Butterfly Effect

By Alatesaya

310K 42.6K 3.3K

"Lo mau ga mengarungi neraka bareng gue?" "H-hah?" ------ Kalau Ayyara memilih satu diantara mereka, mereka p... More

01. Awal kisah
02. Second Lead Seme and Sugar Daddy
03. Dilabrak?
04. Sorry
05. First kiss
06. Orang asing
07. Kian : Kertarajasa
08. Kian : Kertarajasa pt. 2
09. Kian : Kertarajasa pt. 3
10. Kian : Kertarajasa pt.4
11. Kian : Kertarajasa pt. 5
12. Malaikat atau Iblis?
13. Punya nyawa berapa?
14. Salah pilih korban
15. Festival
16. Harimau
17. Kepentok
18. Mood baik
19. Patung kodok
20. Tertahan
21. Tak pernah berubah
22. Coretan di atas meja.
23. Elang emas
24. I love you
25. Aku dan kamu
26. I love you too
27. Orang yang bahagia di neraka
28. Sudut pandang
29. Predator puncak
30. Pelaku palsu
31. Cicak
32. Sesuatu yang aneh
33. Niat yang sama
34. Rasa daging Sapi
35. Jangan kaget!
36. Mati aja sana!
37. Pelukan
38. Masa lalu Ezra
39. Ayo kita mati bersama!
40. Κοράκι Family
41. Cry baby
42. He's crazy
43. Would you die for me?
44. Hati manusia
45. Hewan peliharaan (?)
46. Bocah puber | Ayyara Davinia
47. Ribut
48. Hari sial
49. Awal dari segalanya
50. Di sini
52. Ryu

51. Pangeran

2.1K 334 41
By Alatesaya

"Bahagia selalu, ya. Semoga lo bisa dapetin seseorang yang lebih baik dari gue... No. Gue ga mau. Jangan jatuh cinta sama orang lain selain gue."






______________

Ini dimulai dari mana sebenarnya?

Apa dari dirinya bertemu dia saat pertama kalinya,

Atau saat dia mengajak ngobrol dirinya di belakang kelas sekolah usai pertengkaran antara dirinya dan kekasihnya dulu?

Yang pasti dirinya sangat ingin melindungi gadis itu.

Karena...

Ia menyukai tatapan matanya.

Lebih tepatnya, tatapan kelam gadis itu sama seperti tatapan mata miliknya sebelum bertemu dengan orang tua angkatnya.

Tatapan putus asa yang sangat ingin dirinya rubah. Dan menjaga gadis itu dari orang-orang jahat di dunia ini.

Arkein kecil menatap kosong kedua orang tuanya yang terbaring kaku di atas lantai putih dengan simbahan darah yang keluar dari perut mereka.

"Orang tua kamu sudah meninggal, jadi mulai besok kamu tinggal bersama kami." Kata seorang wanita dengan pria dewasa yang berada di sisinya sembari tersenyum licik.

Dan mulai saat itulah kehidupan Arkein kecil yang normal perlahan mulai berubah.


__________

"Okaeri... My baby." Bisik Arkein tepat di telinga Ayyara yang membuatnya langsung menegang.

TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK. TIDAK.

Tubuh Ayyara bergerak sendiri untuk melarikan diri dari pelukan Arkein.

Dengan tergesa Ayyara berlari menuju pintu.

Tetapi saat ingin memutar knop pintu itu, Ayyara dibuat terdiam usai Arkein mengatakan sesuatu dengan polosnya.

"Mau pulang ke Daddy kamu? Emangnya ini udah waktunya kamu buat kasih affection ke dia?"

Ayyara langsung mengembalikkan tubuhnya dengan mata melebar, menatap ke arah Arkein yang sedang tersenyum tanpa beban.

"Wah... What a great video, babe!" Kagum Arkein dengan mata berbinar dengan satu tangan menutup mulutnya usai melihat video berdurasi beberapa detik yang menunjukkan seorang perempuan yang diketahui adalah Ayyara dan seorang pria yang diketahui adalah Daizar yang sedang melakukan 'hal' itu.

"Ah, aku juga punya video kamu yang lagi––"

Ucapan Arkein terpotong kala Ayyara yang tiba-tiba membanting ponsel yang sedang ia pegang dengan kuat ke atas lantai.

"Kenapa lo bisa punya itu?!!" Bentak Ayyara dengan tak menyangka, menatap Arkein dengan alis berkerut emosi.

Jika lelaki ini mempunyai video itu, bukan tidak mungkin jika dia yang memasang kamera cicak di dalam kamar mandinya.

Arkein menatap datar ponsel yang sudah hancur itu di atas lantai.

"Kenapa dibanting..? Itukan hp kamu," Bukannya menjawab, Arkein malah berujar demikian dengan memasang wajah heran.

Ayyara langsung melirik ke arah bawah.

"A–sejak kapan?!!" Ucap Ayyara dengan syok sembari mencari-cari ponselnya yang berada di dalam tas yang ternyata nihil. Ponsel yang sudah hancur itu ternyata memang benar-benar miliknya.

