ZiAron [END]

By sashasyy

7.3M 719K 63.9K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. TERIMAKASIH] ________________________________________... More

01 - ZiAron
02 - ZiAron
03 - ZiAron
04 - ZiAron
05 - ZiAron
06 - ZiAron
07 - ZiAron
08 - ZiAron
09 - ZiAron
10 - ZiAron
11 - ZiAron
12 - ZiAron
13 - ZiAron
14 - ZiAron
15 - ZiAron
16 - ZiAron
17 - ZiAron
18 - ZiAron
19 - ZiAron
20 - ZiAron
21 - ZiAron
22 - ZiAron
23 - ZiAron
24 - ZiAron
25 - ZiAron
26 - ZiAron
27 - ZiAron
28 - ZiAron
29 - ZiAron
30 - ZiAron
31 - ZiAron
32 - ZiAron
33 - ZiAron
34 - ZiAron
35 - ZiAron
36 - ZiAron
37 - ZiAron
38 - ZiAron
39 - ZiAron
40 - ZiAron
41 - ZiAron
42 - ZiAron
43 - ZiAron
44 - ZiAron
45 - ZiAron
47 - ZiAron
48 - ZiAron
49 - ZiAron
50 - ZiAron
51 - ZiAron
52 - ZiAron
53 - ZiAron
54 - ZiAron
55 - ZiAron
56 - ZiAron
57 - ZiAron
58 - ZiAron
59 - ZiAron
60 - ZiAron
61 - ZiAron
62 - ZiAron
63 - ZiAron
64 - ZiAron
65 - E N D
EXTRA PART I
EXTRA PART II
EXTRA PART III
EXTRA PART IV + SEQUEL

46 - ZiAron

84.9K 8.9K 526
By sashasyy

• Cinta

Aron membuka pintu kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuh. Menghela nafas pelan melihat Zia sudah tidur lebih dulu disana. Sejak siang tadi, sikap Zia memang berbeda dengannya. Lebih mengacuhkannya membuat dirinya tak nyaman.

Ia memilih berjalan kembali. Merangkak naik keatas tempat tidur dengan menyelimuti tubuh gadis itu sebatas dada.

Tangannya bergerak membelai pelan rambut Zia. Wajah bulat yang sekarang semakin terisi membuatnya tersenyum kecil. Chubby, ia gemas dengan itu.

"Aku buat salah hari ini ya? Kamu cuekin aku bukan karena marah kan?" gumam Aron masih enggan menyudahi aktifitasnya membelai rambut yang istri.

"Zia gini karena baby. Nggak mungkin kamu marah sama aku. Aku aja nggak buat ulah hari ini." lanjutnya tersenyum tipis.

"Maaf ya kalau belum jadi suami yang sempurna. Tapi aku janji zi, aku perbaiki semuanya." lagi, Aron tersenyum diakhir kata.

Terakhir Aron mengecup kening sang istri sebelum kepalanya turun pada perut Zia.

"Sayang,"

"Udah besar kamu disana?" Aron mengusapnya pelan.

"Sehat sehat, ya? Janji kalau baby sehat, daddy kasih hadiah nanti waktu lahir." Aron tersenyum penuh.

Aron memilih untuk mengakhiri obrolannya dengan sang anak. Satu kecupan hadir disana dan berbisik.

"Jangan buat mommy cuekin daddy. Sayang baby."

Perlahan, Aron merebahkan tubuhnya kini. Menatap wajah damai Zia lagi. Istrinya benar benar sudah tidur sangat nyenyak.

Sedikit mengangkat kepala Zia dan menelusupkan satu tangannya untuk menjadi bantal sang istri. Menggeser tubuhnya untuk lebih mendekat dan mendekap Zia. Dan ikut tertidur setelahnya.

••••••

Sekarang Aron sudah dibuat sedikit geram dengan Zia. Gadis itu memaksa akan berangkat ke kampus. Padahal baru saja mual pagi tadi.

"Nggak usah ke kampus aja ya hari ini? Kamu nggak kasihan sama baby ya?" tutur Aron masih memberi pengertian sejak tadi.

Zia tak bergeming. Gadis itu masih senantiasa bersiap tanpa memperdulikan ucapan Aron sejak tadi.

