6:05 a.m.
Laki-laki itu tengah tertidur pulas di atas sofa.
Kinara membuka pintu kamar, di sana ia melihat bahwa Aryan masih tertidur. Kinara berjalan kearah balkon apartemen itu. Duduk di kursi panjang sambil memeluk tubuhnya sendiri, pagi ini terasa begitu dingin. Mungkin karena semalam habis di guyur hujan, langit pun masih terlihat gelap.
Setetes air matanya turun, Kinara membiarkan bulir bening itu membasahi pipinya.
Kini usia kandungan Kinara sudah 8 bulan. Sebulan lagi Kinara akan melahirkan, entahlah Kinara harus merasa senang atau sedih. Ia senang karena itu artinya sebentar lagi akan ada mahluk kecil di kehidupannya. Namun ia juga merasa sedih, sedih karena ia tahu bahwa ketika ia menjalankan proses persalinan nanti, anggota keluarganya tidak akan ada yang datang.
Mereka benci Kinara, mereka benci bayi itu.
Kinara terisak, masih teringat akan perlakuan keji mereka. Rasa sakit itu tak akan pernah hilang, Kinara masih merasakannya.
Saat hatinya hancur, hancur saat Papahnya mengatakan bahwa dia tidak lebih dari seorang jalang. Kinara sakit mendengarnya, mereka tega.
"Le?" Suara berat Aryan membuat Kinara menghentikan tangisannya.
"Hei? Are you okay?" Aryan berjongkok di depan Kinara. Gadis itu mengangguk pelan.
"Why?"
"Kenapa nangis, hm?" Aryan tak tahu apa penyebab wanita itu menangis, Kinara masih belum mau menjawab.
"Kita masuk dulu ya? Di sini dingin." Ucap Aryan lalu mengajak Kinara masuk.
Keduanya duduk di sofa, Kinara masih diam tak menjawab pertanyaan Aryan. Matanya terlihat sembab.
"Ale? Cerita sama gue, kenapa lo nangis? Ada yang jahatin lo?"
"Siapa? Bilang sama gue"
"Gak ada Ar."
"Terus kenapa nangis? Perutnya sakit? Kita ke dokter yah?" Ucap Aryan.
Kinara menatap wajah laki-laki di hadapannya. Wajahnya terlihat begitu khawatir, Aryan baik. Wanita yang menjadi kekasih Aryan adalah wanita yang beruntung.
"Enggak kok." gadis itu menggeleng sambil tersenyum. Tersenyum untuk menutupi kesedihannya.
"Terus tadi kenapa nangis?"
"Gak apa-apa, oh iya hari ini usia kandungan gue udah 8 bulan" Kata Kinara sambil mengelus perutnya.
"Hmm..., Sebentar lagi kan gue melahirkan, lo temenin gue ya ke rumah sakit."
"Gue takut sendirian."
Permintaan Kinara begitu sederhana, mana mungkin Aryan tega menolaknya? Aryan terenyuh mendengar permintaan Kinara barusan, wanita itu meminta Aryan untuk mendampinginya saat proses persalinan nanti.
Kinara meminta Aryan yang menemani karena Aryan tau bahwa keluarganya tidak akan ada yang mendampingi wanita malang itu.
"Pasti."
"Pasti gue bakal temenin kok" Aryan mengacak pelan puncak kepala Kinara. Gadis itu tersenyum tulus.
"Thanks, ya."
"Iya Le."
•••
12.25 p.m.
Aryan berjalan menuju kamar, membuka perlahan pintu itu. Laki-laki itu tersenyum saat melihat Kinara tengah tidur siang. Ini waktu yang pas.
Aryan mengambil jaket, helm dan juga kunci motornya lalu keluar dari apartemen.
15 menit berlalu, Aryan tiba di dalam mall. Tujuan laki-laki itu adalah toko bayi. Eum, maksudnya toko perlengkapan bayi.
Jujur Aryan kurang suka berada di tempat ini, apalagi seorang diri. Banyak gadis-gadis yang menggodanya, Aryan malu.
