Butterfly Effect

By Alatesaya

309K 42.5K 3.3K

"Lo mau ga mengarungi neraka bareng gue?" "H-hah?" ------ Kalau Ayyara memilih satu diantara mereka, mereka p... More

01. Awal kisah
02. Second Lead Seme and Sugar Daddy
03. Dilabrak?
04. Sorry
05. First kiss
06. Orang asing
07. Kian : Kertarajasa
08. Kian : Kertarajasa pt. 2
09. Kian : Kertarajasa pt. 3
10. Kian : Kertarajasa pt.4
11. Kian : Kertarajasa pt. 5
12. Malaikat atau Iblis?
13. Punya nyawa berapa?
14. Salah pilih korban
15. Festival
16. Harimau
17. Kepentok
18. Mood baik
19. Patung kodok
20. Tertahan
21. Tak pernah berubah
22. Coretan di atas meja.
23. Elang emas
24. I love you
25. Aku dan kamu
26. I love you too
28. Sudut pandang
29. Predator puncak
30. Pelaku palsu
31. Cicak
32. Sesuatu yang aneh
33. Niat yang sama
34. Rasa daging Sapi
35. Jangan kaget!
36. Mati aja sana!
37. Pelukan
38. Masa lalu Ezra
39. Ayo kita mati bersama!
40. Κοράκι Family
41. Cry baby
42. He's crazy
43. Would you die for me?
44. Hati manusia
45. Hewan peliharaan (?)
46. Bocah puber | Ayyara Davinia
47. Ribut
48. Hari sial
49. Awal dari segalanya
50. Di sini
51. Pangeran
52. Ryu

27. Orang yang bahagia di neraka

4.3K 669 54
By Alatesaya

Bersandar ke depan pada pagar pembatas. Kepala menengadah ke atas, netra matanya menikmati langit malam yang tak berbintang.

Aneh, kenapa bintangnya tidak ada?

Hm.. Mungkin langitnya sedang mendung.

Satu tangan yang memegang bungkus kotak berwarna ungu dan sebuah korek itu menopang tubuhnya di atas pagar pembatas.

Tangan yang satunya bergerak mendekati bibirnya, menghisap benda yang bernama rokok di kedua sela jarinya.

Menghembuskan asap rokok itu sembari menunduk menatap kosong bunga-bunga yang menghias depan rumahnya.

Pikirannya berkelana. Bayang-bayang kejadian tiga hari yang lalu tak lepas menghantui nya.

Ingatannya seketika berputar saat di hari pemakaman Yuma, dimana adik perempuan atau yang dikenal sebagai Zeluna itu menyalahkannya atas kematian kakak laki-laki nya itu.

"Ini semua salah lo!" Zeluna mendorong tubuh Ayyara hingga dirinya terhuyung ke belakang.

Zeluna mengusap pipinya yang basah dengan kasar. "Kalo aja dia ga pergi sama lo. Pasti ini semua ga bakal terjadi!" Air mata Zeluna kembali mengalir.

Ayyara hanya bisa diam menggigit bawah bibirnya yang pucat dengan mata sembabnya. Di dalam hatinya ia membenarkan perkataan Zeluna. Ya, benar. Ini semua salahnya.

"Ini semua salah lo... KAKAK GUE MATI KARNA LO! LO PEMBUNUH!" Teriaknya dan langsung melangkah mencengkram rambut Ayyara.

Ayyara tak ingin melawan, ia terlihat sedang meringis dalam diam.

"ZE UDAH!" Kian menahan lengan Zeluna yang saat itu sedang menjambak rambut Ayyara dengan brutal.

Suasana di pemakaman itu sudah sepi. Para keluarga dan pelayat sudah lebih dahulu pulang, meninggalkan Zeluna sendiri bersama Ayyara dan lain-lain.

Kian menarik tubuh Zeluna agar menjauh dari Ayyara dan langsung memeluknya. Menenangkan dia dengan usapan dipunggung sembari berkata "udah.. Jangan nangis."

Sedangkan dengan Ayyara yang tubuhnya sudah lemas sedari tadi itu ditarik kedalam pelukan Arkein sselaku Ketua Osis penanggung jawab untuk melayat dari perwakilan sekolah.

