D-I-E

76 67 11
                                    

Hari ini sebuah kabar menggemparkan SMA Cenderawasih. Seorang siswa kelas XI MIPA 1 S1 ditemukan tewas gantung diri di apartemennya.

Siswi itu bernama Yurachel Nara. Berlatar belakang keluarga yang kaya, aktif di organisasi OSIS dan sedang bersiap mengikuti olimpiade sains nasional.

Rachel termasuk siswi yang famous, hidupnya terlihat sempurna, cantik, pintar, dan hidup serba berkecukupan. Itulah mengapa siswa Cenderawasih shock mendengar beritanya meninggal, tragisnya dia memutuskan bunuh diri.

Rendra dan Melisa pun terdiam menatap handphone masing-masing. Rendra meneguk ludah, merinding membaca notif di grup kelasnya.

"Mel..Rachel-"

"Gue tau." Melisa menatap Rendra.

"Moga dia beristirahat dengan tenang." Melisa berkata pelan, raut wajahnya menampilkan rasa duka yang amat dalam.

"Well..rest in peace Yurachel Nara." Rendra menimpali, menatap mata Melisa.

Sedetik

Rendra tercekat, sedikit takut dengan apa yang dilihatnya, wajah Melisa memang menampilkan raut kesedihan yang amat dalam, tapi matanya...

Matanya menampilkan sebaliknya. Seakan ada raut kemenangan yang terpancar disana, walaupun perempuan itu berusaha mati-matian menutupinya, tapi bagi laki-laki sepeka Rendra, hal itu tergambar dengan jelas. Karena mulut dan wajah bisa berbohong, tapi tidak dengan mata, mata akan selalu memancarkan kebenaran.

Rendra merasa ada yang tidak beres, entah hanya prasangkanya saja atau bukan, tapi dia merasa Melisa ada hubungannya dengan kematian Rachel. But hey..hal itu mustahil banget nggak sih? Masa gara-gara sandwich tempo hari Melisa yang titisan dewi melakukan hal keji seperti itu? Ah imbossible bangettt! Lagian mayat Rachel ditemukan dalam keadaan bergelantungan pada sebuah tali... Rendra mengusir jauh-jauh pemikiran bodohnya.

"Melisa..Rendra..coba kalian kesini." Lunaya memanggil anak dan calon menantunya yang sejak tadi duduk santai di sofa.

"Kenapa ma?" Rendra bertanya sambil berjalan mendekat, diikuti Melisa di belakangnya.

"Ini coba kalian kenakan." Lunaya memberikan Melisa sebuah gaun dan sepasang setelan jas berwarna senada kepada Rendra. Mereka lalu masuk ke bilik ganti masing-masing diikuti beberapa karyawan yang akan membantu mereka bersiap.

15 menit menunggu, Rendra keluar lebih dulu.
Laki-laki itu kini terlihat sangat berbeda. Rambutnya di rapikan dengan style ala aktor korea, poni yang biasanya menyamping menutup dahi kini di naikkan yang membuat Rendra yang memang tampan, kini semakin memukau, lebih terkesan dewasa. Ia memakai jas berwarna biru laut dan kemeja putih sebagai dalaman plus dasi kupu-kupu yang senada dengan jasnya.

"Duh gantengnya anak mami..."Lunaya memeluk Rendra, sedangkan Rendra hanya tersenyum menanggapi.

Sebenarnya sejak tadi Rendra gelisah, khawatir jika Melisa tak menyukai perjodohan ini. Namun berkali-kalipun Rendra bertanya, jawaban gadis itu tetap sama. Melisa hanya tersenyum lalu berujar ,"Gapapa..gue nggak benci perjodohan ini."

Jujur sampai sekarang Rendra masih takjub bahwa Melisa, orang yang sejak pertama kali bertemu telah sanggup membuatnya jatuh cinta akan menjadi tunangannya secara resmi, yang berarti sekaligus menjadi calon istrinya, calon ibu dari anak-anaknya, Rendra ingin punya anak cowok 11 orang, biar jadi kesebelasan tim sepak bo-
"Husss..mikirnya kejauhan Ren!!" Rendra menggeleng beberapa kali, mengusir angan-angan tentang masa depannya dengan Melisa.

Bilik ganti perempuan terbuka, menampilkan sosok Melisa yang- cantiknya luar biasa. Rambutnya yang panjang dan lurus di jadikan bergelombang dengan tambahan poni di dahi, sebuah hiasan berbentuk mahkota dari rangkaian bunga bertengger indah di kepalanya , gaun selutut dengan lengan sesiku berwana senada dengan jas Rendra disertai high heels tinggi sebagai pelengkap benar-benar menjadikan ia bak seorang dewi, tak lupa make up tipis yang disapukan ke wajah mungilnya yang langsung membuat Rendra kelimpungan.
Melisa tersenyum, memamerkan lesung pipinya dan berjalan mendekat.

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang