Butterfly Effect

By Alatesaya

310K 42.6K 3.3K

"Lo mau ga mengarungi neraka bareng gue?" "H-hah?" ------ Kalau Ayyara memilih satu diantara mereka, mereka p... More

01. Awal kisah
02. Second Lead Seme and Sugar Daddy
03. Dilabrak?
04. Sorry
05. First kiss
06. Orang asing
07. Kian : Kertarajasa
08. Kian : Kertarajasa pt. 2
09. Kian : Kertarajasa pt. 3
10. Kian : Kertarajasa pt.4
11. Kian : Kertarajasa pt. 5
12. Malaikat atau Iblis?
13. Punya nyawa berapa?
14. Salah pilih korban
15. Festival
16. Harimau
17. Kepentok
18. Mood baik
19. Patung kodok
20. Tertahan
21. Tak pernah berubah
22. Coretan di atas meja.
23. Elang emas
24. I love you
25. Aku dan kamu
27. Orang yang bahagia di neraka
28. Sudut pandang
29. Predator puncak
30. Pelaku palsu
31. Cicak
32. Sesuatu yang aneh
33. Niat yang sama
34. Rasa daging Sapi
35. Jangan kaget!
36. Mati aja sana!
37. Pelukan
38. Masa lalu Ezra
39. Ayo kita mati bersama!
40. Κοράκι Family
41. Cry baby
42. He's crazy
43. Would you die for me?
44. Hati manusia
45. Hewan peliharaan (?)
46. Bocah puber | Ayyara Davinia
47. Ribut
48. Hari sial
49. Awal dari segalanya
50. Di sini
51. Pangeran
52. Ryu

26. I love you too

4.8K 687 151
By Alatesaya

Perlahan Ayyara melangkah mundur dan menjauh dari kerumunan orang-orang yang menonton acara dance. Tangannya merogoh ponsel dari tas kecil yang sedari tadi bergetar.

Kening Ayyara berkerut saat melihat nama orang yang meneleponnya.

Zaki is calling...

Zaki. Nama itu adalah nama dari cowok cupu berkacamata bulat yang waktu itu Ayyara tolong dari berandalan sekolah. Dan fakta menariknya ternyata dia itu murid baru dikelasnya. Dirinya merasa tak enak. Segitu kah dirinya acuh dan tak peduli terhadap sekitar? Sampai-sampai murid baru dikelasnya pun ia tak tahu.

Zaki dan dirinya mulai dekat sejak tiga minggu yang lalu saat Ezra ingin menampar nya.

Waktu itu entah mengapa Ezra terlihat sangat marah kepadanya, padahal rasanya ia tak pernah berbuat apapun dengannya. Dengan amarah, Ezra mengangkat tangannya untuk menampar Ayyara.

Dengan sigap Zaki yang tak sengaja melihat itu pun langsung berada di depan Ayyara dan mendapat tamparan yang bukan untuknya itu.

Dan sejak saat itu lah mereka berteman. Yuma juga terlihat tak masalah dengan Zaki. Malahan dia berbuat baik dengannya, seperti sekedar mengajaknya ke kantin bersama atau mengajaknya bermain voli.

Ayyara heran, mengapa Zaki meneleponnya malam-malam begini? Malam minggu pula.

Tanpa basa-basi Ayyara menekan tombol hijau dan mendekatkan ponselnya pada telinga.

"Halo?" Ucap Ayyara agak berteriak karena di sana sedikit berisik.

"H-halo,"

"Ada apa, Zaki?"

"A––anu aku mau nanya.."

"Nanya apa?" Ayyara menaikkan satu alisnya.

"PR biologi yang waktu itu di buku paket halaman berapa ya?"

Ayyara mengerutkan alis. Memangnya ada PR biologi? Sejak kapan? Seingatnya tidak.

Tak usah heran jika itu Ayyara. Ia itu cepat melupakan hal-hal yang menurutnya tak penting.

Ayyara berdehem keluar dari lamunannya. "Gue ga tau.. Coba tanya Kasyapi, dia kan anaknya ra–––"

Bruk!

Belum sempat menjawab ponsel Ayyara sudah terjatuh ke bawah dengan keras.

Ayyara melirik bajunya yang basah terkena air minum seseorang. Dengan mata tajam dan ingin memaki, ia melirik siapa pelaku yang menabraknya itu.

"M-maafin ibu nak... Ibu ga sengaja," Maafnya dengan wajah sedih.

Ayyara bungkam. Bibir Ayyara yang terbuka ingin memaki seketika dirapatkan kembali. Sumpah serapah yang ingin dilontarkan kepada sang pelaku seketika tersangkut di tenggorokan nya kala melihat wanita paruh baya dihadapannya menatapnya dengan tatapan bersalah.

Dirinya lalu menggeleng cepat, "gapapa bu," Ayyara tersenyum tipis, lalu membungkuk mengambil ponsel dan jaket denim yang terjatuh dari pundaknya yang sudah tergeletak di tanah.

"Sekali lagi maafin ibu ya udah nabrak kamu.. ibu buru-buru soalnya." Ucapnya dengan nada khawatir.

"Iya gapapa bu.."

"Baju kamu jadi basah. Ibu jadi ga enak.."

"Saya 'kan udah bilang gapapa bu.. Udah ibu pergi aja katanya buru-buru kan?" Ayyara bukan berniat mengusir, tapi ia ingin cepat-cepat membersihkan bajunya.

Untung saja jaket denim milik Yuma tadi tak ikut basah, jadi dirinya bisa mengganti bajunya dan memakai itu.

Wanita paruh baya itu mengangguk, lalu dengan ragu pergi meninggalkan Ayyara. Tak lupa mengucapkan permintaan meminta maaf untuk kesekian kalinya.

Ayyara menghela napas saat dirinya sudah melepaskan bajunya yang basah, berganti dengan memakai jaket denim milik Yuma yang tak lupa dikancing.

Memasukkan bajunya ke kantong plastik yang ia pinta dari stand minuman di dekat toilet.

Matanya tak sengaja melihat cup eskrim coklat yang tergeletak begitu saja saat dirinya sudah tiba di tempat semula.

Kening Ayyara berkerut. Apa ini ulah Yuma?

Firasatnya seketika merasa tidak enak. Ia langsung berlari kecil ke arah stand eskrim. Matanya tak menemukan sosok Yuma di sana.

Matanya menjelajahi sekitar. Seketika sudut matanya melihat sosok yang ia cari itu sedang berlari menjauh sambil sesekali menubruk orang-orang yang lain.

Ayyara refleks mengejar sambil meneriaki namanya. "YUMA!!" Percuma saja berteriak. Teriakan Ayyara tenggelam oleh riuhnya orang-orang yang berada di sana.

Ayyara berlari mengejar Yuma dengan perasaan bingung. Pertanyaan-pertanyaan 'mengapa' memenuhi otaknya.

Dirinya penasaran, mengapa Yuma berlari pergi dengan gelisah seperti itu? Apa ada sesuatu sampai-sampai meninggalkannya begitu saja di tempat ini?

Sial.

Ia ingin menelepon Yuma tetapi ponselnya mati karena tubrukan tadi.

Karena terburu-buru, Ayyara jadi menabrak bahu seseorang hingga dirinya terjatuh.

Dirinya meringis. Sepertinya kakinya terkilir.

Lagi-lagi ia merasa dejavu..

Ia segera bangkit. Kembali mengikuti Yuma yang sudah menjauh dengan sedikit tertatih.

__________


Ayyara dengan jelas melihat Yuma ke daerah sini.

Daerah sepi nan gelap yang berada agak jauh dari festival tadi.

Ia ketinggalan jejak. Ia melirik sekitar yang penuh akan pohon dan gedung yang sudah tutup.

Kakinya melangkah memasuki gang dengan ragu-ragu.

Apa benar ke sini?

Tak lama, matanya tak sengaja melihat siluet hitam milik seseorang yang keluar dari rumah kosong yang berjarak lima belas langkah dari tempatnya.

Seseorang yang bertopi, menggunakan masker dan pakaian serba hitam itu beradu tatap dengan matanya selang beberapa detik. Lalu melesat pergi meninggalkan Ayyara yang masih tergugu.

Mata itu... Serasa tak asing.

Ia menggeleng, menghilangkan pikiran-pikirannya yang kemana-mana.

Ayyara melangkah mendekati rumah kosong itu. Melupakan tujuan awalnya ia datang kemari.

Ia dibuat penasaran setengah mati.

Mengapa orang itu keluar dari sana?

Ada apa di sana?

Mengapa dia pakai topi dan masker?

Apa dia buronan?

Atau jangan-jangan di dalam rumah itu penyimpanan barang-barang haram untuk dijual?

Kalau begitu, Ayyara harus mengamb–––maksudnya mengamankan barang itu dan segera menju––menyerahkannya kepada pihak yang berwajib.

Tahukah kalian, Kian itu pernah mengatakan bahwa Ayyara itu makhluk hidup paling kepo dan paling aneh yang pernah ia temui.

Ayyara sudah sampai di depan pintu kayu itu. Dari jendela tak terlihat apa yang berada di dalam karena gelap.

Lampu saja cuma ada satu di teras rumah itu dan itupun berwarna jingga.

Ia menarik napasnya dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan untuk menormalkan detak jantungnya.

Dengan ragu, Ayyara menegang knop pintu dan memutarnya ke bawah. Ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi saat dirinya masuk ke dalam sana.

Kemungkinan pertama, tak ada apapun di dalam.

Kemungkinan kedua, ada banyak barang haram di dalam.

Kemungkinan ketiga, ada preman yang menetap di dalam. Menjadikan rumah kosong itu sebagai markas untuk bermain judi.

Ayyara meminta semoga kemungkinan ketiga tak terwujud. Dirinya sangat dirugikan jika iya. Tahu sendiri kakinya sedang terkilir.

Tanpa berlama-lama, pintu itu langsung ia buka dengan lebar. Persetan dengan intip-intip dahulu.

Cahaya dari lampu teras langsung menyorot ke dalam. Keadaan ruangan itu seketika bisa Ayyara lihat berkat cahaya itu.

Ayyara mematung.

Ini bohong kan?

Pasti bohong.

Netra matanya terpaku melihat ke arah bawah dengan tatapan tak percaya.

Kedua kakinya terasa lemas, dadanya melongos, dan matanya bergetar seketika.

Kaki Ayyara melangkah perlahan, mendekati pemandangan yang ada di depannya.

Simbahan darah mengotori lantai dan menyiprat ke dinding suram itu.

Seseorang tergeletak tak berdaya di depannya.

Seorang laki-laki

Berkaos putih.

Seseorang yang ia cari

Yuma...

Ayyara terjatuh dengan terduduk lemas di samping tubuh Yuma.

Tangannya yang gemetar terangkat, meraih wajah damai cowok itu.

"Ini bohong kan?!"

"Pasti bohong!"

"Ini..... Bohong... Kan..."

"Pasti.... B––bohong...."

Hancur sudah pertahanan dirinya. Ia terisak. Air matanya yang sedari tadi berkumpul di pelupuk matanya lolos begitu saja membanjiri kedua pipinya dan menetes ke wajah Yuma yang berada di pangkuannya.

Satu tangannya memegang leher Yuma yang tergores dalam. Telapak tangannya penuh akan darah dari cowok itu.

"Kenapa...."

"Ayo bangun...."

"Kamu belum denger balesan aku yang tadi kan...."

"Cepet bangun!" Ayyara menggoyangkan tubuh Yuma dengan keras.

"Woy Jangan tidur!" Ayyara menepuk-nepuk pipi Yuma dengan marah.

"Katanya.... Kamu janji ga bakal ninggalin aku..."

"Tapi nyatanya apa?!"

"Kamu bohong! Kamu brengsek!" Ayyara mencengkram kaos cowok itu dengan kesal.

Ayyara terisak. Ia menangis hebat.

"Sayang... Udahan ya becandanya," Ayyara tersenyum sembari mengusap-usap pipi Yuma.

"Bangun yuk... Aku tau kamu cuma akting. Ga lucu tau, bikin aku khawatir."

Ayyara menggigit bawah bibirnya saat cowok itu tak kunjung bangun.

Ia kembali menangis lagi dengan kencang seakan air matanya tak mau berhenti, meraung-raung mengatakan 'bangun' beberapa kali.

Ayyara berhenti menangis. Ia mengelap kasar wajahnya yang basah menggunakan punggung tangannya.

Bibirnya mendekat untuk mengecup bibir Yuma dengan lama. Lalu beralih menciumi setiap inci wajah cowok itu yang sudah terkena darah dari telapak tangannya.

Terakhir ia mengecup kelopak matanya sembari berkata dengan lembut, "i love you too, my lover."

Disisi lain yang tak jauh berada di sana, seseorang bertopi dan bermasker serba hitam itu menyeringai saat mendengar teriakan pilu nan menyedihkan dari bibir Ayyara.

Malam itu, Yuma Feerazue berpulang ke sisiNya.


Malam minggu yang manis serta menyakitkan bagi Ayyara.




___________________________________________

Mohon maaf kalo feelnya ga kena, ga bisa bikin angst njir 🙏

Terima kasih..

°
°
°
Yang ga vote ku betot pala klean 😏

YUMA FEERAZUE

KASYAPI SASKARA

ARKEIN SAHARA

KERTARAJASA (KIAN)

DAIZAR (nama panjangnya siapa sih? Lupa jir)

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 44K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 67.3K 30
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
833K 101K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
604K 23.6K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...