Papah Untuk SNORA [End]

By GUEACHAA

4.5M 373K 12.4K

"Hah? Menikah sama lo?!" -Kinara Alecya Hamid "Iya, kenapa? Jangan sok nolak deh, anak lo itu butuh Papah. D... More

01. Flashback
02. Ngidam rujak
03. Siksaan
05. Apartemen Aryan
06. Pergi ke sekolah
07. Membeli perlengkapan baby
08. Ke rumah mecca
09. Tentang kinara
10. Pacar-pacar Aryan
11. Kinara dan Keisya?
12. Welcome baby
13. SNORA
14. Pulang ke rumah
15. Bertemu seseorang
16. Tangisnya Kinara
17. Reaksi mereka
18. Katakan putus
19. Ke rumah keisya
20. Menikah
21. Telur gosong aryan
22. Kembali bersekolah
23. Menyenangkan istri dan anak
24. Balapan
25. Hilang ingatan?
26. Asi
27. Niat jahat keisya
28. Dia terlihat lucu
29. Papah jahat!
30. Permintaan maaf yang di tolak
31. Dia pergi
32. Aryan?
33. Sakit
34. Tamu tak di undang
35. Positif atau negatif?
36. Masa lalu
37. Aku salah, aku minta maaf
38. Rasa peduli
39. Baikan?
40. Wisuda
41. Pengakuan
42. Jangan salah paham
43. two years later
44. Teman baru snora
45. Mengantar Snora ke sekolah
46. Dia siapa?
47. Si ulat bulu
48. Kumpul untuk Nobar
49. Balon berbentuk hati
50. Snora dan Galang
51. Hari duka
52. Dia dan segala kenangannya
53. Ulang tahun Bunda
54. Amarah Aryan
55. Ke rumah sakit
56. Selesai
Extra part
Infooo!!!
Extra part 2
Info update!!!
Just info!

04. Kesempatan untuk keluar

121K 10.9K 89
By GUEACHAA

Pagi itu hujan deras membasai bumi. Kinara duduk di balkon kamarnya sambil meneguk secangkir teh buatan Bi Jannah.

Udara pagi itu tarasa begitu dingin hingga menusuk tulang. Beberapa kali Kinara menggesek-gesekan kedua telapak tangannya. Hangat.

Tiga hari berlalu sejak kejadian dia yang nekat pergi ke luar rumah, Kinara sama sekali belum bertemu dengan Papah, Mamah dan Abangnya. Dia mengurung diri di dalam kamar, tak ingin keluar kamar.

Tiba-tiba teringat akan sosok laki-laki itu, Aryan. Dia terus mengirimi pesan, namun hanya di baca oleh Kinara tanpa ada niat untuk membalas.

Kinara beranjak dari tempat duduknya, masuk kembali ke dalam kamar dan duduk di pinggiran ranjang sambil memainkan ponselnya.

Ingin mengirim pesan untuk Aryan, tapi takut yang membalas adalah pacarnya. Kinara tak mau ada salah paham nantinya. Ia urungkan niatnya untuk mengirim pesan pada Aryan.

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu. Siapa? Kinara malas jika itu adalah orang tuanya.

"Siapa?"

"Ini Bibi, Non"

"Oh, masuk aja"

Bi Jannah perlahan membuka pintu kamar Kinara lalu masuk menghampiri wanita itu sambil membawa nampan yang berisi air hangat dan juga bubur ayam. Bi Jannah meletakkannya di atas nakas.

"Non, Non Kinara gak mau keluar kamar? Udah tiga hari Non gak pernah keluar kamar, biasanya Non Kinara selalu berjemur di taman belakang rumah sambil menyiram tanaman?" Ucap Bi Jannah di sela-sela keheningan.

"Hh, males Bi"

"Males ketemu mereka." Jawab Kinara sambil tersenyum hambar.

"Mereka siapa, Non? Nyonya, Tuan, sama Den Kenzie?" Tanya Bi Jannah, Kinara mengangguk pelan.

"Lah kan Nyonya, Tuan sama Den Kenzie gak ada di rumah sejak kemarin, Non"

"Mereka menghadiri acara pernikahan sepupu Non,"

"Pernikahan sepupu Kinara yang mana ya Bi?" Tanyanya bingung. Pasalnya, sepupu Kinara sangat banyak.

"Non, Aresya"

Bagus, ada pernikahan sepupu tapi tak ada yang memberi tahunya. Memang di rumah ini Kinara sudah tak di anggap lagi, bukankah lebih baik jika dia keluar saja dari rumah ini?

"Oh."

"Berarti dari kemarin mereka gak ada di rumah ya, Bi?"

"Iya, Non"

"Bibi mau bantu Kinara gak? Kinara mohon Bi, Kinara gak tahan berada di rumah ini terus. Kinara capek Bi, rasanya Kinara mau keluar dari rumah ini"

"Bentar aja Bi, bantu Kinara buat keluar dari rumah ini. Gak lama kok, nanti siang Kinara pasti balik lagi" wanita itu memohon.

Bi Jannah nampak ragu, jujur ia tak berani. Ini sangat berisiko, bagaimana kalau sampai ketahuan? Yang ada Bi Jannah bisa di pecat.

"Tapi Non..., Bibi takut"

"Bibi percaya sama Kinara kan? Kinara pasti bakal balik lagi, Bi. Kinara cuma bosan"

"Gak kasihan sama Kinara yang udah di kurung di rumah ini selama berbulan-bulan lamanya?"

"Baiklah Non, Bibi akan bantu"

•••

"Itu Non, Non bisa lewat pintu belakang"

"Tapi banyak rumput-rumput panjang. Memang sengaja tidak di potong untuk menutupi pintu kecil ini" jelas Bi Jannah.

Sungguh licik! Selama ini Kinara tak pernah tahu, bahwa di taman belakang rumah ini ada sebuah pintu kecil. Pintu itu di tutupi oleh rumput-rumput yang tumbuh panjang. Hampir tak terlihat. Padahal Kinara sering pergi ke sini untuk menyiram tanaman.

"Non Kinara hati-hati ya, Bibi khawatir soalnya" ucap wanita paruh baya itu. Wajahnya terlihat begitu khawatir, Kinara tersenyum padanya.

"Iya Bi, Kinara pasti bakal hati-hati kok. Yaudah Kinara keluar dulu ya, pastiin gak ada yang liat kita berdua di sini Bi" ucapnya.

Berhasil. Kinara telah keluar dari pintu kecil itu, buru-buru Bi Jannah menutupnya kembali. Lalu beranjak pergi dari semak-semak itu, takut ada yang melihatnya mengingat ada banyak pekerja di rumah besar ini.

Kinara berjalan sudah cukup jauh, sekarang kakinya terasa sakit. Harus duduk untuk beberapa saat. Akhirnya Kinara memilih untuk duduk di pinggir jalan yang sepi itu. Jarang sekali ada mobil dan motor yang lewat.

"Capek ya Nak?"

"Kuat ya, Mamah udah berhasil keluar dari rumah itu"

"Do'ain Mamah semoga kita gak akan ketahuan lagi." Ucap Kinara sambil mengelus perutnya.

Ting!

Ada pesan masuk dari ponsel Kinara, buru-buru wanita itu mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.

Setelah membagikan lokasinya saat ini, Kinara hanya tinggal menunggu laki-laki itu datang.

Pagi ini sangat dingin, hujan memang sudah berhenti sejak tadi, tapi hawa dinginnya masih begitu terasa.

10 menit berlalu, dari kejauhan nampak motor hitam datang menghampiri Kinara. Ah itu pasti Aryan, Kinara bangkit dari duduknya.

"Lama gak?" Tanya Aryan sambil membuka helmnya.

Mata Kinara hampir tak berkedip, laki-laki ini sungguh tampan! Sangat tampan.

"Woy!"

"Eh apa?" Kinara tersentak kaget.

"Kenapa bengong? Gue tau kok kalau gue ini ganteng" ucap laki-laki itu percaya diri. Kinara ingin muntah di buatnya.

"Najis!"

"Lah, fakta bos."

"Ngomong-ngomong, kenapa lo nyuruh gue ke sini? Dan lo tadi gue liat dari kejauhan duduk sendirian di sini kayak gembel ngapain?"

"Jangan bilang lo lagi ngemis?"

Bughh!!

Satu bogeman di layangkan oleh Kinara, tepat di pipi anak laki-laki itu.

"Anjrit, sakit banget cok! Lo Atlet karate kah?" Aryan mengusap pipinya yang terasa sakit.

"Udah deh jangan banyak omong! Sekarang bawa gue pergi dari tempat ini." Pinta Kinara.

"Pergi kemana?" Tanya Aryan bingung, sedangkan Kinara sudah berada di jok belakang motornya.

"Kemana aja." Jawab gadis itu singkat.

"Okeh, ke pelaminan."

"Sialan!"

Mereka berdua tertawa di atas motor, belum ada tujuan kemana Aryan akan membawa Ibu hamil itu. Markas? Ah yang benar saja. Sebenarnya ada banyak yang ingin Aryan tanyakan, tapi masih menunggu waktu yang tepat.

Aryan di buat terkejut saat kadua tangan Kinara melingkar di perutnya. Tak ada penolakan dari Aryan, laki-laki itu membiarkannya.

Motor itu berhenti di sebuah kedai teh kecil pinggir jalan. Aryan membantu Kinara turun dari motornya.

"Ayok masuk" ajak Aryan, Kinara mengangguk.

"Bu, teh tariknya dua ya." Ucap Aryan pada seorang Ibu pemilik kedai itu. Sang Ibu mengangguk sambil tersenyum ramah.

"Sini duduk," Aryan menggeser sebuah bangku untuk Kinara, laki-laki ini memperlakukan Kinara begitu baik.

"Makasih." Ucap wanita itu lalu duduk.

"Kinara, kalau gue boleh tau, Ayah dari anak yang lo kandung kemana? Kerja atau gimana? Eum, bukan apa-apa, gue jalan berdua sama lo kayak gini sebenarnya takut. Takut nanti ada anggota keluarga lo atau tetangga lo yang liat,"

"Terus berpikiran yang enggak-enggak tentang kita. Masalahnya kan status lo istri orang, gue cuma takut lo di cap jelek. Kalau gue yang di cap jelek sih gak masalah, tapi gue mikirin lo"

Kinara terdiam.

Aryan, laki-laki tampan yang sopan. Dia begitu menyenangkan.

"Jujur gue males kalau bahas ini, tapi akan gue kasih tau sama lo."

"Anak ini hadir di perut gue itu bukan kemauan gue, gue di perkosa sama mantan gue dulu. Gue korban Ar, dan lo tau? Karena kejadian itu gue di asingkan oleh keluarga gue"

"Gue memang tinggal di dalam satu rumah sama mereka, tapi mereka semua gak menganggap gue. Mereka bilang gue adalah aib untuk mereka, haha gue sadar diri" Kinara menunduk.

"Mana ada anak perempuan yang ingin masa depannya di rusak? Gue pun gak mau. Gue masih punya cita-cita, tapi mungkin ini udah takdir gue. Gue terima meskipun sulit." Kinara tersenyum hambar sambil menunduk.

Bohong jika Aryan tidak terkejut, dia sangat terkejut. Betapa berat penderitaan yang gadis ini rasakan. Hampir saja Aryan meneteskan air matanya.

"Permisi, ini pesanannya" Ibu pemilik kedai itu datang sambil membawakan dua gelas teh tarik untuk kedua orang itu lalu permisi pergi.

"Maaf Ra, maaf kalau pertanyaan gue buat lo sedih" ucap Aryan tak enak hati.

"Santai Ar, gue gak apa-apa"

"Sorry, berarti laki-laki itu gak bertanggung jawab atas perbuatannya sama lo?"

Kinara menggeleng pelan.

"Enggak, dan kalau dia berniat untuk tanggung jawab pun dengan menikahi gue, gue tetep gak mau."

"Gue yakin bisa urus anak ini sendirian nantinya," ucap Kinara sambil mengelus perutnya.

"Yaudah cerita sambil minum" Aryan mendekatkan gelas itu ke arah Kinara. Kinara mengambilnya lalu meminum teh itu.

Wanita itu menceritakan semuanya pada Aryan, tak ada yang di lebih-lebihkan.

Aryan menjadi pendengar yang baik untuk Kinara, dengan tulus dia mendengarkan semuanya. Semua yang di rasakan wanita itu.

Aryan sangat tak menyangka, kenapa ada keluarga sekejam itu. Aryan kira hanya ada di senetron saja, ternyata benaran ada.

Tak terasa sudah 2 jam mereka berada di sana. Keduanya memutuskan untuk keluar dari kedai yang mulai terlihat ramai itu.

"Sekarang kita kemana? Anter lo pulang?" Tanya Aryan sambil memasangkan helm di kepala Kinara. Wanita itu terdiam. Rasanya Kinara tidak mau kembali ke rumah itu. Oh bukan, bukan rumah melainkan neraka bagi seorang Kinara.

Sudah berhasil keluar kenapa harus kembali? Bisa saja Kinara tak kembali ke rumah itu lagi, tapi ia mengkhawatirkan Bi Jannah. Bagaimana kalau Bi Jannah terkena masalah karenanya? Kinara tak tega. Lagi pula dia sudah berjanji akan kembali pulang bukan?"

"Hei," suara berat Aryan membuyarkan lamunanya.

"Apa?"

"Kita mau kemana?"

"Rasanya gue gak mau kembali ke neraka itu Ar, tapi gu—"

"Nice, ikut gue." Aryan memotong ucapan Kinara, laki-laki itu memaksa Kinara segera naik ke atas motornya. Entah kemana dia akan membawa Kinara pergi.

Continue Reading

You'll Also Like

480K 17.8K 32
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
2.2M 158K 57
[LENGKAP] [PROSES REVISI] Call Me Laras! Seorang gadis SMA yang baru dipindahkan Sekolah oleh orangtuanya, kemudian bertemu dengan Kaka Kelas dengan...
673K 8.8K 24
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.4M 300K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...