Butterfly Effect

By Alatesaya

310K 42.6K 3.3K

"Lo mau ga mengarungi neraka bareng gue?" "H-hah?" ------ Kalau Ayyara memilih satu diantara mereka, mereka p... More

01. Awal kisah
02. Second Lead Seme and Sugar Daddy
04. Sorry
05. First kiss
06. Orang asing
07. Kian : Kertarajasa
08. Kian : Kertarajasa pt. 2
09. Kian : Kertarajasa pt. 3
10. Kian : Kertarajasa pt.4
11. Kian : Kertarajasa pt. 5
12. Malaikat atau Iblis?
13. Punya nyawa berapa?
14. Salah pilih korban
15. Festival
16. Harimau
17. Kepentok
18. Mood baik
19. Patung kodok
20. Tertahan
21. Tak pernah berubah
22. Coretan di atas meja.
23. Elang emas
24. I love you
25. Aku dan kamu
26. I love you too
27. Orang yang bahagia di neraka
28. Sudut pandang
29. Predator puncak
30. Pelaku palsu
31. Cicak
32. Sesuatu yang aneh
33. Niat yang sama
34. Rasa daging Sapi
35. Jangan kaget!
36. Mati aja sana!
37. Pelukan
38. Masa lalu Ezra
39. Ayo kita mati bersama!
40. Κοράκι Family
41. Cry baby
42. He's crazy
43. Would you die for me?
44. Hati manusia
45. Hewan peliharaan (?)
46. Bocah puber | Ayyara Davinia
47. Ribut
48. Hari sial
49. Awal dari segalanya
50. Di sini
51. Pangeran
52. Ryu

03. Dilabrak?

12.5K 1.6K 71
By Alatesaya

Happy Reading....



__________


Ayyara tidak pernah menyangka bahwa berurusan dengan Second Lead Seme bakal terjadi hal yang membuatnya kesal seperti ini.

Hal yang paling ia hindari, hal yang belum pernah ia rasakan di dunia aslinya.

Ya, Ayyara sekarang sedang berjalan dengan tertatih-tatih keluar dari gudang sekolah dengan tatapan kosong. Rambut pendek sebahunya acak-acakan, ujung bibirnya terluka, pipinya merah dan membiru, lengannya mengeluarkan darah segar karena melindungi wajahnya dari cakaran dan seragam yang ia pakai kotor akibat diinjak-injak.

Semua siswa-siswi sudah pulang sekolah, sekarang hanya ada siswa-siswi yang sedang mengikuti kegiatan ekskul.

Mereka hanya menatap Ayyara dengan tatapan kasihan dan ada juga yang berbisik-bisik. Mereka tidak ada yang berniat membantunya.

Saat Ayyara sedang dipukuli di gudang banyak siswi yang kebetulan lewat dan melihat kejadian itu, tetapi mereka seakan-akan menutup telinga dan mata mereka. Mungkin ini adalah sebuah karma.

Di dunia asli Ayyara sering melihat teman satu angkatannya dibully kakak kelas. Ada perasaan ingin membantu, tetapi Ayyara berpikir untuk tidak ikut campur. Jujur saja ia tidak punya nyali sebesar itu sampai berani melawan kakak kelasnya. Ia sangat takut. Dibentak oleh orang lain saja ia sudah lemas dan ingin menangis apalagi ditindas kakak kelas. Ayyara saat itu hanya bisa berpura-pura tidak melihat dan mengabaikannya.

Dan sekarang di dunia ini, dirinya mengalami hal itu. Jadi seperti ini rasanya dibully dan diabaikan oleh orang disekitarnya.

Ia berjalan menuju gerbang dengan langkah oleng. Kedua mata Ayyara mulai kabur, kepalanya berdenyut nyeri.

Saat Ayyara ingin terjatuh ke depan, seseorang lebih dahulu menahan pundaknya dari belakang.

Kemudian seseorang itu menyangga tangan Ayyara agar tidak jatuh.

Seseorang itu melangkah sembari menopang tubuhnya ke arah ruang kesehatan atau UKS.

"Jangan salah paham, gue cuma mau buat lo hutang budi sama gue." Seseorang itu lebih dahulu berkata demikian agar gadis yang dibantunya tidak ke-gr-an.

Ayyara hanya menatapnya sekilas, tak menjawab perkataan Ezra atau yang biasa dipanggil Diva olehnya itu.

Sesampainya di UKS, kebetulan ada anggota PMR sedang merapikan ruangan.

"Lo anak PMR kan?" Siswi berbadan kecil itu menoleh kemudian membeku saat melihat Ayyara dengan keadaan kacau di pelukan Ezra diambang pintu.

"Sekarang kerjain tugas lo." Perintah Ezra menatapnya lurus.

Dengan cepat siswi berseragam PMR itu tersadar dan menyuruh Ezra untuk membawa Ayyara ke ranjang.

Anggota PMR tadi dengan cekatan membersihkan dan mengobati luka Ayyara. Ayyara sesekali meringis kesakitan dan menahan air matanya agar tidak jatuh.

Luka Ayyara sudah sepenuhnya diobati. Kedua lengannya dibalut kain kasa dan pipinya dibalut dengan kapas yang ditempel dengan plester.

Anggota PMR itu pergi membeli minuman untuk Ayyara dan menyisakan Ayyara dan Ezra di ruang UKS.

Ayyara berbaring sambil menutup matanya dengan satu lengannya yang berbalutkan kain kasa. Sedangkan Ezra, ia bersandar pada pintu UKS.

Di dunia asli Ayyara tidak pernah diperlakukan seperti ini, orang tuanya pun tidak pernah sekalipun memukulnya. Ayyara rindu orang tuanya, kakaknya, dan juga rindu teman-temannya. Ia tidak kuat berada di sini sendirian...

"Kalau mau nangis, nangis aja." Ucapnya acuh saat melirik tubuh Ayyara menegang menahan sesuatu. Lalu melangkah pergi meninggalkan Ayyara sendirian. Memberi kesempatan untuk gadis itu meluapkan semua emosinya.

Setelah mendengar itu, tangis Ayyara pecah. Bahunya bergetar tetapi tidak ada suara tangisan di dalamnya karena ia mengigit bibir bawahnya.

Ayyara menangis karena sedih dan juga kesal. Ia sangat kesal tidak bisa melawan mereka.

Perlahan tangisan Ayyara makin kencang dan bersuara. Dari luar pun dapat terdengar isakan Ayyara yang pilu itu.


__________


Arkein duduk di bangku taman belakang sekolah sembari menatap kandang yang berada di sebelahnya. Kandang tersebut berisi kucing kecil yang berwarna abu-abu. Sedangkan tangan kanannya memegang kotak kecil.

Arkein sedang menunggu Naya–––pacarnya untuk berencana meminta maaf dan memberikan hadiah anniversary-nya yang ke-2 tahun.

Membayangkannya saja sudah membuat Arkein senyum-senyum sendiri.

Naya pasti sangat gembira mengingat anniversary-nya tahun lalu, Arkein dan Naya membuat kue bersama, menghabiskan waktu bersamanya seharian dengan pergi ke pantai hingga larut malam, sampai-sampai mamanya melapor ke polisi karena Arkein tidak ada kabar dan mengira Arkein telah diculik.

Mengingat kenangan manis itu Arkein terkekeh pelan dan hatinya menghangat.

Naya itu pacar yang sangat baik, lucu, pengertian, dan sabar. Tapi itu semua dulu. Sikap Naya mulai berubah semenjak kejadian itu. Tepatnya satu tahun yang lalu.

Kejadian yang membuat Naya menjadi seperti ini, kejadian yang tidak pernah Arkein dan Naya lupakan.

Arkein melirik jam pada lengannya, sudah 30 menit berlalu langit juga sudah berwarna oranye, tetapi Naya tak kunjung juga datang.

Arkein baru saja ingin menghubungi Naya, tetapi mata hitamnya melihat gadis yang sangat ia kenal berjalan kearahnya.

Senyum Arkein merekah, tangan kanan yang memegang kotak kecil itu ia disembunyikan dibalik punggungnya.

