STILL SAME

63 59 3
                                    

Mobil berwarna navy itu berhenti di sebuah apotek di depan hotel zeus, pengemudinya melepas sealtbelt dengan tergesa-gesa, lalu masuk ke dalam apotek.

Raka menyebutkan kebutuhannya dengan cepat kepada seorang cewek yang berjaga dengan mata mengantuk, setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, Raka berjalan kembali ke mobil yang terparkir rapi di bahu jalan.

Tak lama Raka membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, ia langsung duduk di jok pengemudi seperti semula. Raka  menyodorkan air mineral yang di bawanya ke Sindy, sambil berusaha memijat tengkuk pacarnya itu,  mencoba meredakan mual dan pusing yang di derita Sindy. Raka meringis, terlihat sangat khawatir.

“Udah enakan Dy? Apa masih mual? Masih pusing?” Raka bertanya khawatir, Sindy tak menjawab, ia sibuk memijat keningnya yang terasa berdenyut nyeri, meneguk air yang disodorkan oleh Raka, tenaganya terkuras habis akibat acara muntah-muntahnya tadi.

Salahkan Raka atas semua ini. Si anggota osis yang katanya sisswa tercerdas itu, membawa mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi karena merasa diremehkan skill menyetirnya. Raka menyetir bak orang kesetanan, selip sana selip sini, bahkan beberapa kali hampir menabrak pembatas jalan.
Sindy apa kabar? Cewek itu selama 1 jam penuh berteriak-teriak menyumpah-nyumpahi Raka dengan sepenuh hati. Jika jalan sedikit menurun, jantung Sindy ikut turun, apabila mencapai persimpangan, segala doa perempuan itu panjatkan demi keselamatan jiwa raganya dikarenakan Raka nekat menerobos lampu merah tanpa keraguan sedikitpun. Kejadian tadi benar-benar sebuah mimpi buruk, dan itu semua penyebabnya adalah berandalan, brengsek, bedebah, bajingan bodoh di sampingnya ini.

Sindy menoleh menatap Raka, laki-laki itu menangkupkan kedua tangan  di dada, memohon pengampunan. Raka memasang wajah memelas maksimal di dunia yang malah membuat Sindy ingin melakukan tindakan kriminal saat itu juga.

Sindy masih menatap Raka menusuk, ingin berteriak marah tapi suaranya habis, ingin marah-marah dengan volume kecil nanti kurang sreg, dendamnya tak akan terlampiaskan dengan baik, ingin mengambil tindakan nekat seperti menguliti hidup-hidup, ia sedang kehabisan tenaga. Oleh karena itu, Sindy memilih bungkam, mengabaikan iblis di sampingnya, mencoba menenangkan diri setelah guncangan super dahsyat yang dialaminya tadi. Saking lelahnya, 2 menit kemudian Sindy tertidur dengan pulas di tempatnya. Raka menatap penuh rasa bersalah kearah pacarnya itu yang terlihat jelas masih sangat pucat, benar-benar merutuki tingkah kekanakannya tadi.

Raka menekan salah satu tombol di panel kemudi layar, perlahan tempat duduk Sindy turun hingga di posisi yang nyaman untuk bersender, membiarkan perempuan yang di cintainya dapat beristirahat dengan nyaman, Sindy semakin terlelap.

Raka mengalihkan tatapannya ke depan, memperbaiki posisi duduknya. Raka melonggarkan dasinya, menatap gedung hotel maha megah dari zeus di seberang jalan yang terlihat dipenuhi wartawan, benar-benar mewah.

“Baiklah, masih banyak kesempatan buat gue ngehadiri pesta berkelas seperti ini di masa depan..”
Raka tersenyum samar, memejamkan mata, bersiap mengistirahatkan tubuhnya dari kesibukan dunia.

                              ***
Raka terbangun ketika merasakan pukulan di lengan kirinya, mengucek mata, menatap Sindy yang sedang sibuk merapikan make upnya-si pelaku.

“Kita masuk.” Sindy berbicara dengan suara yang serak, efek teriak-teriaknya tadi.

“Hah? Masih sempat? Bukannya udah selesai ya?” Raka menguap.

“Seenggaknya kita nampakin wujud di sana..”
Sindy menoleh, menatap laki-laki di sampingnya. Raka tersedak, masih tidak terbiasa dengan aura dan kecantikan perempuan di sampingnya.

“Ngapain? Jalan!” Perkataan Sindy membuyarkan lamunan Raka. Raka nyengir, menyalakan mesin dan menginjak gas. Mobil mereka memasuki area parkir gedung hotel de seberang jalan itu, Raka keluar, memutari mobil dan membukakan pintu bagi Sindy. Sindy memutar bola mata jengah, mengabaikan uluran tangan Raka yang berniat membantunya turun ala pangeran.

Raka menatap kasihan tangannya yang menganggur di udara, menepuk tangannya sok-sokan membersihkan debu.

Mereka berdua berjalan masuk ke dalam gedung acara, berjalan diatas karpet merah yang terhampar, wartawan kembali sibuk memotret, sepertinya mereka tamu yang datang paling terlambat.
Raka berjalan dengan penuh percaya diri, ah..kamera dan semua blitznya adalah hal yang sudah biasa bagi seorang yang sering memenangkan lomba berbasis internasional. Sindy mengedikkan bahu acuh, menggandeng lengan laki-laki di sampingnya, barulah saat itu Raka gugup ketika kembali merasakan sentuhan Sindy, si BUCIN-_-

Tak lama sepasing kekasih itu sampai di aula hotel yang sudah di dekor dengan sangat fantastis, aura megah membuat Raka menganga.

Prok prok prok prok..

Suara tepuk tangan meriah terdengar membuat Raka memalingkan wajahnya ke depan, untuk pertama kali memandang sepasang kekasih yang mengadakan acara super mewah ini. Mereka memakai pakaian senada yang terlihat berkelas. Si lelaki adalah seseorang yang Raka sudah tau sebelumnya. Si bangsat Rendra yang tersenyum bahagia, dan perempuannya adalah—

DEG!!

1 detik

2 detik

Raka tertegun, speechless seketika. Walau sudah 2 tahun berlalu, Raka masih mengenalinya. Wajah lugu dan polos itu adalah wajah perempuan yang pernah dia selamatkan dulu.
Raka…sangat mengenali Melisa.

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang