya suara itu kembali terdengar. Kini terdengar lemah.

Libra turun dari motornya mencari sumber suara itu. Suaranya dari sebelah sana, buru-buru laki-laki itu pergi ke arah jalan besar. Betapa terkejutnya ia saat melihat siapa pemilik suara itu.

Libra berlari menghampiri Kinara yang terlihat sangat lemah dengan darah yang mengalir di selangkangannya.

"Kinara?! Ra, lo kenapa Ra?" Tanya Libra panik.

"Sa-sakit"

"Tunggu bentar Ra, gue telpon Aryan dulu."

***

Aryan duduk dengan perasaan gelisah, teman-teman Aryan yang lain mencoba untuk menenangkan laki-laki itu.

"Tenang, Ar." Ucap Galang sambil menepuk bahu Aryan. Aryan mengangguk sebagai jawaban.

Pintu itu terbuka menampakan seorang dokter dari dalam. Aryan berdiri di ikuti oleh para sahabatnya.

"Dok? Gimana keadaan Kinara?"

"Kamu suaminya kan? Di sini saya ingin memberitahukan bahwa air ketuban istri kamu sudah pecah, dan sebentar lagi Kinara akan melahirkan. Kami akan segera memindahkan Kinara ke ruang persalinan." Tutur dokter perempuan itu.

Cukup kaget saat dokter itu mengira bahwa dirinya adalah suami dari Kinara, namun yang membuat Aryan lebih terkejut adalah, saat dokter itu mengatakan bahwa Kinara akan segera melahirkan.

"Me-melahirkan?" Tanya Aryan. Dokter itu mengangguk.

"Kalau begitu saya permisi dulu ya" ucap dokter yang langsung di iyakan oleh Aryan.

Suara teriakan dari Galang membuyarkan lamunan Aryan. Anak laki-laki itu berteriak senang.

"Apasi anjir teriak-teriak gak jelas" kata Venus.

"Gue seneng njing, itu artinya kita semua bakal jadi om."

"Kita jadi om, woi!" Seru Galang. Sementara Cakra memutar bola matanya malas.

"Ar, lo mending kabarin nyokap" saran Cakra. Aryan mengangguk lalu menghubungi Bundanya.

Beberapa saat kemudian, Zarra datang dan berjalan menghampiri Aryan. Wajahnya tak kalah khawatir.

"Kinara bener mau melahirkan?" Tanya Zarra. Aryan dan keempat sahabatnya kompak mengangguk.

"Udah di pindahin ke ruang persalinan?" Tanya Zarra lagi. Aryan dan keempat sahabatnya kompak menggeleng.

"Belum Bun, sebentar lagi" ucap Aryan.

"Bun, Aryan takut Kinara gak kuat" kata laki-laki itu lagi sambil menunduk.

Zarra tersenyum lalu duduk di sebelah Aryan. Mengusap punggung Aryan. "Kita berdoa sama-sama untuk persalinannya Kinara, semoga Ibu dan anak sehat dan selamat. Masalah biaya rumah sakit biar Bunda yang tanggung" ucap Zarra. Aryan tersenyum.

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 118K 56
"Altan jalan yuk" "Altan ngedate yok" "Altan nikah yuk" "Altan jadi pacar gue ya" "Altan mau jadi pacar gue ga?" "Altan pacaran yok" " Ishhh Altan go...
154K 8.2K 35
> 𝐟𝐭 𝐊𝐚𝐫𝐒𝐧𝐚. [END] || [18+]⚠️ "Dia Jeno, cowok yang memiliki sejuta pesona, cowok yang selalu buat gue jatuh cinta setiap harinya... Dia p...
DANADYAKSA By uba

Teen Fiction

1.7M 190K 70
Danadyaksa adalah laki-laki dengan hidup yang sangat sederhana. Cibiran dan hinaan sering didapatkannya dari teman-teman satu sekolahnya terutama per...
27.2K 2.1K 47
Ini kisah tentang dua anak manusia yang di pertemukan lewat hujan. Shakti Diren, siapa yang tak mengenal cowok itu? Dia seorang playboy dan bad boy y...