Arkein berdiri beranjak menghampiri Naya, tetapi saat dirinya hendak ingin berbicara, tangan Naya lebih dulu melayang pada wajahnya.

Plak!

Arkein menoleh ke samping dengan pipi berasa panas.

Naya menampar wajah Arkein dengan nafas memburu dan dengan mata memerah.

Arkein membeku dengan wajah yang masih kesamping, matanya membulat.

Apa lagi yang salah?

"COWOK BAJINGAN!" Bentak dengan mata berkilat marah.

Arkein menyentuh pipi bekas tamparan tadi. Dengan tatapan kosong ia perlahan menoleh ke arah gadis itu.

"Maksud kamu apa?" Tanya Arkein dengan nada tak mengerti.

"GA USAH PURA-PURA GA TAU!"

Dengan buru-buru Naya mengambil ponselnya dari dalam saku dan menunjukkan sebuah foto yang nampak seperti Arkein dan Ayyara disebuah mall.

"Kamu salah paham, aku ke mall sama dia itu buat–––"

"Buat apa, huh?!" Naya memotong penjelasan Arkein dengan wajah tersenyum kesal.

Bibir Arkein terbuka hendak berbicara, tetapi dipotong lagi oleh suara Naya.

Naya terkekeh miris, "Padahal hari ini, hari anniversary kita. Tapi kamu malah kayak gini!" Naya menatap Arkein dengan hawa permusuhan sembari mendorong dada Arkein hingga terhuyung sedikit ke belakang.

Naya tersenyum kemenangan kepada Arkein. "Aku udah ngasih pelajaran buat jalang itu, aku udah bikin muka busuknya itu rusak. Haha..! pasti dia ga berani lagi deketin ka–––"

Plak!

Suara tamparan keras mendominasi suasana itu.

Tanpa Naya duga, Arkein menampar dirinya hingga menoleh ke samping.

Mata Naya membelalak tak percaya. Dirinya masih memproses apa yang baru saja Arkein lakukan.

"Udah cukup. Lo udah keterlaluan, Naya." Ucap Arkein dengan sorot mata dingin.

Arkein mengganti kosa katanya menjadi lo-gue.

Perlahan Naya menatap Arkein tak percaya. "K-kamu nampar aku?" Ucap Naya linglung.

Arkein mengabaikan pertanyaan syok dari gadis itu.

Ia harus segera melihat keadaan Ayyara. Bagaimanapun juga ini semua terjadi karena dirinya.

Arkein memasukkan kotak kecil yang ada di genggamannya ke saku celana dengan tergesa.

"Gue pergi." Pamitnya beranjak pergi dengan raut khawatir, tetapi tangannya dicekal lebih dulu oleh Naya.

"MAU PERGI KEMANA, HAH?! MAU NYAMPERIN SI JALANG ITU?!" Amarah Naya meluap-luap dengan urat-urat wajah menonjol, sampai-sampai cengkeramannya pada lengan Arkein sangat kuat membuatnya sedikit merasakan kesakitan.

Arkein menepis kasar cengkeramannya. "Kila bukan jalang, lo cuma salah paham." Ucapnya penuh penekanan.

Sepertinya kesabarannya sudah habis. Cukup sampai di sini.

"APANYA YANG SALAH PAHAM, HAH?! KAMU ITU UDAH DI CUCI OTAKNYA SAMA JAL–––"

Arkein mencekik leher Naya dengan satu tangan hingga sang empunya tak bisa meneruskan perkataannya.

Jalang, jalang, jalang. Sudah cukup!

Arkein sudah muak dengan semua ini.

Arkein mengeratkan cengkeramannya pada leher kecil gadis itu. "Gimana gue mau jelasin kesalahpahaman ini, kalau lo ga ngasih kesempatan gue buat ngomong!" Arkein berkata dan menatapnya dingin.

Arkein menatap datar gadis yang sedang berusaha melepaskan cengkeraman pada lehernya.

Satu tangan Arkein yang lain kini mengusap pipi Naya yang memerah, bekas ia tampar tadi. "Lo punya sopan santun ga, sih? Bisa ga, kalo orang lagi ngomong itu jangan asal dipotong, hm?" Lanjutnya dengan satu alis terangkat dan dengan suara yang terdengar biasa tetapi dingin yang bersamaan.

Napas Naya tercekat disertai mata yang berkaca-kaca menatap wajah mengintimidasi dari kekasih yang sangat dicintainya itu.

Dirinya merasa takut dengan sosok yang berada dihadapannya saat ini–––seperti itu bukan kekasihnya yang selama ini ia kenal.

"L-lepasin a-aku." Pintanya dengan lirih sambil bergetar, meronta-ronta untuk minta dilepas.

Laki-laki itu menurut. Ia lantas melepaskan cengkeramannya dari leher itu membuat Naya langsung terduduk lemas sembari terbatuk-batuk dengan tangan memegang lehernya yang sudah memerah.

Arkein tidak mau gadis itu membual lagi, segera ia membanting kotak kecil tadi dari sakunya ke arah Naya yang sedang terduduk lemas dihadapannya.

"Itu kalung dari gue buat lo,"

Naya mengambil kotak kecil yang di dekatnya itu dengan gemetar.

"Dan kalung itu juga yang dipilih Kila waktu di mall itu. Gue ngajak dia ke mall buat milihin hadiah buat lo dan gue ke sana juga ga berduaan doang. Ada Kasyapi juga." Lanjutnya menjelaskan dengan nada acuh.

Naya mendongak menatap wajah Arkein dengan raut wajah sedih.

Arkein menghela napas saat melihat wajah gadis yang menyedihkan itu di hadapannya. "Gue capek sama semua sikap lo yang seenaknya, sabar juga ada batasnya,"

Naya bergeming di tempatnya. Bibirnya mengatup rapat. Ini semua karena egonya. Ini semua karena kejadian itu–––coba saja jika kejadian itu tidak pernah ada pasti Naya akan menjadi kekasih yang paling pengertian.

Tatapan Arkein melunak. "Jadi, udahan aja, ya." Perkataan Arkein mampu membuat Naya meregang, dengan cepat ia menggeleng dan berusaha untuk berdiri.

Arkein berbalik mengambil kandang yang berisi kucing itu, Naya menarik tangan Arkein tetapi ditepis kasar olehnya duluan.

Arkein melenggang pergi meninggalkan Naya yang terisak kencang.

Naya duduk di bangku taman seraya menatap lamat-lamat kotak kecil yang ada di genggamannya. Perlahan jemarinya membuka kotak tersebut dan mengambil isi dari kotaknya.

Sepasang kalung berwarna merah dan perak berbentuk sebuah lengkungan yang jika dirapatkan keduanya nampak berbentuk hati.

Ia menggenggam erat kalung itu membuat tangisnya kembali kencang. Ia tak mau berpisah dengan Arkein, ia sangat mencintai laki-laki itu.

Ia tak mau kehilangannya!

Ini semua gara-gara kesalahannya, semuanya hancur karena dirinya.

Naya menggeleng kencang dengan agresif.

TIDAK, TIDAK, TIDAK!

Naya mencengkram rambutnya dengan kencang. Matanya memerah dan urat-urat wajahnya kembali menonjol. Pikirannya yakin bahwa bukan dia yang salah.

Ini bukan salahnya,

Iya, ini bukan salahnya.

Dengan tatapan kosong Naya meyakinkan dirinya sendiri.

Semua ini gara-gara dia!

Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh! Bunuh!

Otaknya memancing Naya untuk melakukannya.

"HA...haha...hahahaha....AHAHAHAHAHA!!!"

Naya tertawa keras layaknya orang gila dengan wajah basahnya itu. hingga membuat burung-burung yang disekitarnya terbang karena ketakutan.

"Gue bakal hancurin lo, jalang." Ucapnya tersenyum tipis. Tapi yang pasti senyuman itu penuh akan ambisi, obsesi serta kemarahan di dalamnya.

Continue Reading

You'll Also Like

4.1M 318K 52
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
10.6M 675K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
2.7M 133K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
3.3M 170K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...