THE MESS

51 39 4
                                    

“Sorry, but I have no choice.”

Setelah mengatakan hal yang ambigu seperti itu, entah dari mana perempuan di hadapannya malah mengeluarkan sebuah pistol dari saku nya. Sindy yang sejak tadi tenang mulai terganggu saat perempuan di depannya mulai mengarahkan pistol ke depan wajahnya.

Sindy berjalan mundur ke tembok. Sialnya hanya ada mereka berdua di tempat ini. Perempuan itu meletakkan telunjuk ke pelatuk, bersiap menembak.

Sindy memejamkan mata rapat-rapat. Jantungnya berdetak cepat sampai tubuhnya bergetar tak terkendali.

Tau begini ia tak akan pulang secepat ini.

Tau begini ia tak akan langsung ke sekolah sesaat setelah mendarat.

Tau begini ia tak akan mau ikut ketika perempuan ini mengajaknya ke rooftop untuk mengatakan sesuatu.

Semilir angin yang bertiup sepoi membuat Sindy sadar bahwa ia harus  segera pergi dari tempat ini secepat mungkin.

Hening….

“Selamat tinggal.”

Dor!!!

Crash!!

Sindy menegang, menunduk menatap seragamnya.

Darah…

Bruk!!!

Perempuan di depannya ambruk, terlentang dengan darah yang menggenang di sekelilingnya.
Perempuan itu..mati.

Sindy langsung terduduk, lemas.
Apa yang terjadi??

Bukannya menembaknya seperti yang Sindy kira tapi perempuan ini malah menembak kepalanya sendiri??
Sindy merangkak mendekati tubuh perempuan yang berlumur darah itu. Ia memeriksa nadinya.

Tidak ada…

Sindy histeris.

Pintu menjeplak terbuka menampilkan wajah pemilik sekolah, dewan guru dan terakhir….
Anggota Osis.

Sindy menemukan seseorang yang menjadi alasan utama ia pulang, berdiri di antara kerumunan.
Mata mereka bertemu.

Raka menatapnya dengan sorot yang tak bisa Sindy gambarkan.
Sindy menuduk, menatap tangannya yang berlumuran darah.

Hancur sudah….


***

Raka mengatur nafas yang ngos-ngosan. Para guru yang sampai terlebih dahulu berusaha mendorong pintu menuju rooftop.

Terkunci.

Raditia mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu dan berhasil.
Pintu menjeplak terbuka menyuguhkan pemandangan yang tak akan bisa Raka lupakan seumur hidupnya.

“Ouh, shit!” Rendra yang baru saja tiba kembali membalikkan badan, tak tahan melihat pemandangan di depannya.
Melisa di sampingnya menutup mulut, mual seketika.

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang