Butterfly Effect

By Alatesaya

310K 42.6K 3.3K

"Lo mau ga mengarungi neraka bareng gue?" "H-hah?" ------ Kalau Ayyara memilih satu diantara mereka, mereka p... More

01. Awal kisah
02. Second Lead Seme and Sugar Daddy
03. Dilabrak?
04. Sorry
05. First kiss
06. Orang asing
07. Kian : Kertarajasa
08. Kian : Kertarajasa pt. 2
09. Kian : Kertarajasa pt. 3
10. Kian : Kertarajasa pt.4
11. Kian : Kertarajasa pt. 5
12. Malaikat atau Iblis?
13. Punya nyawa berapa?
14. Salah pilih korban
15. Festival
16. Harimau
17. Kepentok
18. Mood baik
19. Patung kodok
20. Tertahan
21. Tak pernah berubah
22. Coretan di atas meja.
23. Elang emas
24. I love you
25. Aku dan kamu
26. I love you too
27. Orang yang bahagia di neraka
28. Sudut pandang
29. Predator puncak
30. Pelaku palsu
31. Cicak
33. Niat yang sama
34. Rasa daging Sapi
35. Jangan kaget!
36. Mati aja sana!
37. Pelukan
38. Masa lalu Ezra
39. Ayo kita mati bersama!
40. Κοράκι Family
41. Cry baby
42. He's crazy
43. Would you die for me?
44. Hati manusia
45. Hewan peliharaan (?)
46. Bocah puber | Ayyara Davinia
47. Ribut
48. Hari sial
49. Awal dari segalanya
50. Di sini
51. Pangeran
52. Ryu

32. Sesuatu yang aneh

3K 500 29
By Alatesaya

ARC DESA TERPENCIL : PART I

Sedikit demi sedikit Ayyara merasakan lengannya terasa dingin seperti sedang dibaluti oleh air.

Kesadarannya perlahan mulai kembali saat lengannya mulai terasa geli. Sangat mengganggu tidurnya yang sedang mengisi tenaga akibat kelelahan berjalan.

Mata yang terasa berat itu perlahan mulai terbuka dengan sedikit, melirik ke arah lengannya dengan samar-samar.

Meski tak jelas karena tak ada pencahayaan yang masuk ke matanya, matanya melihat sosok seseorang yang seperti sedang menjilati lengannya dengan sangat fokus dan sensual.

Wajahnya tak terlihat karena tertutup rambutnya karena menunduk.

Mungkin dirinya salah lihat atau hanya hayalan semata. Jadi dirinya tak menghiraukan hal itu dan kembali menutup matanya dengan rapat.

Ia pun kembali ke alam bawah sadarnya.

"Ah... Aku suka tubuhmu~"




__________



Ayyara melirik ke arah jendela yang sudah terang itu. Dirinya menebak mungkin sekarang sudah sekitar jam tujuh-an. Ia lantas keluar dari kamarnya sembari menguap serta merentangkan tangannya ke atas guna meregangkan otot-ototnya yang terasa pegal.

Dirinya dan teman-teman sampai ke Desa Gozel tepat pada sore menjelang malam hari. Warga Desa yang melihat mereka langsung membawa mereka ke tempat menginapan khusus untuk pendatang yang berupa bangunan kayu itu.

Meskipun terbuat dari kayu, tempat itu kokoh, nyaman dan juga bersih untuk ditempati.

Entah mengapa warga Desanya terkesan kurang ramah dan juga sangat sinis kepada mereka.

Dan juga ada peraturan aneh yang menyebutkan bahwa pendatang tidak boleh tidur bersama dalam satu kamar.

Artinya dirinya, Miya, Viero, Kasyapi, Arkein, serta Ezra tidur di kamar masing-masing.

Miya dan wakil kepala desa setempat sempat ribut karena Miya tak terima jika dirinya tak sekamar dengan Ayyara.

Tuannya sudah menitipkan Ayyara kepadanya untuk menjaganya dan berpesan untuk selalu berada di samping Ayyara.

Tetapi peraturan adalah peraturan. Konon katanya jika peraturan itu dilanggar–––pendatang yang tidur bersama dalam satu kamar itu, maka salah satunya akan hilang.

Yang hilang tentu tidak akan pernah ditemukan dan tak pernah kembali. Sekeras apapun mereka mencarinya.

Bukan tanpa sebab. Dahulu ada banyak kejadian pendatang yang hilang secara tiba-tiba. Dan rata-rata yang hilang adalah pendatang dan juga tidur bersama dalam satu kamar. Jadi warga Desa sepakat bahwa kejadian itu karena hal tersebut dan beranggapan bahwa kejadian itu berhubungan dengan hal-hal mistis. Jadi, warga desa menghimbau para pendatang untuk mengikuti aturan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Dan Miya pun akhirnya pasrah dan kamarnya tepat di sebelah kamar Ayyara.

Mata Ayyara melirik pintu kamar Miya yang sedikit terbuka, ia dapat melihat jika penghuni kamarnya itu sudah tak ada di kamarnya. Ia pun lantas melangkah menuju ke ruang makan dalam penginapan itu.

Meskipun ini di desa pedalaman, tetapi penginapan ini terbilang cukup 'mewah' untuk Desa yang tersembunyi dan juga kurang diperhatikan. Mewah dalam artian tempatnya luas seperti kosan.

"Gimana tuan putri, apakah anda nyenyak tidurnya?" Ezra bertanya dengan nada mengejek, tersenyum menyebalkan ke arahnya.

Laki-laki itu sudah duduk manis di meja makan dengan wajah dan rambut putih acak-acakan khas bangun tidur. Viero juga duduk di sebelahnya yang juga berpenampilan khas belum mandinya.

"Berisik." Ujar Ayyara dengan acuh. Dirinya enggan berdebat di pagi hari dengan makhluk jelmaan alien itu yang merusak suasana hatinya.

Ayyara lantas menarik kursi kayu disebelah Kasyapi yang berwajah segar sudah mandi dan berpakaian rapih itu.

Kasyapi memang anak yang rajin dan juga best boy.

Uke terdebest! –––Ayyara berfangirl ria di dalam hatinya.

Ayyara baru sadar jika makanan sudah tersedia di atas meja. Makanan yang terkesan sederhana.

"Ini siapa yang masak?" Tanya Ayyara sembari menatap makanan itu yang berupa Nasi dalam bakul, beberapa Ikan Mas bakar, daun singkong rebus, dan juga sayur rebung. Itu saja.

"Tanya aja wakedes," Ezra menimbali, padahal Ayyara berharap bukan dirinya yang menjawab.

(Wakedes : wakil kepala Desa) ––biar ga ribet.

"Kok jadi ke wakedes?" Ayyara tak bermaksud bertanya kepada Ezra, ia malah menatap Kasyapi berharap dia yang menjawab.

Perlakuan Ayyara itu membuat Ezra kesal karena diabaikan.

Kasyapi baru ingin membuka mulutnya untuk menjawab, tetapi Viero lebih dulu bersuara.

"Karna makanan ini dari wakedes," Mendengar itu Ayyara hanya memangut-mangut sembari ber-oh ria.

Tak lama setelah itu, Miya datang dari arah kamar mandi. Dirinya sudah berpenampilan rapih dan cantik seperti biasanya dengan memakai pakaian biasa dan bukan pakaian pelayannya.

"Baru juga mau nanyain mba Miya kemana, eh udah muncul aja..." Ucap Ayyara yang melihat Miya yang sudah duduk di sebelahnya. Menanggapi hal itu, Miya hanya tersenyum tipis.

Viero yang melihat Miya hanya bisa terdiam sembari memerhatikan. Dari pengelihatannya Miya itu cantik, mungkin usianya sekitar 20 ke atas? Auranya seperti bukan seorang pelayan atau pembantu. Dan dilihat-lihat proporsi tubuhnya pun ideal berbeda dengan pelayan biasanya.

Viero menggeleng pelan membuyarkan lamunannya. Bukan waktunya untuk memikirkan hal-hal yang tak penting. Yang harus ia pikirkan itu keberadaan adiknya.

"Arkein mana?" Ayyara berkerut bingung, biasanya Ketua Osis itu anak yang rajin kan? Dan anak yang rajin itu adalah anak yang bangun pagi, benar kan?

"Masih tidur dia," Kasyapi menjawab sembari melihat ke arah Ezra yang sudah mengambil nasi ke piringnya.

Viero memukul lengan Ezra yang memegang centong nasi. "Heh, ga sopan lo ngeduluin!" Lalu tangan Viero merebut centong itu dan mengambil nasi ke piringnya. Melakukan hal yang sama seperti yang Ezra lakukan.

"Idih, si ngepet! Terus yang lo lakuin itu apa, hah?!" Ezra mengerutkan alis tak terima melihat Viero yang menyendokkan nasi dengan sangat banyak ke dalam piringnya.

Sebenarnya Ezra tak paham apa itu ngepet. Dirinya hanya meniru perkataan Ayyara yang keluar begitu saja dari mulutnya kepada dirinya sewaktu buku tugasnya ia ambil dan ia lempar ke dalam selokan.

"Gue 'kan lebih tua daripada lo, jadi yang tua berhak duluan," Viero tersenyum miring seakan mengejsk ke arah Ezra usai mengambil lauk pauk ke dalam piringnya.

Melihat wajah menyebalkan laki-laki itu membuat Ezra berdecak kesal. "Iya deh si paling tua."

Senyuman miring Viero berubah menjadi masam, bibirnya bergerak ingin membalasnya tetapi perintah Ayyara membuat suaranya tertelan lagi.

Melihat berdebatan kecil itu membuat kepala Ayyara sedikit pusing karena dirinya juga kelaparan. "Diva, mending lo panggil si Arkein, deh."

Alis Ezra berkerut tak terima, tetapi mengingat perutnya sudah berbunyi dari tadi ia pun menuruti perintah Ayyara.

Ezra menarik napas dalam-dalam, lalu..

"WOI, BANGUN LO KETOS GADUNGAN! KALO LO GA BANGUN DALAM HITUNGAN KETIGA, JATAH MAKAN LO GUE AMBIL!!" Ezra berteriak dari kursinya membuat mereka yang ada disitu refleks menutupi telinganya dengan mengernyit.

Ayyara menatap Ezra tajam, "lo ngapain teriak di sini bodoh?!" Pertanyaan itu mewakili semua orang yang berada di meja makan.

Dengan santainya Ezra menjawab sembari mengedikkan bahu. "Katanya tadi di suruh panggil, yaudah gue panggil dari sini." Wajah Ezra terlihat sama sekali tak bersalah, dirinya malah dengan santainya mengambil lauk pauknya.

Ayyara mengusap wajahnya yang gusar. "Ya maksud gue ga gitu juga, jamal!" Keluh Ayyara dengan pasrah.

Beberapa detik setelah itu Arkein sudah datang dan menarik kursinya di sebelah Ezra sembari mengucek-ucek matanya khas bangun tidur.

Rambut yang sudah berganti berwarna hitam itu kini berantakan, berdiri ke atas.

Mereka semua kemudian makan bersama dengan hikmat diselipi dengan beberapa obrolan santai.

Mereka menyuapi makannya dengan tangan, karena di sini tak ada sendok.

"Makanannya kayak ga ada rasa ya... Kayak hambar," Kasyapi berkomentar hati-hati.

Tanpa melirik Ezra membalas dengan tak santainya itu. "Bukan kayak lagi, tapi emang hambar."

"Kayaknya ga di kasih garem, deh." Ayyara menimpali.

"Bukan kayaknya, tapi emang ga dikasih garem." Ezra membalas lagi dengan nada sinisnya itu.

Melihat Ayyara yang terdiam dalam kebingungan itu membuat Arkein mengangkat suaranya.

"Karna ini desa terpencil, dan jauh dari perkotaan jadi bumbu rempah itu langka, mereka harus pergi jauh dulu kalo mau beli garem, micin, atau yang lainnya. Lihat aja, di sini juga pembagian listriknya sedikit. Penerangannya aja pake obor." Jelas Arkein membuat Ayyara dan lain-lain nya mengangguk-angguk paham.

Ketua Osis memang beda dan bisa diandalkan dalam pemahaman dan informasi.

Setelah itu tak ada lagi obrolan. Sampai Viero membuka bibirnya mengatakan sesuatu.

"Kil, tadi malem lo ngerasain sesuatu ga?" Viero bertanya kepada Ayyara sembari menatapnya.

Ayyara yang sedang mengunyah itu lantas berhenti, lalu menjawab tanpa menoleh ke arahnya. "Sesuatu apa?"

Viero meneguk airnya sebentar, lalu kembali membuka suara. "Sesuatu yang aneh gitu,"

Entah kenapa saat Viero mengatakan itu, pandangannya menatap Arkein sekilas. Dan itu membuat mereka berdua beradu tatap dalam beberapa detik, lalu Arkein yang memutuskan kontaknya dengan menatap ke arah lain.

Ayyara tak langsung menjawab, kening Ayyara mengernyit mengingat-ingat kejadian semalam.

Sesuatu yang aneh?

Seingatnya tak ada sesuatu yang aneh atau yang mengganjal tadi malam.

Ayyara lantas menggeleng, "ngga, kenapa emang?"

Semuanya kini menatap ke arah Viero dengan tatapan penasaran, kecuali Arkein yang sedang menatap makanannya sembari mengunyah. Tak minat dengan obrolan itu.

Viero melirik Arkein sekilas, lalu kembali menatap Ayyara. "Oh, gapapa.. Kirain ada." Viero menggeleng pelan, lalu melanjutkan suapannya.

Mendengar itu membuat Ezra kesal karena membuatnya penasaran dan malah menggantungkannya. Ezra berdecak kesal. "Ga jelas lo! Bikin penasasan aja!"

Tiba-tiba ingatan Ayyara memutar, menampilkan sosok seseorang sedang menjilati lengannya. "Eh, gue baru inget. Semalem emang kayak ada yang aneh."

Arkein yang mendengar itu seketika tersedak makanannya yang berada di mulut. Ia langsung menatap Ayyara yang berada di sampingnya itu dengan sedikit melebar.

Viero menatap Ayyara penasaran, tetapi tersirat sedikit kekhawatiran di sana. "Apa?"

Ayyara terdiam sebentar, ia menimbang-nimbang apakah ia harus mengatakannya atau tidak.

Bagaimana jika yang ia lihat semalam itu hanya ilusinya saja. Hal yang sedikit vulgar dan menjijikan itu, mana mungkin betulan ada. Apalagi ia tinggal dengan orang yang ia kenal yang ia yakin tak mungkin ada yang melakukan hal tersebut.

Jika benar hanya ilusi dirinya pasti akan diolok-olok, apalagi ada Ezra yang nantinya akan mengejek hal tersebut dengan mengatakan kata-kata yang pedas.

Ayyara membalas menatap Viero dengan menggeleng. "Ga jadi, deh." Ayyara tersenyum kecil, lalu menuangkan air untuk minum. Dirinya sudah selesai makan.

Viero hanya menghela napas kecewa. Sepertinya ada hal yang disembunyikan dari Ayyara.

Selesai makan, mereka tak beranjak dahulu dari sana. Mereka berbincang lagi, kali ini topiknya membahas tentang pencarian adik perempuan Viero.

"Kita nyarinya mau berpencar apa gimana?" Kasyapi bertanya dengan menatap satu persatu orang yang berada di sana.

"Mending kita tanya dulu sama warga desa, mereka ngeliat adek lo apa ngganya," Viero mengangguk dengan perkataan Ezra.

Ayyara menggebrak meja, mengutarakan pemikirannya yang ia yakin hal itu. "Jangan-jangan adek lo ilang gara-gara ngelanggar peraturan itu lagi? Peraturan yang ga boleh tidur sekamar bareng-bareng?" Ayyara berucap dengan spontan dengan serius.

Mereka semua menatap Ayyara dan Viero secara bergantian. Mereka pasti langsung satu pemikiran dengan Ayyara.

Yang hilang tentu tidak akan pernah ditemukan dan tak pernah kembali. Sekeras apapun mereka mencarinya.

Viero terdiam sebentar, memikirkan hal-hal yang mungkin benar terjadi. Lantas ia mengangguki perkataan Ayyara. "Gue bakal tanyain itu ke warga desa,"

Wajah Viero terlihat biasa saja, tetapi matanya yang sedikit berkaca-kaca dan juga warnanya meredup itu tak bisa bohong jika ia sedang takut dan juga mengkhawatirkan adiknya jika yang dikatakan Ayyara itu benar terjadi.

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 319K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
556K 43.1K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.1M 45K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

6M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...