WELCOME TO HALF DEMON SCHOOL

156 92 39
                                    

SMA 01 CENDRAWASIH, sekolah elite di ibukota itu telah ramai sejak jam 6 pagi. Sekolah dengan fasilitas termewah se-Asia Tenggara , dengan segudang prestasi. Murid-muridnya pun tenar karena seringkali memenangi olimpiade tingkat internasional. Bahkan baru-baru ini menjuarai lomba merakit robot di chicago.

Namun di balik semua glamour itu, tak ada yang tau bahwa kehidupan siswa-siswa di dalamnya sangat mengerikan.

Di sekolah itu, muridnya di bagi berdasarkan status sosial. Anak menteri, pejabat dan CEO perusahaan ternama, menempati kelas sosial paling atas, kelas para pangeran dan putri yang dijuluki S1{status 1}.

Kelompok kedua yaitu para anak beasiswa, anak-anak miskin namun cerdas, dikumpulkan dalam kelas sosial paling rendah, Status 2{S2}..

Sudah rahasia umum bahwa anak-anak S2 tak pernah bertahan lama, dikarenakan terus-terusan dibully dan diteror oleh anak S1. Melawan?? Dan bersiaplah untuk di tendang dari sekolah. Motto anak S1 sendiri adalah "Mewujudkan sekolah bebas kuman-kuman beasiswa."

Guru-guru pun tak ingin ikut campur terhadap keadaan itu, mereka cukup tau diri untuk tak mengusik anak dari bos-bos mereka.

Tuk..tuk..tuk.. suara ketukan sepatu pantofel hitam ber-heels milik perempuan berambut coklat bergelombang yang dikepang rapi itu bergema mengisi keheningan lorong sekolah barunya. Perempuan itu tersenyum kecil yang langsung memperlihatkan lesung pipinya yang dalam.

Tak diragukan lagi, perempuan itu merupakan perempuan yang sangat cantik, dengan hidung kecil mancung, bibir tipis yang merah alami dan kulit semulus perosotan waterboom. Dari stylenya dan brand barang-barang yang dipakainya, tak diragukan lagi bahwa ia masuk ke kelas 1, kelas para putri dan pangeran.

Sesampainya di kelas, semua laki-laki di kelas itu refleks menghentikan aktifitasnya, tersedak saking terkejutnya, bahkan ada yang sampai mimisan, tatapan mereka terpancang ke arah pintu dimana seorang gadis bak bidadari sedang berdiri dan tersenyum manis ke arah mereka.

"Gue melisa.." perempuan itu menyebutkan namanya

"Salam kenal semuanya.." ia tersenyum memamerkan lesung pipi yang membuat kaum adam menjerit heboh.

"Udah neng, jangan senyum, jantung abang kagak kuat!" cowok berwajah jenaka melancarkan aksi modusnya, ber-akting memegang dadanya, sok-sokan sesak nafas.

Melisa tertawa menanggapinya, melirik badge name laki-laki itu 'Rendra'.

"masyaallah cantiknyaa calon istrikuhhh"

"haduh neng..ngapain trurun kebumi? Bidadari itu tempatnya di kayangannn"

"kalau mau ngelamar sekarang, maharnya berapaan neng?"

"kupinang kau dengan bismillah"
Gombalan-gombalan itu saling sahut-menyahut tertuju kepada Melisa

"ku yakin kaulah jawabann..di sepertiga malamku~"
Rendra kembali bernyanyi, membuat perempuan itu tak henti-hentinya tersipu malu.

Namun, berbanding terbalik dengan kaum adam di kelas itu, kaum hawa malah melemparkan tatapan tajam yang menunjukkan ketidaksukaannya terhadap sosok Melisa.

Melisa mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru, mencari seseorang, dan yap.. di bangku pojok bagian belakang, mata Melisa menatap sosok laki-laki yang memakai earphone dan menoleh kearah luar jendela, tak memedulikan sekitar, Melisa tersenyum tipis.

Tak berselang lama pelajaran pun dimulai, Melisa bergegas duduk di bangku kosong yg tersedia, disamping cewek berambut sebahu yang menatapnya dingin, Melisa meneguk ludah, canggung.

Guru berwajah blasteran memasuki kelas, memulai pembelajaran dengan menggunakan bahasa inggris. " oh jadi selama proses pembelajaran harus memakai bahasa asing~" Melisa bergumam pelan, benar-benar kelas unggulan. Melisa mengangguk-angguk paham dan mulai beradaptasi dengan proses pembelajaran.

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang