Butterfly Effect

By Alatesaya

310K 42.6K 3.3K

"Lo mau ga mengarungi neraka bareng gue?" "H-hah?" ------ Kalau Ayyara memilih satu diantara mereka, mereka p... More

01. Awal kisah
02. Second Lead Seme and Sugar Daddy
03. Dilabrak?
04. Sorry
05. First kiss
06. Orang asing
07. Kian : Kertarajasa
08. Kian : Kertarajasa pt. 2
09. Kian : Kertarajasa pt. 3
10. Kian : Kertarajasa pt.4
11. Kian : Kertarajasa pt. 5
12. Malaikat atau Iblis?
13. Punya nyawa berapa?
14. Salah pilih korban
15. Festival
16. Harimau
17. Kepentok
18. Mood baik
19. Patung kodok
20. Tertahan
21. Tak pernah berubah
22. Coretan di atas meja.
23. Elang emas
24. I love you
25. Aku dan kamu
26. I love you too
27. Orang yang bahagia di neraka
28. Sudut pandang
29. Predator puncak
30. Pelaku palsu
31. Cicak
32. Sesuatu yang aneh
33. Niat yang sama
34. Rasa daging Sapi
35. Jangan kaget!
36. Mati aja sana!
37. Pelukan
38. Masa lalu Ezra
39. Ayo kita mati bersama!
41. Cry baby
42. He's crazy
43. Would you die for me?
44. Hati manusia
45. Hewan peliharaan (?)
46. Bocah puber | Ayyara Davinia
47. Ribut
48. Hari sial
49. Awal dari segalanya
50. Di sini
51. Pangeran
52. Ryu

40. Κοράκι Family

3.2K 502 113
By Alatesaya

Langkah kakinya perlahan keluar dari kamar mandi seraya menggesek-gesekkan rambutnya yang basah menggunakan sebuah handuk kecil.

Setengah dari tubuh putih kekar nan atletis nya terpampang jelas dengan bulir-bulir air yang menetes di sana, sebagian lagi bagian bawah tubuhnya terbelit oleh sebilah handuk.

Ting!

Sebuah notifikasi pesan masuk, mengalihkan pandangannya dari arah kaca.

Ia menoleh, lalu melangkah untuk mengambil ponselnya.

Alisnya sedikit berkerut saat melihat bilah notifikasi dari nomor yang tak dikenalnya itu.

Unknown number : *send a pict*

Unknown number : liat, ada gadis manis loh di rumah :D kamu yakin ga mau pulang? (ू•ᴗ•ू❁)

Mata Kasyapi sontak melebar saat melihat sebuah pesan yang ia ketahui dikirim oleh ibunya.

Terlebih lagi, nomor itu mengirimkan sebuah foto selfie yang menunjukkan wajah gadis cantik yang sangat tidak asing yang sedang tersenyum menatap kamera dan di sebelahnya ada wanita cantik yang tersenyum pula yang sangat ia kenal.

Memang kalimat dari pesan itu tidak ada yang aneh. Akan tetapi jantung Kasyapi langsung berdegup sangat kencang disertai sedikit adanya bulir keringat di dahinya.

Tidak. Menurutnya kalimat itu adalah sebuah kode petaka!

Apalagi dengan emoji imut yang tersenyum itu.

Kasyapi mengeratkan genggamannya pada ponsel. Lalu menatap tajam ke arah depan dengan wajah menggelap.

"Bajingan lo Klouza." Geramnya dengan penuh penekanan disertai gigi yang gemeletuk.

Adik sialan itu.

Berani-beraninya dia mengadu!

Pergerakan Kasyapi langsung buru-buru memakai bajunya dan harus segera pergi menuju rumahnya.

Jika ia tak bergerak cepat, Ayyara pasti akan mati di tangan ibunya.

Ayyara tidak boleh mati–––

–––selain di tangannya.


__________


Kasyapi sampai di depan komplek sebuah perumahan yang terbilang cukup megah dan luas.

Dari luar, komplek itu memang terlihat normal seperti pada umumnya yang mempunyai penghuni rumah seperti warga biasa. Tetapi yang sebenarnya, mereka semua yang tinggal di sini adalah seorang pembunuh.

Para pembunuh bayaran yang di bawah naungan keluarga Κοράκι.

Yaitu keluarganya.

Yang dipimpin oleh Ayahnya yang bernama, Keyraz Κοράκι.

Κοράκι.

Menurut bahasa Yunani yang berarti burung Gagak.

Burung Gagak adalah burung yang dikenal sebagai pembawa pesan kematian. Terlihat sama seperti keluarganya.

Bedanya, burung itu hanya menyampaikan pesan kematian seseorang. Sedangkan keluarganya yang mengirimkan kematian itu kepadanya.

Setelah turun dari motor metiknya, Kasyapi mendongak menatap gerbang besar dari salah satu rumah yang berada di sana, yang rumahnya terkesan lebih luas dan mencolok yang terkesan suram itu.

Pria yang bertubuh kekar yang menyadari adanya seseorang mencurigakan yang berada di depan gerbang pun segera menghampirinya untuk mengecek orang itu.

Mata pria itu membelalak kala melihat tuan muda yang selama ini pergi dari rumah tiba-tiba ada di depan matanya dengan aura penekanan yang sangat luar biasa.

Sepertinya perasaan tuan mudanya itu sangat teramat buruk.

Ia lantas langsung membungkuk kepadanya dan segera membukakan gerbang besar itu dengan tubuh yang gemetaran.

Langkah kaki Kasyapi masuk melewati gerbang itu dengan aura hitam mengelilinginya.

Ia melangkah acuh meski dari arah kanan, ia bisa mendengar aum-an keras dari hewan buas yang ditunjukkan kepadanya.

"Sit down." Kasyapi menatap tajam dengan aura penekanan kepada sebuah harimau putih besar yang berlari kencang berancang-ancang ingin menerjangnya.

Mendengar suara penekanan itu membuat harimau putih tersebut langsung berhenti tepat di hadapannya seraya meringkuk takut.

Napas harimau itu seakan tercekat karena aura penekanan yang luar biasa dikeluarkan oleh salah satu majikannya itu.

Ia masih ingat jelas ketika majikannya itu pernah ingin memotong tubuhnya menggunakan gergaji mesin karena dirinya tak sengaja mencakar tubuhnya.

Kasyapi mengabaikannya dan segera berjalan kembali dengan langkah besar sedikit terburu-buru.

Ia mendobrak pintu berwarna hitam itu dengan kasar. Di dalam rumah itu terkesan sangat suram dan juga hawa menyesakkan.

Di dinding-dinding bercat putih suram itu banyak terpajang lukisan abstrak yang dibuat oleh ibunya.

Ia bisa melihat setengah dari banyaknya lukisan itu adalah gambaran wajah dirinya yang terlukis dari cat merah.

Warna merah dari semua lukisan itu tiada lain adalah darah dari para korban yang telah dibunuh.

Pandangannya melirik sekitar, mencari-cari sosok yang ia cari.

Tetapi nihil. Matanya tak menangkap sosok tersebut.

"Ah... Anakku sudah pulang!" Wanita cantik langsung menghampirinya dengan wajah sumringah.

Kasyapi menepis tangan wanita itu yang ingin memeluknya.

"Dimana dia?" Kasyapi menatap tajam wanita yang dikenal sebagai ibunya itu.

Sang ibu sedikit tersentak kala mendengar suara penekanan dari anak sulungnya itu.

"Dia siapa, sayang? Mama kangen banget loh sama kamu.. Peluk mama dong!" Sang ibu tersenyum sembari merentangkan kedua tangannya, mengkodenya untuk dipeluk.

"Aku lagi ga mau main-main. Aku tanya, dimana dia?" Kasyapi mengeluarkan intimidasinya untuk membuat ibunya takut.

Tetapi alih-alih takut, ibunya malah semakin melebarkan senyumannya.

Kedua tangannya jatuh ke bawah kemudian menatap tajam ke arahnya.  "Kamu semenjak pergi jadi ilang sopan santun, ya. Udah Berani sama Mama.." Ujarnya yang langsung berubah raut wajahnya menjadi menunduk sedih.

Beberapa detik kemudian ia mendongak, lalu menempelkan satu jarinya di dahi seolah berpikir. "Dia...? Maksud kamu cewek kamu, ya? Cieeeee~ anak Mama bener-bener udah besar! Gimana-gimana, mau Mama nikahin sama dia atau Mama bunuh aja dia?" Ucapnya dengan nada semangat disertai mata yang berbinar.

"Ah! Gimana kalo Mama bunuh aja, ya? Kamu 'kan ganteng, bisa milih gadis cantik selain dia! Mama yakin kamu pasti bisa dapet lima yang lebih baik dari dia! Setuju–––"

Prang!

"Mama, stop." Kasyapi melempar sebuah guci yang berada di dekat tangannya dengan urat-urat wajah yang sudah menonjol, membuat ibunya tersentak kaget.

"Aduh, sayang! Kamu kenapa, sih. Itu kan guci di dalemnya ada abu nenek kamu, tau!" Wanita itu berjongkok, menatap abu yang berceceran dari guci tersebut dengan raut wajah sedikit panik.

"ARGGHHHH!" Kasyapi menggaruk kepalanya kesal dengan kelakuan sang ibu yang memancing emosinya.

Ia lantas berjongkok menghadap sang ibu dengan emosi yang perlahan ia pendam. "Ma, dimana cewek itu Ma? Dia ga Mama bunuh, kan?" Tanya Kasyapi menatap sang ibu dengan melunak serta suara yang halus. Tetapi raut wajahnya terpampang jelas ekspresinya yang menunjukkan harap-harap cemas.

Mendengar suara halus anaknya yang ia rindukan itu membuatnya mendongak, lalu tersenyum seraya menggeleng pelan. "Ga Mama bunuh kok sayang. Gadis itu ga ada di sini,"

"Terus dimana dia sekarang Ma?" Tanya Kasyapi dengan tak sabar.

"Mungkin di rumahnya, foto itu mama ambil saat mama ga sengaja ketemu dia di cafe, sayang. Maaf, ya. Mama ngancem kamu pake itu. Abisnya Mama kangen banget sama kamu, dan pengen ketemu kamu secepatnya." Ujarnya dengan lirih di akhir kalimatnya disertai raut wajah sedih.

Kasyapi yang melihat mata ibunya yang mulai berkaca-kaca sontak membuatnya langsung memeluk sang ibu. "Aku juga kangen sama Mama.."

Mendengar penuturan dari anak kesayangannya itu membuatnya terisak di dalam pelukannya. "Hiks.. Mama kangen sama kamu, sayang... Ketika kamu ga ada, hidup mama serasa kacau!" Ia mengeratkan pelukannya kepada tubuh besar anaknya itu.

Kasyapi mengusap-usap pelan punggung sang ibu dalam pelukannya.

Syukurlah, Ayyara tidak ada di sini.

"Apa-apaan ini Kivzar?" Suara dingin itu menyeruak dari arah belakang punggungnya.

Sontak Kasyapi langsung melepaskan pelukannya dan segera berbalik ke belakang. "Papa?!" Serunya dengan nada sedikit meninggi karena kaget.

Seorang laki-laki yang ia panggil Papa itu menatapnya tajam kala mengetahui adanya sebuah pertengkaran karena melihat serpihan guci serta abu yang berceceran di lantai.

"Kamu baru aja pulang tapi langsung nyari masalah. Sekarang, ikut papa ke penjara bawah tanah." Dengan kemeja hitam, Keyraz berjalan ke arah kanan yang diduga akan mengarahkannya ke penjara bawah tanah.

Mendengar itu membuat Sang Ibu–––Obelia membelalakkan matanya lalu segera bangkit menahan langkah kaki suaminya.

"Pah, ini bukan ulah Kivzar! Ini salah aku. Aku yang mancing emosi dia, Pah!" Paniknya seraya menarik lengan Keyraz agar ia berhenti.

Keyraz melirik ke arah Obelia dengan tatapan tajam dan intimidasi. "Terus?"

Obelia menelan salivanya kasar ketika suaminya menatapnya dengan tajam dan berucap dengan suara dingin.

Sebenarnya ia sangat takut dengan aura penekanan dari suaminya itu, tetapi ia lebih takut jika anak kesayangannya di bawa ke penjara bawah tanah. Ia harus melindungi anaknya.

"T-tolong jangan bawa dia ke penjara bawah tanah, Pah. D-dia ga salah!" Ucapnya susah payah karena lidahnya terasa kelu saking gemetarnya ia sekarang.

"Dia salah. Dia sudah sering membunuh orang tanpa aku suruh demi kesenangannya dan juga sering melanggar perintahku. Sekarang, ia harus mempertanggungjawabkannya." Keyraz menepis kasar tangan Obelia yang memegang lengannya, kemudian ia menatap tajam ke arah anaknya yang sedang mematung di belakang.

"T-tapi Pah, Nyawa orang lain itu 'kan kecil seperti nyawa semut! Tidak penting bagi kita, Pah!" Obelia menggeleng cemas mendengar perkataan suaminya itu.

"Kamu berani menentang ku?"

Tubuh Obelia menegang disertai bulir keringat yang mulai membanjiri pelipisnya. Dengan susah payah ia berusaha untuk menggeleng, membantah ucapannya.

"Kivzar ikut aku." Keyraz melirik anaknya yang masih berjongkok di tempatnya, kemudian beralih menatap istrinya. "Jika kamu masih ingin menghalangiku, aku tak akan segan membunuhmu."

Mendengar ancaman dari suaminya itu membuat jantungnya serasa berhenti berdetak. Tubuhnya serasa mulai menggigil.

Tidak. Itu bukan sebuah ancaman, melainkan sebuah perkataan yang benar-benar akan terjadi.

Dengan keringat dingin yang membasahi pelipisnya, Kasyapi perlahan bangkit dan mulai mengikuti langkah jenjang nan tak bersuara milik Ayahnya.

Sebelum melewati ibunya, Kasyapi sempat mengucapkan sesuatu untuk menenangkannya. "Mama tenang, ya. Aku ga akan mati, kok." Ujarnya seraya mengusap lembut punggung tangan ibunya yang masih syok.

Sebelum sampai ke penjara bawah tanah, Kasyapi melihat adiknya itu sedang keluar dari kamarnya.

Adiknya itu terlihat membelalakkan matanya, seakan-akan terkejut karena melihat kedatangannya.

"K-kakak?!" Serunya saat Kasyapi lewat tepat di depannya.

Dari ujung matanya, Kasyapi meliriknya dengan tajam seraya menggerakkan bibirnya untuk mengatakan sesuatu.

"Bersembunyilah..." Ucapnya tanpa suara.

Tubuh Klouza menegang disertai jantung yang mulai berpacu sangat cepat.

Gawat.

Seakan tahu maksud dari ucapan sang kakak, dirinya sontak berteriak. "BUKAN AKU YANG NGADU, KAK! SUMPAH BUKAN AKU!" Serunya agar kakaknya itu tidak salah paham kepadanya.

Pandangannya melihat punggung kakaknya yang sudah menjauh, ia rasa kakaknya tak mendengar teriakannya.

Klouza menggigiti ibu jarinya dengan cemas.

Sial.

Ini sangat gawat.

Benar-benar gawat.

Maksud dari 'bersembunyilah' dari kakaknya adalah ia harus segera menjauh dan bersembunyi seaman mungkin agar tidak ditemukan olehnya.

Jika dirinya sampai ditemukan olehnya, orang itu tak akan segan untuk membunuhnya. Tak peduli jika ia berlindung dibalik Ayah atau Ibunya. Ia pasti akan diincar sampai mati.

Nyawanya benar-benar sedang berada diambang kematian.

"AAARRRGGGHHHH!" Klouza menarik rambut hitamnya dengan frustasi.

Ia harus mencari perlindungan untuk hidup.

Tetapi kepada siapa?

Pemuda dengan lesung pipit itu melonggarkan cengkeraman nya pada rambutnya saat mengingat seseorang yang pasti bisa menolongnya.

"Iya.. Dia.. Gadis yang kakak incar!" Gumamnya disertai senyuman senang.

Sedangkan di sisi lain, Ayyara sedang membantu Miya memasak seraya bertanya sesuatu.

"Mba.. Apa muka aku kayak artis?"

Dahi Miya sedikit berkerut bingung. "Artis? ga tau, deh. Emangnya kenapa?" Balasnya tanpa menoleh, kini ia sibuk mencuci sayur-sayuran untuk dimasak nanti.

Ayyara tersenyum tipis sembari menatap cabai yang ia iris. "Tadi aku dimintain foto sama mba-mba cantik,"

Ucapan itu sontak membuat Miya menoleh ke arahnya. "Serius?"

Ayyara mengangguk semangat. "Serius Mba! Mana mba-mbanya itu mirip Jihyo Twice, aku kan jadi ketar-ketir di deket dia!" Ucapnya dengan mata berbinar-binar mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

"Jihyo Twice... siapa?"

"Ih itu loh... Idol Kpop!"

"Oalah... Mba mana tau yang begituan,"

"Cih, si Mba! Mba kalo ngeliat juga pasti ketar-ketir. Cantik banget!"

__________________________________________

[Jika kamu mendengar suara gergaji mesin di tengah malam, maka bersembunyilah atau larilah... Larilah sejauh mungkin agar 'dia' tidak menangkapmu]


Keyraz Κοράκι

Senjata favorit : Granat

Sebab : menyenangkan karena melihat musuh-musuhnya langsung mati begitu saja tanpa mengotori tangannya.

Obelia Κοράκι

Senjata favorit : Pistol

Sebab : entahlah

Kasyapi Saskara / Kivzar Κοράκι

Senjata favorit : Gergaji Mesin

Sebab : karena menyukai suara gergaji mesinnya. Vroom...vroom..vroom..

Klouza Κοράκι

Senjata favorit : Tavor x-95

Sebab : karena menyenangkan seperti bermain game battle royale

Apa kalian ingin menjadi bagian dari keluarga Κοράκι?

Jika iya, kalian harus berkaca terlebih dahulu. Karena itu tidak mungkin.

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.8M 79.4K 36
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
2.6M 142K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
297K 13.6K 18
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...