Butterfly Effect

By Alatesaya

309K 42.5K 3.3K

"Lo mau ga mengarungi neraka bareng gue?" "H-hah?" ------ Kalau Ayyara memilih satu diantara mereka, mereka p... More

01. Awal kisah
02. Second Lead Seme and Sugar Daddy
03. Dilabrak?
04. Sorry
05. First kiss
06. Orang asing
07. Kian : Kertarajasa
08. Kian : Kertarajasa pt. 2
09. Kian : Kertarajasa pt. 3
10. Kian : Kertarajasa pt.4
11. Kian : Kertarajasa pt. 5
12. Malaikat atau Iblis?
13. Punya nyawa berapa?
14. Salah pilih korban
15. Festival
16. Harimau
17. Kepentok
18. Mood baik
19. Patung kodok
20. Tertahan
21. Tak pernah berubah
22. Coretan di atas meja.
23. Elang emas
24. I love you
25. Aku dan kamu
26. I love you too
27. Orang yang bahagia di neraka
28. Sudut pandang
29. Predator puncak
30. Pelaku palsu
31. Cicak
32. Sesuatu yang aneh
33. Niat yang sama
34. Rasa daging Sapi
35. Jangan kaget!
36. Mati aja sana!
37. Pelukan
38. Masa lalu Ezra
39. Ayo kita mati bersama!
40. Κοράκι Family
42. He's crazy
43. Would you die for me?
44. Hati manusia
45. Hewan peliharaan (?)
46. Bocah puber | Ayyara Davinia
47. Ribut
48. Hari sial
49. Awal dari segalanya
50. Di sini
51. Pangeran
52. Ryu

41. Cry baby

3.2K 516 24
By Alatesaya

Libur dua minggu setelah ujian adalah hari yang sangat Ayyara nantikan selama ini.

Pasalnya, ia akhirnya bisa berleha-leha dan bersantai-santai di rumah tanpa memikirkan pelajaran sekolah dan juga terhindar dari masalah yang selalu datang pada dirinya di sekolah itu.

Sepertinya sekolah itu adalah sarang lingkaran hitam yang selalu melibatkannya pada sebuah masalah.

Apalagi dengan adanya seorang Ezra Diva Rafandra yang selalu saja mencari-cari masalah dengannya tanpa alasan. Dirinya kira, laki-laki itu akan jinak kepadanya karena waktu itu ia memeluknya serta memelas kepadanya. Ternyata pemikiran itu salah––amat teramat salah.

Laki-laki itu malah semakin gencar mencari gara-gara dan selalu datang padanya bagai jalangkung yang tak diundang. Mengingatnya saja sudah membuat emosi Ayyara memuncak.

Tetapi rencana bersantai-santai di rumah selama dua minggu hanyalah angannya semata.

Rencana itu sirna kala seseorang yang banyak menyusahkannya belakangan ini mengajaknya untuk mencari hiburan. Healing katanya.

Pelakunya yang tak lain dan tak bukan adalah teman––sahabat ̶l̶a̶k̶n̶a̶t sejatinya, Kifandra Zayyan Abqari. Atau yang kerap disapa Kian.

Pemuda jamet itu mengajaknya untuk pergi ke taman bunga––karena ia mendapatkan tiket gratis dari temannya.

Dengan memakai Retro V-neck, Ayyara berjalan menghampiri seorang laki-laki berambut hitam dengan memakai kaos putih yang di lapis leather biker jacket dan memakai celana jeans hitam yang dilihat dari jauh terkesan stylish dan keren dengan tubuh bersandar pada pagar.

Tetapi, kesan keren pada laki-laki itu langsung sirna kala dirinya melihat tangan yang sedikit mempunyai veins itu memegang sebuah ukulele.

Kian yang bosan menunggu kehadiran Ayyara yang berdandan sangat lama itu akhirnya menyanyikan sebuah lagu yang diiringi petikan ukulele punk rock yang ia bawa dari rumah.

Ku simpan rindu di hati

Gelisah tak menentu

Berawal dari kita bertemu

Kau akan ku jaga

Ku ingin

Engkau mengerti

Betapa kau ku cinta

Hanya pada––

Nyanyian 'syahdu' nya terhenti kala ia mendengar suara seruan seorang perempuan dari arah sampingnya.