"Zia,"

"Aku mau kuliah ar. Jangan larang larang aku." tegas Zia membuat Aron terdiam sejenak.

"Tapi kamu tau sendiri kamu habis muntah muntah tadi. Pikiran kesehatan kamu."

"Aku nggak lemah." yang kemudian langsung melenggang pergi meninggalkan Aron.

Aron hanya bisa diam sekarang. Melihat istrinya yang pergi tanpa bisa ia cegah. Sejak kemarin, sikap gadis itu benar benar berbeda dengannya. Tapi Aron masih berpikir positif. Zia seperti itu karena anaknya.

Menghela nafas pelan dan bergegas menyusul Zia kini.

Skip....

Kini keduanya sudah berada di kampus. Berjalan berdampingan dengan Zia yang tak mau Aron gandeng. Tidak apa. Aron masih sabar.

"Pagi Aron!"

Siapa yang datang? Tentu itu Gisa.

Aron dan Zia hanya melirik. Tak berniat menghentikan langkahnya juga. Aron pun sekarang menggenggam tangan Zia paksa yang membuat sang empu pasrah.

"Tungguin gue dong," Gisa mengintili keduanya. Namun tak satupun dari keduanya yang mau menggubris dirinya.

"Zia lo pasti udah lihat foto yang gue kirim kemarin kan?" teriak Gisa membuat langkah Zia terhenti.

Aron terdiam sesaat. Foto apa?

Zia berbalik dengan gandengan tangan yang sudah terputus. Matanya menyorot penuh Gisa dan menunggu gadis itu hingga sampai didepannya kini.

"Gue kasih lihat lagi nih," ucapnya dengan senyum sembari memperlihatkan satu foto di layar ponselnya. Memperlihatkan jelas Aron dan Gisa yang sedang berpelukan kemarin.

"Aron udah mulai tergoda sama gue," pelan Gisa yang membuat ponsel di tangannya terbanting kebawah.

Gisa tersenyum melihat ponselnya yang sudah hancur. Bukan masalah besar. Terpenting Zia sudah tahu foto itu dan sekarang menatap pelaku yang membanting ponselnya. Tak lain itu Aron.

"Jangan pernah hasut pikiran Zia." tegas Aron menggebu.

"Nggak hasut. Tapi kenyataan." Gisa mengangkat alisnya tinggi.

Aron tidak menjawab. Bukan karena kehabisan kata kata melainkan melihat Zia yang pergi begitu saja. Segera ia menyusulnya tanpa mengurus Gisa lagi.

Gisa tersenyum miring. "Gue suka keributan."

••••••

"Zia,"

Aron menarik paksa tangan Zia untuk berhenti. Sejak tadi memanggili gadis itu nihil ada kata menyahut ataupun menoleh.

"Aku jelasin yang tadi,"

Zia menarik tangannya. "Nggak perlu. Udah jelas juga. Mau jelasin apalagi emang?" masih terlihat tenang.

"Kan marah," gumam Aron sedih. "Kemarin Gisa dulu yang peluk aku zi. Aku juga nggak bisa nolak karena tiba tiba banget. Tapi habis itu aku langsung lepas. Mau tampar juga. Sayangnya Ray tahan kemarin." terang Aron tanpa di minta.

"Aku panggil Ray sama Nando buat jelasin ke kamu kalau masih nggak percaya?" lanjut Aron melihat Zia tak bergeming menanggapi.

"Zia,"

"Nggak perlu Aron. Dibilang udah jelas juga. Kamu pelukan sama Gisa dan aku nggak pernah tau apapun itu. Sedangkan aku yang biasanya bermasalah atau apapun itu, kamu harus tau selalu." cerca Zia tak terhenti. Masih dengan wajah tegasnya.

"Sebenernya aku udah tau dari kemarin. Aku diemin kamu juga karna mau tau kamu mau ngomong masalah ini nggak ke aku?" Zia menyungging senyum sebentar. "Nyatanya nggak."

"Kamu tutupin apalagi dari aku sebelum kejadian ini?" Aron bungkam.

Zia kembali tersenyum miris. "Banyak ya?"

"Kalau kayak gini, kadang mikir aku ini penting nggak sampai kamu nggak pernah bilang apa apa ke aku?"

Aron meraih kedua lengan Zia. "Jangan buat asumsi aneh aneh Zia. Siapa yang bilang kamu nggak penting? Aku nggak pernah bilang ke kamu juga karna nggak mau masalah di besar besarin,"

"Jadi kamu nganggep aku orang yang suka besar besarin masalah?" potong Zia yang sebenarnya ucapan Aron belum terselesaikan.

"Bukan gitu,"

"Terus apa?" sela Zia kembali.

"Kamu potong ucapan aku terus gimana aku bisa jelasinnya Zia?" kini suara Aron mulai meninggi dan tegas.

"Yaudah nggak usah ngomong sekalian. Aku ke kelas. Udah masuk." Zia pun langsung pergi yang kemudian memasuki kelas karena tidak jauh dari tempat berdirinya tadi.

Tangan Aron terkepal dengan wajah semakin berambisi. Mengacak acak rambut mencoba menenangkan diri. Bukan marah pada Zia, melainkan Gisa. Gadis itu benar benar membuat masalah.

••••••

Kelas pertama selesai dan kini Aron langsung melenggang pergi dari kelas. Bahkan semua cengo melihat Aron yang mendahului dosen keluar kelas.

Kedua temannya hanya garuk garuk kepala melihat Aron yang sepertinya sangat terburu buru entah karena apa. Untungnya mereka tak seberani Aron dan memilih untuk tetap tinggal sebelum dosen keluar.

Aron terus berjalan hingga sampai di depan kelas Zia. Tidak sampai situ, laki laki itu langsung masuk dan menuju sosok gadis yang tidak lain istrinya itu.

"Kak Aron Zia," seru Dea.

Belum sempat Zia menoleh, tangannya kini sudah ditarik oleh seseorang. Hampir terhuyung kesamping namun bisa menjaga keseimbangan. Dan sekarang tubuhnya di tarik Aron keluar kelas.

"Kenapa lagi?" gumam Sasa dan Dea sambil geleng geleng. Mereka pun ikut keluar sekedar berjaga jaga Zia tidak akan di apa apakan oleh Aron.

Aron memberhentikan langkahnya tepat di taman belakang kampus. Tempat yang sepi dan jauh dari jangkauan semua orang. Mendudukkan tubuh Zia di bangku putih dan ikut duduk di depan gadis itu.

Zia mengusap pelan tangannya yang di genggam Aron sedikit kuat. Saat itupun tangannya teralih pada tangan Aron kembali.

"Sakit? Kekencengan tadi nariknya?"

"Maaf, sayang," sesal Aron. Pikirannya yang berkecamuk kadang membuat dirinya tak bisa terkontrol.

"Kenapa?" tanya Zia langsung dengan menarik tangannya.

"Jelasin semuanya ke kamu lagi. Nggak mau kamu marah marah terus ke aku." ucap Aron serius.

"Aku nggak bilang marah, nggak marah juga. Tadi kan cuma bilang kalo aku ngerasa nggak penting di hidup kamu," Zia mengangkat alisnya berkata santai.

"Toh juga kayaknya emang nggak penting juga sih di hidup kamu. Kenapa juga mikir penting di hidup kamu ya? Jelas jelas nikah aja juga terpaksa. Ngap,-

"Jangan mikir yang aneh aneh dulu Zia. Masak cuma lihat aku sama Gisa pelukan sampai segininya?" tekan Aron memotong perkataan Zia.

"Segininya kamu bilang? Kamu nganggep apa perasaan aku kalau gitu berarti?" Aron diam.

"Mana ada sih, istri yang suka lihat suaminya pelukan sama cewek lain. Di umum lagi. Bukan itu sebenarnya, tapi lain lagi. Aku cuma ngerasa kamu belum sepenuhnya kasih kepercayaan aku buat tau semua kehidupan kamu." terang Zia melemah diakhir kalimat.

"Aku cuma mau kalau ada apa apa itu bilang. Jangan di sembunyiin sampai aku tau sendiri kayak gini. Tau kalau kamu belum cinta sama aku, tapi kalau gini kamu kayak nggak nganggep aku ada."

Saat itu, hati Aron berdesir hebat. Ia ingin menentang ucapan itu, tapi bibirnya masih enggan terbuka. Tapi bukankah benar yang dikatakan Zia? Selama ini ia tidak pernah mengucapkan kata cinta untuk gadis itu.

"Aku juga mau tau masalah kamu sama Gisa. Aku mau kamu terbuka sama aku, Aron." Zia ingin membentak, tapi sayangnya ia tidak bisa.

"Ngerti aku nggak sih?" Zia memalingkan wajahnya dengan gusar.

Tidak tahu pasti apa yang terjadi dengannya sekarang. Hanya Zia yang bisa memahami dirinya sendiri.

"Zia,-

"Aku mau pulang." setelahnya gadis itu langsung melenggang dari hadapan Aron.

Keempat orang yang sibuk menguping sejak tadi, kini berdiri tegak melihat Zia yang melenggang pergi dari sana. Wajahnya pun berubah menjadi serius dan kedua gadis disana langsung menyusul Zia. Sedangkan sisanya, menghampiri Aron.

Lagi, Aron hanya mengacak acak rambutnya frustasi. Pertama kalinya Zia marah seperti ini dengannya. Dan pertama kalinya juga ia bungkam tak bisa menjawab apa apa.

"Jangan di kejar," ucapan Ray menghentikan pergerakan Aron yang akan melangkah.

Aron menoleh dan melihat kedua lelaki disana.

"Biarin tenang dulu Zia nya. Cewek butuh waktu buat sendiri." lanjut Ray duduk di bangku bekas Zia.

"Lo suruh gue diem lihat Zia kabur gitu aja? Kalau ada apa apa sama Zia gimana?" sedikit emosi nada bicara Aron sekarang.

"Zia lagi hamil." tandas Aron tegas.

"Zia udah dikejar sama temennya tadi. Sorry, kita nguping." ucap dan aku Nando.

"Kalau lo ngejar pun masalah tambah besar. Tau sendiri lo gampang emosi dan keadaan Zia labil kayak gini. Jadi mending diem. Tunggu pikiran tenang." lanjut Ray menjelaskan.

Aron pun akhirnya mengurungkan niat. Ia memilih untuk duduk kembali. Masih dengan kefrustasiannya. Tangan yang berada di kepala dengan pikiran yang terus berkeliaran.

"Lo bisa sefrustasi ini karena pasti ada rasa kan?" Ray kembali bersuara dengan serius.

Aron mendongak sejenak dan kembali membuang pandangan. "Mungkin."

"Jangan mungkin. Jawab iya atau nggak. Jadi cowok yang tegas." balas Ray semakin serius.

Aron tidak tahu hatinya sudah berlabuh pada Zia atau belum. Umpati saja dirinya. Jujur, selama ini ia terlalu senang dengan kehadiran sang buah hati. Hingga tak menyadari perasaannya yang sudah berubah pada gadis itu.

Aron menatap bergantian kedua lelaki di depannya. Lalu membuang pandangan ke samping lagi.

"Gue cinta sama Zia."

Langsung di grebek semua orang sekalinya buat Zia agak emosi nih. Hihi. Gausah bawa emosi. Namanya juga orang hamil. Nanti di buat koid pada nanges.

Canda bro. 😜

See u paypay.

Continue Reading

You'll Also Like

2M 197K 41
[BEBERAPA PART DI PRIVATE, FOLLOW SEBELUM BACA] 'Sequel MY POSSESSIVE HUSBAND' #Gen2 Bagi Kanaya Grethania Wijaya, bertemu kembali dengan Elang Darma...
136K 3.3K 72
2 pasang anak kecil yang selalu bersamaan setiap kemana-mana dan siperempuan selalu berharap agar kelak nanti dia dilamar dengan cara yang romantis ...
2.4M 111K 50
17++ Alice & Ayres Menikah karna keinginan terakhir dari Ayah Alice. Menikah di usia yang bahkan belum bisa memiliki KTP namun harus menjalani kehid...
3.9M 149K 58
Ayyara, gadis cupu yang masih berstatus Sma terpaksa menikah karena kesalahan fatal yang menimpanya. Dia hamil di usianya yang masih menginjak 18 tah...