Oh Tuhan..., Wajah tampan ini membebaniku...
"Cari apa Mas?" Tanya salah satu wanita yang bekerja di toko perlengkapan bayi itu.
Aryan terdiam sesaat, sebetulnya ia juga belum tahu apa saja yang harus ia beli.
"Eh anu Mbak, ntar dulu ya" Aryan keluar dari toko itu.
Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya mencari kontak seseorang.
Oke, sekarang tinggal menunggu laki-laki itu datang.
"Ck!" Aryan berdecak. Wajahnya tampak kesal karena sudah hampir 10 menit berlalu tapi Venus belum juga datang.
"Shit! Gak di angkat lagi." Di telpon pun tak di angkat, oh Aryan mencoba untuk postink mungkin saja Venus sedang dalam perjalanan.
"Woi, sob!" Sapa seseorang dari belakang Aryan. Laki-laki itu tersenyum lebar menampakan gigi-giginya yang di pagar alias di behel.
"Lama lo njing." Kesal Aryan.
"Hahaha ya maap, tadi sebelum jalan gue ngasih makan si Alice dulu" Venus terkekeh. Alice itu anjing peliharaan Venus.
"Yaudah ayok masuk ah!" Aryan menarik lengan Venus masuk ke dalam toko itu.
"Lo bawa mobil gak?" Tanya Venus pada Aryan yang tengah sibuk melihat-lihat boneka Teddy bear kecil.
"Gak" jawab laki-laki itu singkat.
"Pea lo! Ini yang mau kita beli banyak."
"Kan mau beli tempat tidur bayinya, kereta dorong, popok, baju, botol susu, perlengkapan mak-"
"Sstttt!" Aryan menutup mulut Venus dengan jari telunjuknya.
"Udah jangan brisik, gue nanti pesen taxi. Kelar kan?" Kata laki-laki itu.
Sementara Venus terkekeh sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Semuanya jadi 11 juta ya, Kak" kata kasir itu.
Setelah menyelesaikan pembayaran, Aryan di bantu oleh Venus dan sopir taxi yang sebelumnya sudah Aryan pesan membawa masuk barang-barang itu ke dalam mobil. Aryan sampai menyewa dua taxi sekaligus.
Setelah barang-barang itu sudah semuanya di taruh di ruang tamu, Venus pamit untuk pulang.
"Ven" panggil Aryan saat Venus hendak keluar dari pintu itu.
"Iya?" Laki-laki itu membalikan badannya. Aryan menghampiri Venus.
"Thanks ya bro udah bantu gue" ucap Aryan sedikit pelan, takut membuat Kinara terbangun.
"Iya selow aja napa, kayak sama siapa aja lo."
"Btw, tentang Kinara lo gak mau ngasih tau sahabat-sahabat lo yang lain?" Tanya Venus.
Memang hanya Venus lah yang tahu tentang Kinara, sementara sahabat Aryan yang lain belum di beritahu.
"Gue takut mereka salah paham njir."
"Yaelah sans, nanti kan gue bantu jelasin." Kata Venus menenangkan. Aryan mengangguk setuju.
"Yaudah gue balik ya,"
"Iye, tiati lo!"
"Sip."
Setelah Venus keluar, Aryan menutup pintu itu. Kini saatnya untuk merapihkan barang-barang yang sangat banyak ini. Semoga selama Aryan menata semua perlengkapan bayi ini, Kinara belum bangun. Agar ketika semuanya sudah rapih, Kinara akan terkejut melihatnya. Haha
Tak terasa hari sudah sore, Kinara melirik jam yang menempel di dinding kamar itu. Ah sudah jam 4 sore, kenapa hari ini dia tidur lama sekali?
Kinara beranjak turun dari ranjang untuk pergi ke dapur. Tenggorokannya terasa kering, ingin sekali minum air dingin.
"Aryan?" Sedikit terkejut karena saat membuka pintu, sosok laki-laki itu berdiri sambil tersenyum menampakan gigi putihnya.
"Ngapain lo?" Tanya Ibu hamil itu.
"Gue mau kasih sesuatu sama lo" kata Aryan sambil tersenyum malu.
"Sesuatu apa?" Tanya Kinara.
"Sini ikut gue." Aryan menarik pelan pergelangan tangan Kinara menuju ruang tamu. Di tengah-tengah ruang tamu itu ada sesuatu yang di tutupi oleh kain putih. Apa itu?
"Apaan nih?" Tanya Kinara heran.
"Buka aja"
"Boleh?"
"Ya boleh lah, emang buat lo kok." Kata Aryan.
Perlahan, Kinara menarik kain itu dan... Matanya berbinar bak melihat gundukan berlian yang sangat banyak.
"Lo..., In-ini semua?"
"Buat lo Le, buat bayi yang ada di kandungan lo"
"Kapan lo beli ini semua? Ini lucu-lucu banget Aryannnnn."
"Liat, kaus kaki bayinya lucu yah? Kecil banget." ucap Kinara.
"Lo suka?"
"Banget Ar!" tanpa sadar Kinara langsung memeluk tubuh Aryan.
Lihatlah, bukankah itu sangat banyak? Oh dan siapa Aryan? Dia hanya laki-laki asing berhati malaikat.
Dia memberikan tempat tinggal untuk Kinara, tapi Kinara berjanji setelah bayinya lahir ia akan segera pergi dari apartemen Aryan.
Kinara tak ingin merepotkan laki-laki itu lagi, oh atau bila perlu Kinara juga pergi dari Aryan.
"Hei, lo lama banget peluk guenya" ucap Aryan yang mampu membuat Kinara sadar dan segera melepaskan pelukannya.
"Hehe, sorry" Kinara terkekeh.
"Gak apa, gue malah seneng di peluk kayak tadi. Soalnya berasa kayak ada yang nempel di dada gue" ucap Aryan.
Paham apa yang di maksud laki-laki itu, Kinara jadi tersipu malu. Ah laki-laki ini menyebalkan.
"Ihhhh!!!" Kinara mencubit lengan Aryan membuat laki-laki itu meringis sambil tertawa kecil.
Sederhana, tapi mampu membuat bahagia.
"Eum...,"
"Nanti lo mau temenin gue?" Tanya Kinara saat sudah menghentikam tawanya.
"Temenin kemana?" Tanya laki-laki itu sambil mengelus lengannya yang masih terasa nyeri akibat cubitan pedas dari wanita hamil itu.
"Ke rumah temen gue."
"Cowo?"
"Cewe."
"Cantik gak?"
Kinara menghela napas sambil memutar bola matanya malas. Kenapa pula harus bertanya seperti itu? Dan kenapa pula Kinara harus cemburu?
"Cantik." Kata Kinara malas sambil mengalihkan wajahnya.
"Secantik-cantiknya cewe di luaran sana, lo yang lebih cantik."
"Apa lagi kalau lo lagi tidur, ngeliat lo berasa liat bidadari"
Lihat, pipi wanita itu memerah. Apakah Kinara baper atas pernyataan dari Aryan?
"Cieee baper tuh," goda Aryan sambil menyenggol-nyenggol lengan Kinara.
"Ih! Nyebelin lo, asu!" Kinara menghentakan kakinya kesal lalu pergi masuk ke dalam kamar.
Sementara itu Aryan tertawa puas karena mampu membuat gadis itu baper dengan kata-katanya barusan.
Tapi itu jujur dari hati Aryan yang paling dalam.
Kinara...
Dia wanita yang paling cantik yang pernah Aryan temui. Dia bukan wanita cantik yang pertama bagi Aryan, karena tetap Bundanya yang paling cantik. Kinara nomer dua.
Semoga kita bisa lebih dari ini,
Gue harap begitu.
Next? Udah vote dan spam komen belum? Yuk ges semangatin aku biar aku rajin up setiap hari.
Votmen-nya jangan pelit² yaa!!!!
See u next part!