"Kamu ga perlu tau sejak kapan, tapi yang pasti..." Arkein meraih tubuh Ayyara yang sedang membeku, "...Kamu jadi ga bisa minta bantuan orang lain," Arkein memeluknya erat, satu tangannya membelai rambut halus milik Ayyara.

"Misalnya.. Nelepon orang yang namanya Kerta," Arkein menyelipkan beberapa rambut Ayyara ke belakang cuping telinganya membuat Ayyara kembali menegang untuk kesekian kalinya. "juga.. pangeran tidak bisa menyelamatkan sang tuan putri. Dikarenakan dirinya terbaring sakit terkena penyakit misterius." Bisik Arkein sembari menyeringai membuat Ayyara langsung mendorong tubuh laki-laki itu agar menjauh.

"Lo apain Daizar, hah?!" Arkein terhuyung beberapa langkah ke belakang.

Arkein tertawa kecil. "Ga aku apa-apain. Aku cuma kasih pangeran kamu obat tidur sebentar."

Mendengar itu, pikiran Ayyara menjadi kosong dengan tubuh yang mulai melemas.

Sial.

Arkein kembali meraih tubuh Ayyara yang lemas ke dalam dekapannya. "Kamu kalah telak, sayang." Ucap Arkein dengan suara rendah seraya menyeringai puas.


__________


Sudah terhitung dua hari, Ayyara terkurung di kamar Arkein. Dan dirinya jadi tahu, bahwa Arkein bukan anak sekolahan biasa.

Dia adalah seorang 'produsen' obat-obatan dan barang-barang terlarang terbesar di wilayah ini.

Dirinya tahu saat diajak keliling Arkein ke taman belakangnya, yang ternyata laki-laki itu menanam bunga-bungaan dan juga pohon ganja.

Tak usah dibayangkan bagaimana syoknya Ayyara saat mengetahui hal tersebut.

Dan dirinya juga bisa menebak dan berspekulasi bahwa Arkein tidak benar-benar memberikan obat tidur kepada Daizar, melainkan sesuatu obat yang ia buat sendiri agar orang yang meminumnya dapat 'tidur' selamanya.

Juga, Arkein memiliki banyak sekali koneksi dimana-mana. Entah itu orang-orang penting yang berada di hubungan sosial, maupun dunia bawah.

Terus dirinya harus bagaimana?

Benda-benda tajam seperti pisau, gunting, garpu, dan lain-lain pun tidak ada di sini.

Arkein menjauhkan itu semua untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Seperti, melukai diri sendiri agar dibawa ke rumah sakit kemudian kabur atau memberitahukan orang-orang bahwa dirinya dikurung olehnya.

Huh, sepertinya rencana Ayyara mudah sekali terbaca oleh pemuda itu.

Dirinya benar-benar tidak bisa keluar dari sini.

Mau bagaimana lagi?

Pasrah saja.

Di sini juga tidak terlalu buruk.

Arkein menatap Ayyara yang sedang duduk tenang dengan tubuh yang bersandar pada kepala sofa dengan mata yang sedang terfokus pada tulisan yang berada di lembaran buku di tangannya.

Selama Ayyara ada di sini, gadis itu tidak memberontak atau tanda-tanda berkeinginan kabur dari sini.

Memang tak ada yang aneh.

Tetapi, dirinya merasa ada sesuatu yang terlupakan.

Tapi apa?

Arkein mendudukkan tubuhnya di sebelah Ayyara dengan kepala ia sandarkan kepada bahu gadis itu dengan satu tangan meraih pinggangnya dari belakang. Kegiatan itu sama sekali tak mengusik Ayyara yang sedang membaca buku.

"I love you,"

"I love myself too."

Arkein tersenyum lucu setelah mendengar balasan dari Ayyara dengan suara yang datar itu.

Tidak ada yang salah.

Aneh.

Ini aneh.

Gadis itu tidak membuat gerak-gerik mencurigakan, tetapi kenapa dirinya serasa akan ada badai yang datang?

Hatinya sedang gelisah.

Berpikir kalau ada sesuatu yang terlewatkan.

"Ada pulpen ga?" Suara halus dari seorang gadis yang berada di sampingnya itu menarik dirinya kembali ke realita.

Arkein mengangguk, lalu bangkit mengambil sesuatu dari dalam laci meja belajarnya.

"Buat apa?" Tanya Arkein seraya menyodorkan sebuah pulpen di hadapan Ayyara, kemudian duduk kembali di sampingnya.

Ayyara mengambil pulpen tersebut, "Buat nandain ini," Balas Ayyara, menunjuk sebuah kalimat yang berada di buku yang sedang ia baca.

Tok. Tok. Tok!

Beberapa menit kemudian, ketukan di pintu kamarnya membuat Arkein menoleh ke arah suara tersebut.

"Pesenan makanan kamu kayaknya udah dateng," Arkein bangkit dan mulai melangkah menuju pintu.