Arkein dengan lembut mengusap pucuk kepala Ayyara yang tenggelam di dada bidang miliknya. Dirinya bisa merasakan tubuh Ayyara bergetar menahan tangisnya. "Nangis aja.. Keluarin semua air mata lo yang dari tadi lo tahan."

"Anak kecil ga boleh ngerokok," Suara berat itu membuat Ayyara tersadar dari lamunannya. Ia menoleh ke sumber suara, mendapati Daizar yang sudah berdiri di sampingnya.

Tadinya Daizar hanya ingin mengecek keadaan gadis itu, karena tiga hari ini Ayyara terlihat mengurung di kamarnya.

Ia mengetuk pintunya berkali-kali tetapi tak ada jawaban. Untungnya pintu itu tidak dikunci.

Saat masuk ke dalam, kamar Ayyara terlihat kosong. Ia melirik ke arah balkon dengan punggung gadis yang sedang bersandar pada pagar pembatas itu.

"Anak kecil mana yang bisa stress?" Sarkasnya dengan mengangkat satu alis, menantang Ayah angkatnya itu.

Mungkin perasaanya ke Yuma belum sepenuhnya 'jatuh', tetapi pengaruh dirinya bisa membuatnya merasa kehilangan. Walau tak banyak.

Daizar terkekeh kecil, lalu tangannya merebut bungkus rokok dan korek dari tangan Ayyara dan mengambil satu isinya.

"Segitu sedihnya cowok kamu mati sampe bikin kamu gila?" Daizar bertanya dengan santai sembari menghisap rokok itu dengan mata beralih menatap ke arah bawah.

Ayyara menoleh ke depan mengikuti arah tatapan laki-laki itu. "Menurut anda?" Tanya Ayyara balik dengan formal. Entah mengapa ia merasa sedikit kesal saat Daizar mengucapkan kata 'mati' dan 'gila' dengan santainya.

Padahal stress dan gila itu sama sekali berbeda.

"Orang yang udah mati beberapa hari lalu ga usah di sedihin lagi..."

"...Mungkin orang yang kamu sedihin udah bahagia di neraka sana," Ucap Daizar kelewat santai dengan senyum samarnya.

Entah mengapa Ayyara baru tahu jika  Daizar memiliki mulut setajam silet.

Tetapi tiba-tiba saja saat Daizar mengucapkan kata 'neraka' dirinya langsung mengingat potongan kalimat yang tertulis di kertas pink itu.

'Jadi, boleh kan pacar kamu, aku kirim ke neraka?'

Tentu kalimat itu bukan sebuah bualan semata. Itu memiliki pesan tersirat seperti 'kirim ke neraka' artinya ada berbagai macam. Misalnya dengan menganiayanya hingga seperti di neraka, atau melenyapkan nyawanya ke akhirat.

Jangan bilang... Yang membunuh Yuma itu bukan seorang perampok? Melainkan orang ini. Orang yang mengirim pesan aneh di secarik kertas berwarna pink itu.

Dan orang yang dituduh sebagai pembunuh Yuma sebagai perampokan ini hanyalah kambing hitam?

Memang orang yang diduga pelaku dibalik pembunuhan Yuma ini sudah diringkus polisi dalam kurung waktu dua hari pencarian. Pihak kepolisian menyatakan bahwa motif pelaku adalah untuk mengambil barang berharga milik korban atau di singkatnya perampokan.

.....

Hm... Impresif

"Mana ada orang bahagia di neraka," Ayyara menatap aneh ke arah Daizar dengan baju santainya itu.

"Ada," Pandangan Daizar mulai beralih kepadanya. Terlihat ujung bibirnya sedikit tertarik ke atas.

"Siapa?"

"Saya... Kalau di nerakanya ada kamu,"

Ayyara terkekeh sembari melempar puntung rokok ke bawah lantainya untuk dibuangnya nanti, jika ingat.

Tubuh Ayyara menghadap laki-laki itu lalu tangannya menopang kepalanya dengan sikut di atas pagar pembatas. "Itu ngalus atau ngejek saya, Pak?"

