Butterfly Effect

By Alatesaya

309K 42.5K 3.3K

"Lo mau ga mengarungi neraka bareng gue?" "H-hah?" ------ Kalau Ayyara memilih satu diantara mereka, mereka p... More

01. Awal kisah
02. Second Lead Seme and Sugar Daddy
03. Dilabrak?
04. Sorry
05. First kiss
06. Orang asing
07. Kian : Kertarajasa
08. Kian : Kertarajasa pt. 2
09. Kian : Kertarajasa pt. 3
10. Kian : Kertarajasa pt.4
11. Kian : Kertarajasa pt. 5
12. Malaikat atau Iblis?
13. Punya nyawa berapa?
14. Salah pilih korban
15. Festival
16. Harimau
17. Kepentok
18. Mood baik
19. Patung kodok
20. Tertahan
21. Tak pernah berubah
22. Coretan di atas meja.
24. I love you
25. Aku dan kamu
26. I love you too
27. Orang yang bahagia di neraka
28. Sudut pandang
29. Predator puncak
30. Pelaku palsu
31. Cicak
32. Sesuatu yang aneh
33. Niat yang sama
34. Rasa daging Sapi
35. Jangan kaget!
36. Mati aja sana!
37. Pelukan
38. Masa lalu Ezra
39. Ayo kita mati bersama!
40. Κοράκι Family
41. Cry baby
42. He's crazy
43. Would you die for me?
44. Hati manusia
45. Hewan peliharaan (?)
46. Bocah puber | Ayyara Davinia
47. Ribut
48. Hari sial
49. Awal dari segalanya
50. Di sini
51. Pangeran
52. Ryu

23. Elang emas

4.8K 764 33
By Alatesaya

📢 Mohon bijak dalam membaca, karena chapter ini banyak mengandung hal sensitif. Seperti kekerasan, darah, pelecehan seksual, dan pembunuhan 🔞







__________





Menurut internet, Elang emas adalah salah satu hewan predator yang berburu dengan cara yang sangat kejam.

Saat memangsa hewan yang besar, sulit bagi mereka untuk membawanya sampai ke sarang. Maka yang mereka lakukan adalah menangkap mangsanya, membawanya terbang ke ketinggian, lalu menjatuhkannya ke bawah.






__________

Empat tahun yang lalu.


Ketika Ayyara Lanakila memasuki umur empat belas tahun atau kelas dua SMP, ada kejadian yang membuatnya dijuluki sebagai elang emas dan ditakuti oleh siswa-siswi di SMP itu.

Ayyara Lanakila. Setahu teman seangkatannya, gadis itu adalah gadis yang pendiam, dingin, dan acuh terhadap sekitar sehingga Ayyara jarang 'dilirik' oleh mereka.

Tak ayal teman sekelasnya pun suka lupa kalau di kelasnya ada gadis yang bernama Ayyara Lanakila. Saking pendiam dan tak memiliki hawa keberadaan itu.

Sampai saat dirinya tak sengaja menubruk dan menumpahkan makanannya ke seragam milik seorang gadis populer di sekolahnya. semenjak itu, semuanya perlahan mulai berubah.

"Heh, goblok! Kenapa lo diem aja, hah?!" Geram seorang gadis kala kulit dan seragam yang ia pakai sudah kotor tertimpa kuah hangat makanan.

PLAK!

"Cepet minta maaf!" Paksa gadis itu setelah menampar keras wajah seorang gadis berambut pendek itu hingga menoleh ke samping.

Gadis berambut pendek, atau yang ber-name tag Ayyara Lanakila itu mengusap pipinya yang terasa panas.

Perlahan ia mulai menoleh ke arah gadis yang menamparnya. "Lo yang salah." Ucapnya tak ada keraguan di dalamnya.

Gadis populer yang kerap disapa Lia itu semakin geram mendengar penuturan darinya yang mengelak untuk meminta maaf.

"Baju gue kotor gara-gara lo, bego!" Bentaknya dengan wajah merah dan mata melotot tajam sembari mendorong Ayyara dengan keras hingga terhuyung ke belakang, tetapi tidak sampai terjatuh.

"Tapi lo yang nyenggol, seragam gue juga kotor." Ucapnya tenang, menatap seragamnya yang basah dan kotor itu.

Siswa-siswi yang berada di kantin sedari tadi menahan napas kala pengelihatan mereka melihat gadis populer sedang marah kepada seorang gadis yang menurut mereka terlihat malang.

Lihat saja gadis berambut pendek itu, ia hanya diam dengan mata kosong nan kelam seperti tidak ada gairah disana, kala rambutnya dicengkram kuat oleh Lia, si gadis yang dikenal dengan julukan queen bullying.

Wajar saja, siapa sih yang tak mengenal Lia? Ia adalah gadis populer dengan kelakuan beringas dan seenaknya.

Sudah banyak siswa dan siswi yang menjadi korbannya. Rata-rata korbannya pun kasusnya sama seperti gadis itu, bahkan ada yang sangat sepele. Seperti tidak sengaja menginjak sepatu mahalnya.

Tak heran jika nanti gadis malang akan menjadi bulan-bulanan Lia untuk dijadikan mainannya. Karena Lia tak akan melepaskan targetnya begitu saja.

Semenjak itu, hari demi hari, masa sekolah Ayyara menjadi sangat kelam bagai di neraka. Dirinya terus mendapat perundungan, baik secara terang-terangan maupun diam-diam.

Seperti dikunci di dalam toilet hingga dirinya nyaris mati jikalau tidak ada orang yang datang menolongnya.

Lokernya ditaruh oleh banyaknya bangkai kecoa membuat dirinya diberi peringatan oleh guru dan disuruh membersihkan nya sendiri.

Tasnya dibuang ke pembuangan sampah yang dekat dari sekolah, membuat dirinya mau tidak mau pergi ke sana dan membuat seluruh tubuhnya kotor dan bau akibat menenggelamkan dirinya sendiri ke dalam sampah supaya dapat mengambil tasnya yang ditelan tumpukan berbagai macam sampah itu.

Dibuat mabuk oleh mereka dan dijebak sehingga dirinya mendapat pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki berandal yang terkenal di sekolahnya.

Laki-laki itu perlahan membuka kedua matanya. Dengan merasakan pening di kepalanya, ia pun perlahan duduk sembari bersandar pada sandaran kasur.

Ia tak mengingat apapun.

Ia memegang kepalanya yang terasa sakit sembari sesekali merintih dengan mata tertutup. Setelah beberapa menit berlalu, rasa sakitnya pun hilang dan berganti dengan perasaan cemas disertai perasaan bersalah.

Ini pasti hanya mimpi. Ini pasti hanya mimpi buruknya kan?

Dirinya. Dirinya telah melakukan sesuatu hal yang sangat fatal.

Dengan mata bergetar ia pun langsung melirik ke samping dengan takut-takut.

Jantungnya langsung melongos begitu saja saat dirinya melihat seorang gadis dengan keadaan sangat kacau yang sedang tidur menghadapnya dengan kedua tangan nya diikat ke belakang menggunakan dasi. Terlihat banyak bekas memar pada bagian tubuhnya yang ia tebak itu adalah akibat dari cambukan menggunakan ikat pinggang.

Dengan gemetar dan dada yang sesak, ia pun segera melepaskan ikatan dasi yang mengikat kedua lengan gadis itu. Dan tiba-tiba saja, gadis itu membuka matanya dan berkata, "gue pengen mati." Kata-kata itu keluar dari bibirnya yang berdarah. Sorot matanya sayu dan kosong.

Dijambak, ditonjok, ditampar, ditendang, dicekik dan hal kejam lainnya telah menjadi makanan sehari-hari gadis itu.

Tetapi gadis itu tidak pernah mengeluarkan emosinya sama sekali. Seperti hanya sebuah boneka tanpa nyawa.

Sudah di bagaimanapun perundung itu merundungnya, ia tak pernah sedikitpun membalas atau sekedar menjerit kesakitan. Ia hanya menatap mereka dengan mata kosongnya membuat mereka malah semakin geram dengannya. Sehingga muncul ambisi mereka, untuk membuat Ayyara merasakan emosi dan merintih kesakitan di bawah kaki mereka.

Sebutan iblis pun belum cukup untuk mendeskripsikan semua perbuatan mereka.

Hingga suatu hari, dengan pertama kalinya ia mengeluarkan perasaan emosi di sekolah itu.

"Heh. Nilai kita kenapa dibikin 30?! Lo mau mati, hah?!" Ucap Lia sembari memukul wajah Ayyara menggunakan bukunya.

Ia membisu, netra matanya melihat tiga orang itu meliriknya tajam.

Teman Lia yang satu mencengkram rambut Ayyara keras. "Cih, mau gue robek mulut lo biar ngomong?!" Gregetnya.