Sebelum sampai ke dekat pintu, jeritan Ayyara mengalihkan fokusnya. Membuat Arkein langsung menoleh ke arah belakang sumber suara dengan mata melotot kaget.

"ARGHHHHH!" Ayyara menjerit kesakitan, dengan darah yang terus mengalir dari salah satu matanya.

Arkein membeku sesaat setelah melihat Ayyara yang sudah duduk tersimpuh di atas lantai dengan raut wajah kesakitan, matanya kini beralih pada pulpen yang sudah tergeletak di dekat Ayyara terduduk dengan ujung pulpen yang sudah terlapisi cairan berwarna merah.

"NGGA! J-Jangan... JANGAN MENDEKAT!" Ayyara berteriak ketakutan seraya mengacak-acak rambutnya sendiri dengan tubuhnya yang perlahan mundur ke arah sudut kamar.

Setelah itu Ayyara menampar pipinya sendiri dengan keras. Kemudian menangis histeris.

Tok. Tok. Tok. Tok. Tok!

Suara ketukan dengan tempo cepat dan suara yang kencang mulai terdengar setelah jeritan yang Ayyara buat, tetapi Arkein menghiraukannya dan segera mendekati Ayyara dengan rasa panik.

"Hei, hei, hei! Kamu kenapa?!" Tanya Arkein sembari menahan kedua tangan Ayyara yang terus menarik rambutnya sendiri.

Mata Arkein meredup, dan bibirnya sedikit melengkung kebawah. Merasa sedih saat melihat gadis yang berada di hadapannya itu terluka. "Kenapa ngelukain diri sendiri?" Tanya Arkein kembali dengan lembut, sembari menguatkan pegangan tangannya untuk menahan gadis itu melukai dirinya sendiri lagi.

Arkein itu terlalu sibuk mengurusi gadisnya, hingga tak menyadari bahwa sedari tadi ada yang mencoba membuka paksa pintu kamarnya.

Ayyara terus memberontak tak mau diam, dengan air dan darah yang terus keluar dari pelupuk matanya. "Ampun... Maaf. Maaf. Maaf!" Tutur Ayyara dengan berulang-ulang.

Apa dia.... Trauma?

Arkein yang tak tahan dengan sikap dan ucapan Ayyara yang melantur itupun langsung menarik tangannya untuk bangkit dari duduknya. "Aku obatin, ayo. Mata kamu bisa infeksi kalo ga cepet-cepet diobatin." Ajak Arkein dengan suara khawatir, menarik tangan Ayyara untuk mengikuti langkahnya.

Tetapi saat ingin berbalik, wajah Arkein langsung dihantam oleh sesuatu hingga membuatnya terlempar ke belakang menubruk meja belajar yang berada di sana.

"R-ryu....?" Panggil Ayyara dengan suara gemetar tak percaya, menahan air mata yang ingin keluar dari pelupuk matanya.

"BRENGSEK!" Hardik seorang lelaki dengan memakai pakaian pengawal serba hitam serta tak lupa memakai topi hitam di kepalanya sembari memukul kembali wajah Arkein tanpa menunggunya bangkit dahulu setelah melihat keadaan Ayyara yang mengenaskan.

"Sial. Ada tikus rupanya." Arkein meludahkan darah yang keluar dari sudut bibirnya, setelah memukul telak pinggir kepala penyusup itu dengan lampu meja belajar yang tergeletak tak jauh darinya dengan kuat.

Lelaki yang dipanggil Ryu itu memegang kepalanya dengan kesakitan sembari melangkah mundur, menjauhi Arkein yang mulai bangkit berdiri.

[WOI CUPU, CEPETAN BAWA KILA PERGI DARI SINI! Gue ketauan! MEREKA MULAI PERGI KE TEMPAT LO! Hah, sialan! Mereka ga abis-abis! CEPETANNNN!!!]

Suara seseorang yang sedang terengah-engah dan terdengar panik dari earpiece-nya itu membuat lelaki misterius bernama Ryu itu melebarkan matanya, dan mulai memberikan aba-aba kepada Ayyara untuk ikut dengannya.

Tetapi, tak semudah itu.

"Ga akan gue biarin lo bawa dia." Ucap Arkein dengan tatapan dingin, yang setelah itu dirinya mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi para bawahannya.

Lelaki bernama Ryu mulai waspada dan mulai menyerang balik Arkein dengan sama-sama brutal.

Kekacauan yang berada tepat di hadapannya itu hanya bisa Ayyara tatap dengan tersenyum puas.

Tontonan yang menarik.

Tetapi dirinya harus segera pergi dari sini.

Tak lucu kan jika pangeran sudah berusaha mati-matian untuk menyelamatkannya, tetapi malah gagal selamat dari sini?

Ayyara merobek sedikit bajunya pada bagian bawah. Lalu robekan bajunya ia ikat untuk membalut pendarahan di matanya.

Sebentar lagi malam purnama akan tiba.

Dirinya harus cepat.

Rencana yang ia buat ini harus berhasil.

Bagaimanapun caranya.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 129K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
7M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
537K 40.7K 28
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
538K 58.2K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...