Daizar tersenyum lembut saat melihat kekehan Ayyara yang jarang sekali ia lihat, mungkin hampir tidak pernah. "Mungkin ngejek...?" Ucapnya ragu, menggoda gadis dihadapannya ini.

Wajah Ayyara terlihat sebal. "Bapak lucu juga, ya." Ucapnya datar.

Puntung rokok Daizar dilempar di dekat puntung gadis itu. Daizar sepertinya mencontoh perbuatan gadis itu.

Tangan Daizar terangkat, mengacak-acak pucuk kepala Ayyara dengan pelan. "Kamu lebih lucu," Daizar tersenyum lebar membuat Ayyara terperangah.

"Bapak lebih menawan jika seperti itu," Ucapnya formal seperti seorang bawahan kepada atasannya.

Daizar mengangkat satu alisnya bingung, "seperti itu?" Daizar mengulangi perkataan terakhir Ayyara dengan nada bingung seolah meminta penjelasan.

Ayyara mengangguk sekilas, tak lagi menopang dagu. "Tersenyum lebar," Ucapnya dengan tersenyum lembut.

Senyuman itu terlihat manis.

Sangat manis.

Hingga membuat Daizar terbujur kaku untuk beberapa detik. Dirinya tersadar pun langsung tersenyum tipis dan mengangguk kecil. "Baiklah jika itu yang kamu inginkan." Daizar meraih beberapa helai rambut Ayyara yang sudah panjang itu dan langsung menciumnya seperti pangeran-pangeran yang menggoda wanitanya di dalam novel.

Ayyara membeku. Bingung dengan perlakuan Daizar hari ini.

Ini sebenarnya sedang bercanda saja kan? Hanya untuk menghiburnya?

Perlakuan ini membuatnya ambigu. Seperti seorang kekasih, padahal hubungan laki-laki itu dan dirinya adalah Ayah dan anak.

Yah walaupun dirinya bukan anak kandung, melainkan anak angkat aka anak pungut.

Ayyara mengenyahkan pemikiran tak jelasnya itu. Yang pasti ia harus berpikir secara positif.

Ayyara memutuskan untuk tertawa terbahak-bahak dengan perlakuan Daizar tadi. "Bapak bisa aja... Bapak belajar gituan darimana...?" Tanya Ayyara penasaran.

Mata Ayyara menyipit, "––Jangan-jangan bapak sering baca novel fantasi romantis, ya," Ucapnya dengan mata menyelidik.

Mata Daizar sedikit melebar mendengar itu. Ia pun langsung membuang muka ke samping dengan wajah yang sedikit memerah. "K-ketauan, deh." Gumamnya malu-malu yang masih bisa terdengar di telinga Ayyara.

Tawa Ayyara pecah hingga menepuk-nepuk tangan saking lucunya.

Ternyata tampang sangar Ayah angkatnya ini bisa bersikap lucu dan membaca novel fantasi romantis juga, ya.

Sungguh tak terduga.

Tawa Ayyara berhenti, lalu menatap Daizar yang masih memalingkan wajahnya. "Bapak penuh akan kejutan, ya," Ia bisa melihat kalau telinga laki-laki itu memerah.

"B-berisik! Dan jangan panggil saya dengan sebutan 'bapak'," Daizar berseru malu.

"Terus saya harus memanggil anda dengan sebutan apa. Baginda, begitu?" Ayyara menggigit bawah bibirnya menahan tawa.

Daizar menatap Ayyara tajam dengan wajah sedikit merahnya itu. "Jangan aneh-aneh. Panggil saya tuan muda." Seketika Ayyara tertawa dengan kencang.

Seorang Daizar ternyata bisa melawak juga. Padahal dirinya mengira bahwa laki-laki itu hanyalah laki-laki dewasa yang tatoan dan kaku.

Benar-benar tak terduga.






___________________________________________

Siapa nih yang sangat menunggu momen Daizar?!


Hatur nuhun sakabehna (๑˃̵ ᴗ ˂̵)و


Jangan lupa vote, yang ga vote di gigit kelomang. 😡😏



Continue Reading

You'll Also Like

2.5M 136K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
534K 26.1K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
2.6M 264K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
2.6M 151K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...