Tiba-tiba Ayyara angkat suara. "Gue... Benci pelajaran sejarah."

"Alah, alasan! Bilang aja lo sengaja kan?!" Teman Lia yang mencengkram rambutnya itu mendorong keras tubuhnya hingga menubruk dinding toilet dan tersungkur ke bawah. Untung saja dibelakangnya ada tas yang mengurangi rasa sakit benturan itu.

"Coba kita liat aja bukunya, sama atau ngga nilai dia sama kita?" Teman Lia yang kedua berucap tenang, tetapi matanya tak bisa berbohong jika dirinya sedang kesal.

Ayyara yang mendengar itu refleks merentang kan kedua tangannya, agar mereka tak menyentuh isi tasnya.

Mereka bertiga lantas kesal melihat itu, Lia pun berinisiatif untuk menginjak paha Ayyara membuat mata sang empunya membola menahan sakit.

Mereka berhasil mengambil tas Ayyara saat kedua lengannya sibuk melepaskan pijakan Lia di pahanya. "Gue tau, lo itu cuma pura-pura kuat. Padahal lo pasti ngerasain sakit setengah mati kan?" Lia menyeringai takala terus menekan kakinya pada paha Ayyara tersebut.

Kedua teman Lia membongkar semua isi tasnya, lalu salah satu temannya tertarik akan sesuatu. "Eh liat. Buku diary!" Mereka menyeringai, lalu memberikan buku berwarna hitam itu kepada Lia.

Wajah dan tatapan Ayyara masih sama, tak bereaksi apapun. Tetapi dalam hatinya mungkin sebaliknya.

Lia membuka halaman acak dan membacanya.

"Aku dibully... Oleh perempuan jahat disekolahku." Lia membacanya sebaris dengan lantang dengan nada mendongeng.

Lia tersenyum, lebih tepatnya menyeringai. Lalu melanjutkan bacaannya di selebet halaman lainnya.

"Aku dijebak. Aku dilecehkan oleh seorang lelaki yang tak aku kenal. Aku hancur, walau memang dari awal diriku sudah hancur. Aku sangat membenci laki-laki." Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak kala melihat wajah Ayyara yang perlahan mulai suram itu.

Kemudian, Lia membuka halaman pertama.

"Aku benci. Aku benci. Aku benci! Aku benci lelaki brengsek itu! Dia telah... dia telah membunuh kedua orang tuaku! Kuharap aku bisa mem––"

BUGH!

Lia tergeletak dengan kepala menghantam lantai kala kakinya ditarik tiba-tiba.

Ayyara lantas langsung menindihnya lalu menerjangnya di wajah dengan pukulan beruntun. Membuat wajah Lia yang cantik, kini seketika bersimbah darah.

Dirinya marah. Sangat marah. Mendengar curhatannya di buku diarynya diusik dan dibacakan dengan diolok-olok.

Apalagi dirinya membenci mendengar curhatan tentang orang tuanya yang sesaat ia lupakan.

Kedua teman Lia menatapnya syok. Entah darimana kekuatan Ayyara berasal, ia berhasil membuat mereka ketakutan kala melihat dirinya tanpa ampun memukuli wajah Lia. Aura membunuh terpancar pada orang itu. Mereka melihat wajah Ayyara yang menggelap, disertai tatapan mengkilat tajam penuh kebencian.

Mata mereka berdua bergetar dan tubuhnya kaku. Dengan bersusah payah mereka menggerakkan kakinya untuk melangkah menjauh dari orang itu dan meminta bantuan.

Tetapi, baru sampai diambang pintu, lengan mereka ditarik dan terhempas hingga keduanya menubruk lantai.

Dengan mata gemetar dan keringat dingin serta pusing akibat tubrukan dengan lantai, teman Lia ke-1 menatap gadis yang berada di atasnya.

Dan tanpa ampun. Ayyara menghajar mereka berdua hingga sekarat seperti temannya, Lia.

Dirinya dipenuhi oleh amarah, putus asa, dan rasa benci. Semuanya menjadi gelap.

Entah itu memukulnya dengan pel an, menonjok, menendang, menampar, menginjak. Sama persis dengan kelakuan yang diberikan mereka terhadapnya kemarin-kemarin.

Tanpa ada yang ingin meneranginya.

Suara mengerang kesakitan saling sahut-menyahut. Suaranya terdengar pilu, tetapi tak membuat gadis itu berhenti menyiksa mereka.

Tanpa ada yang menunjukkan jalan kepadanya.