"Stop, stop, stop! Jamet dilarang ngamen di sini!" Serunya menatap sinis sembari berkacak pinggang.

Kian berdiri menatap Ayyara dengan raut wajah ditekuk.

"Jahat!" Ujarnya disertai bibir yang menukik ke bawah.

Ayyara memutar bola mata malas. "Lagian lo ngapain bawa ukulele si, jamet? Mau ngamen di sana, ha?"

"L-lo..?! Sumpah jahat banget ngatain gue jamet," Ucapnya disertai raut wajah sedih dramatis.

"Gue ga akan ngamen di sana ya cantik. Gue cuma iseng aja bawa ini. Ngapa, ga seneng?" Kian menatap Ayyara yang sedang terdiam dengan sengit, tetapi ada yang aneh. Mengapa wajah gadis itu memerah?

"Muka lo kenapa merah?" Tanya Kian dengan dahi sedikit berkerut. Lalu beberapa detik kemudian ia paham dan ber-oh ria kemudian berpose sok ganteng. Mengibaskan rambutnya ke belakang dengan tersenyum miring. "Gue tau kalo gue ganteng, tapi ga ampe merah gitu kali muka–AH!

Bugh!

Ayyara menendang tulang kering Kian hingga sang empunya meringis kesakitan serta refleks menjatuhkan ukulelenya.

"Ah, ah, ah! Sakit banget bajingan!" Kian mengusap-usap tulang keringnya dengan agresif.

"Lebay, lo. Gitu doang nangis!"

Mata Kian membelalak saat mendengar itu. "A-apa?! Sialan. Gue ga nangis ya!" Tangannya refleks mengusap kasar kedua area matanya.

Ayyara terkekeh puas. "Terus itu kenapa lo usap mata? Cup, cup cup. Cry baby!"

"Gue ga nangis!" Kian menepis kasar tangan Ayyara yang sedang mengusap-usap pucuk kepalanya seperti anak kecil.

"Hahaha.. Iya deh yang ga nangis~" Ejeknya disertai senyuman menggoda untuk dipukul.

"Ah, tau ah gue males sama lo!" Kian mengalihkan pandangannya dengan kesal. Tetapi pandangannya tak sengaja melihat ukulele nya yang tergeletak di tanah dengan keadaan rusak.

Kian lantas berjongkok dengan raut wajah panik. "No, no, no, no! Ukulele gue..." Kian memegang ukulele nya yang sudah pecah dengan senar yang putus.

Mata Ayyara membelalak kaget kala telinganya menangkap suara isakan dari orang yang berjongkok di depannya.

"Hiks... Hiks... U-ukulele gue. D-duit t-tiga ratus gue l-lenyap s-seketika.. Hwaaa!"

Ayyara langsung saja mendekat dan berjongkok di hadapannya dengan panik saat Kian mulai menangis kencang sembari memeluk ukulelenya yang hancur.

"Cup, cup, cup. Jangan nangis! malu woi udah gede nangis." Ayyara berusaha mengusap air mata yang mulai membasahi pipi laki-laki itu.

"Hiks..hiks.. Bodo amat! G-gue s-sedih..." Ujarnya sembari sesegukan.

Ayyara yang panik karena takut ada seseorang yang melihat dan menuduhnya yang tidak-tidak pun memutar otaknya agar laki-laki itu berhenti menangis.

"Kalo lo berenti nangis, gue bakal kasih lo duit sepuluh juta!"

Kian seketika terdiam saat mendengar penawaran itu, beberapa detik kemudian ia langsung mengusap kasar air mata yang berada di wajahnya dan langsung bangkit serta langsung melempar asal ukulelenya ke semak-semak.

"Hah, siapa yang nangis? Ayo ah kita jalan. Nanti keburu bis nya pergi." Dengan raut wajah yang seakan-akan tidak terjadi apa-apa, Kian menyodorkan tangannya ke depan Ayyara yang masih berjongkok.

Ayyara mematung dengan mata yang menatap ke arah tangan laki-laki itu tak lama kemudian ia membalas jabatan tangannya dengan terkekeh pelan.

Jadi, Kian yang dahulunya adalah seorang tuan muda yang selalu menghambur-hamburkan uang, sekarang berubah menjadi seseorang yang menangis saat ukulelenya yang berkisar tiga ratus ribu itu rusak? Dan berhenti menangis dengan iming-iming uang yang nominalnya hanya sepuluh juta?

Hanya di sini adalah dari sudut Kian sendiri, karena dahulu menurut laki-laki itu uang segitu bagai recehan di dompetnya.

Hahahaha...

Benar-benar konyol.

Kian berjalan berdampingannya disertai raut wajah ceria.

Laki-laki itu bahkan mengandeng tangannya dengan semangat sembari mengayunkannya ke depan dan ke belakang.

"Ayy.. Jangan lupa sepuluh jutanya, ya. Hehehe~" Kian menoleh ke arahnya disertai seringaian senang seraya mengedipkan satu matanya.

Ah~ ia jadi rela menangis hingga mengeluarkan darah dari matanya jika disuruh diam seraya diiming-imingi uang oleh Ayyara. :)



__________


Galeri di ponselnya sekarang pasti banyak sekali dengan foto-foto Kian di taman bunga yang mereka kunjungi tadi.

Laki-laki itu terlihat sangat menikmati waktunya di sana.

Saat melihat tempat foto yang bagus, laki-laki itu pasti akan memintanya untuk mengambil foto dirinya.

"Ayy, Ayy, Ayy! Di sana aesthetic banget deh keliatannya. Fotoin dong, pake hp lo ya!" Kian langsung melesat ke arah tempat yang ia tunjuk itu lalu berpose ala sok keren.

Menemani Kian yang sangat aktif dan narsis membuatnya lelah dan juga sedikit geram akan tingkahnya itu.

"Ini lo sebenernya ngajak gue buat healing atau ngajak gue buat dijadiin babu?" Ayyara memulai pembicaraan saat mereka berjalan menuju ke arah halte untuk menaiki bis untuk pulang.

"Dua-duanya." Balasnya tanpa beban tanpa melirik ke arah Ayyara yang sudah memasang wajah masam.

Ayyara langsung meninju pinggang laki-laki itu dengan kesal seraya mengumpat. "Setan!"

"Ah sakit!" Kian sedikit membungkuk sembari memegang pinggangnya.

"L-lo..! Dari tadi kdrt mulu perasaan?!" Protesnya sembari melirik Ayyara dengan wajah memelas.

Sedari tadi dirinya selalu menerima kekejaman yang dilakukan gadis ini. Entah itu dirinya ditonjok, ditendang, ditempeleng, dijitak, ataupun didorong ke selokan atau ke tumpukan bunga. Ketularan Ezra.

Ia sedih.

Apa salahnya? Sepertinya ia tidak melalukan kesalahan apapun.

Ia sepertinya mulai mengalami tekanan batin karena gadis itu.

"Abisnya lo pantes dikasarin," Balas Ayyara sembari menatap tajam ke arahnya.

Sepertinya Ayyara mulai menyukai sadism karena sering bergaul dengan Ezra.

Kian memajukan bibirnya. "Jahat!"

Tak lama keduanya saling hening. Kian sedikit heran dengan sikap dan perilaku Ayyara yang menurutnya sedikit berubah. "Lagian perasaan dulu lo kalem-kalem aja dah anaknya, walaupun khodamnya kadang keluar kek reog tapi ga separah sekarang," Kian menjeda ucapannya, "gue liat-liat lo mulai ga waras." Ucap Kian dengan jujur dan terlalu blak-blakan.

"Emang." Ayyara membenarkan ucapannya. "Kita ke RSJ bareng yuk!"

"Ga, makasih." Tolaknya dengan cepat sembari merapatkan kedua tangannya di dada.

"AHAHAHAHA.. Kurang ajar! Gue masih waras kali." Ayyara menoyor kepala Kian hingga sang empunya sedikit oleng.

"Sial. Sakit tau!" Kian mengusap-usap bagian belakang kepalanya dengan wajah melas. Poor baby.

Ayyara menghiraukan ucapan Kian, ia malah terfokus pada sebuah toko buku yang terlihat sangat unik dan juga terlihat nyaman.

"Ki, mampir ke sana dulu yuk! Gue mau beli komik." Ayyara segera menarik lengan Kian dengan semangat, menghiraukan lelaki itu yang sedang mengumpat kesal.

"Wow! Akhirnya vol. 4 udah ada!" Mata Ayyara berbinar kala melihat sebuah komik khas dunia ini yang berada di tangannya.

"Ki, ki, liat deh. Ganteng banget–

Saat menoleh, rupanya laki-laki itu tidak berada di sisinya. Dia menghilang.

Ayyara menoleh ke kanan dan ke kiri mencari-cari keberadaan lelaki itu di dalam toko buku.

Toko buku ini terbilang cukup besar, seperti perpustakaan. Dirinya yang berada di dekat pintu masuk pun perlahan berjalan menuju ke dekat rak-rak yang mungkin saja ada Kian di sana.

Dan benar saja dugaannya. Saat dirinya sudah mengelilingi lebih dari lima baris rak, di beberapa langkah di sana netra matanya menangkap sosok yang ia cari sedang duduk lesehan di depan rak sembari membaca buku sembari tersenyum-senyum disertai wajah yang memerah.

Sepertinya laki-laki itu sedang salah tingkah saat membaca isi bukunya.

Ayyara tak langsung menghampirinya, ia sedang menikmati wajah salting sahabatnya itu yang terkesan menggemaskan walau kadang menyebalkan.

Eh...?

Tiba-tiba kedua mata Ayyara serasa buram

Air mata?

Ayyara mengelap pipinya yang terasa basah dengan tiba-tiba dari air mata yang jatuh dari sudut matanya dengan bingung.

Mengapa matanya memanas?

Dan mengapa dadanya terasa sesak dan terasa perih saat melihat senyuman itu?

Sebenarnya apa yang terjadi?

Mengapa dirinya merasakan perasaan itu?

Ia merasa ada yang hilang dari ingatannya.

Tapi apa?

Sebenarnya ingatan apa yang ia lupakan?

"Ayy. Lo kenapa nangis?!" Panik Kian yang tiba-tiba sudah berada tepat dihadapannya dengan raut wajah khawatir.

Dirinya buru-buru mengusap kasar kelopak matanya dengan punggung tangannya. "Gue ga nangis! Cuma... Mata gue kelilipan."

Kian menaruh komik yang ia pegang di atas rak yang berada di sampingnya. "Coba sini gue liat," Kian menatap mata Ayyara dengan menahan kedua tangan gadis itu yang masih mengusap kelopak tangannya.

Ayyara menatap agak buram manik hitam milik Kertarajasa yang ditempati oleh Kian.

Perlahan kepala laki-laki itu mendekat dan mulai meniup ke area matanya dengan lembut beberapa kali.

"Udah enakan matanya?"

Ayyara tertegun. Ia baru saja mendapatkan perlakuan manis yang sangat jarang dilakukan sahabatnya. Biasanya cowok itu sangat menyebalkan.

"Ki.. Gue boleh ga meluk lo?" Ayyara mengabaikan pertanyaan yang dilontarkan olehnya, ia malah mengatakan hal yang membuat Kian terkejut.

Kian tergugu sesaat lalu wajah terkejutnya digantikan dengan wajah tengil sok gantengnya.

Satu sudut bibirnya ditarik ke atas. "Boleh.. Sini peluk!" Kedua tangan panjangnya ia rentangkan ke arah Ayyara agar gadis itu dapat masuk ke dalam dekapannya.

Ayyara mendelik dengan ekspresi wajah ngeri dengan kejametan sahabatnya itu sembari merutuki ucapannya yang spontan itu di dalam hati.

Tetapi walaupun ia mengumpat di dalam hati, tubuhnya tetap maju dan masuk ke dalam dekapan cowok itu.

Kian tersenyum kecil sembari mengusap pelan pucuk kepala dan juga punggung mungil sahabat perempuannya itu.

Di sisi lain, seseorang yang sedari tadi menguntit mereka sejak awal berdecak kesal dengan tangan mengepal kuat saat dirinya melihat mereka yang ia sedari tadi ia ikuti berpelukan dari celah rak buku-buku yang tak jauh dari sana.







__________________________________________



❗❗SPOILER ALERT!

(Sebenarnya Ayyara melupakan suatu hal yang benar-benar penting baginya dan juga melupakan tujuan dirinya di dunia itu)⛔

Petunjuk : karakter Ayyara terinspirasi dari karakter Mahiru (Owari No Seraph) dan juga Makima (Chainsaw Man)

Continue Reading

You'll Also Like

5.9M 388K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
5.4M 393K 55
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
2.6M 151K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
250K 11.5K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...