Mungkin dikarenakan siswa-siswi lain sudah pulang, raungan kesakitan dan tangisan mereka tak mengundang orang-orang untuk membantunya lepas dari siksaan itu.

"ADA APA?!" Tiba-tiba seorang lelaki muncul dengan tergesa dan menatap syok ke arah Ayyara yang sedang memasukkan gagang pel an ke alat vital mereka bertiga dengan keadaan tergeletak dilantai dengan tampilan mengenaskan. Darah menyiprat dimana-mana dan bau anyir yang menyengat hidung.

Lelaki itu terbujur kaku, seperkian detik gadis itu melihatnya dan langsung menerjangnya hingga tergeletak dan mencekik lehernya dengan sangat kuat.

Kedua matanya membola saat melihat sosok gadis yang mencekiknya itu terlihat sangat menyeramkan, matanya tersirat kebencian tetapi ada secuil kesedihan yang terlihat.

Tanpa ada yang memberitahunya benar atau salah.

Lelaki itu meronta-ronta memukuli lengan Ayyara yang mencekiknya saat pernapasan diparu-parunya mulai menipis.

Entah ini keberuntungan atau apa, tetapi gadis itu melepaskan cengkramannya pada lehernya. Ia langsung mengambil napasnya dengan serakah sambil terengah-engah.

Gadis itu tak langsung bangun, ia masih berada di atas lelaki itu. "Kasih tau semua orang, kalau gue pelakunya." Lelaki itu mengangguk cepat setelah itu Ayyara menyingkir darinya.

Lelaki itu bangkit, ia seakan paham maksud ucapannya. Ia pun pergi dengan gemetaran dengan napas tercekat.

Bukan tanpa alasan Ayyara berkata seperti itu. Ia hanya tak ingin kehidupannya diusik. Lebih baik dikenal menjadi orang yang jahat yang ditakuti, daripada dikenal menjadi orang baik yang sering disakiti.

Dengan wajah yang masih menggelap, Ayyara mengambil pisau lipat dari dalam tas Lia.

Tak perlu heran jika Ayyara tahu, karena pisau lipat itulah yang sering menggores bagian tertutup kulitnya.

Mata Ayyara bergulir ke arah mereka bertiga. Tak sebesitpun darinya untuk membunuh mereka. Karena jika ia membunuh mereka, maka bukan kah ia akan menjadi sama dengan si brengsek itu?

"Kalo gue mati, apa rasa sakit ini bakal hilang?" Ia tersenyum kala pisau lipat itu akan ia arahkan kepada lehernya.

Dari sudut matanya, ia bisa melihat seseorang yang berlarian ke arahnya.

Tepat beberapa inci jarak pisau lipat itu dari lehernya, tiba-tiba ada tangan yang menutupi lehernya dan membuat tangan itu terkena mata pisau dan langsung mengeluarkan cairan berwarna merah segar yang menetes ke bawah.

Kedua mata Ayyara sontak membola saat melihat seseorang yang di hadapannya itu.

"Jangan mati. Ingat, ada aku yang selalu peduli sama kamu. Cuma aku satu-satunya yang kamu punya." Ucap seseorang itu dan langsung memeluk erat sang gadis.

Ayyara yang semula-mula terdiam karena sedikit syok kemudian tersenyum tipis.

Dia si brengsek. Orang nomor satu yang menghancurkan kebahagiannya.

Dan dia juga orang nomor satu yang berada di depan, untuk melindunginya.

Beberapa hari kemudian rumor tentang Ayyara berkembang pesat ada yang percaya dan ada yang tidak.

Ayyara pun tak masuk sekolah selama beberapa minggu dikarenakan sakit.

Setelah itu ada kabar bahwa Lia dan kedua temannya, Serta keluarga mereka bertiga meninggal dunia karena dibunuh.

Pembunuh berantai itu mengambil jantung, ginjal, mata, dan organ-organ lain yang penting.

Tak ada tanda atau motif yang jelas dibalik pembunuhan berantai ini, karena tak ada tanda-tanda harta yang hilang atau balas dendam. Polisi pun tak bisa mengusutnya dengan tuntas dan menyerah untuk mencari pelakunya.

Karena polisi pun sudah pasti tahu, bahwa pembunuh ini bukan orang-orang yang biasa.

Pembunuh itu pasti...

Seorang mafia.

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.6M 41K 18
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 230K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
2.6M 130K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
485K 51.9K 22
Waktu membawa hati bergerak menjadi sebuah rasa tanpa ia duga. Cerita ini tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri...