WHY ARE YOU MY TRAGEDY?

56 41 3
                                    

"Selain karena pemainnya cogans semua, alur ceritanya juga anti mainstream makanya gue dari dulu suka banget nonton drakor."

Saat ini Melisa dan Raka sedang berjalan berdua keluar dari ruang rapat. Tak ada gandengan tangan dan semacamnya, mereka terlihat seperti 2 orang yang akrab saja.

Tapi daritadi hanya Melisa yang sibuk bicara, sedangkan Raka hanya menjadi pendengar yang baik saja dan sesekali menimpali perkataan perempuan yang saat ini berstatus sebagai pacarnya itu.

"Gray~ lo dengerin gue nggak sih??" Melisa cemberut, Raka kebanyakan melamun.

Padahal saat bersama Sindy, ia seakan-akan tak bisa diam. Kenapa saat ini Raka jadi tipe cowok pendiam yang sok jaga image?

Tuh kan! Raka melamun lagi~

"Gray!"

"Hah? Kenapa?"

"Coba daritadi gue lagi ngomongin apa?"

Mati Raka!

"Ergghh.. btw Mel, kok lo manggil gue Gray terus sih?" Raka berkelit, mengalihkan pembicaraan dengan hebat.

"Kenapa? Nggak boleh?"

"Bukan nggak boleh. Cuma aneh aja dengernya...nggak terbiasa. Kalau bisa panggil gue Raka aja ya?"

"Kalau panggil sayang boleh?"
Melisa cengengesan. Ia menikmati gestur tubuh Raka yang langsung kikuk.

"Ka..Katanya backstreet, gimana sih?"

Ah...gemeshhh!!

Sikap malu-malu Raka bener-bener cobaan bagi iman Melisa.

Saat mencapai pembelokan di lorong, sepasang kekasih itu dikejutkan dengan kehadiran Rendra yang sangat tiba-tiba. Laki-laki dengan nafas yang masih terengah-engah itu langsung menarik tangan Melisa dan merangkulnya.

"Eh, Apa-apaan nih?" Melisa memberontak melepaskan diri. Rendra menguatkan rangkulannya.

"Lepasin Melisa." Raka menatap Rendra dengan pandangan tidak suka, Rendra menyeringai.

"Sorry, gue pinjem cewek lo bentar demi keselamatan nyawa dia."

Suasana berubah mencekam.

"Kenapa sih Ren??" Melisa masih berusaha melepaskan diri, ia menatap Raka dengan pandangan memelas.

Suara segerombolan orang yang mendekati mereka membuat 3 orang tersebut menoleh cepat.

Di sana, ayah Melisa dan ayah Rendra juga beberapa ajudan serta staff guru sedang berjalan ke arah mereka.

Raka menelan ludah. Ia sudah di beritahu oleh Melisa jika perempuan itu belum membatalkan pertunangannya karena ia belum siap mengatakan hal itu kepada ayahnya.
Melisa juga sudah menceritakan tentang segala masa lalu kelam yang perempuan itu miliki.

Tak lama akhirnya rombongan itu pun mencapai tempat mereka berdiri.

"Ah, putriku Melisa, ngapain kamu di sini? Katanya mau rapat." Asharan menyapa Melisa.

Ukh..nyaris saja.

Andaikan Rendra terlambat 1 detik, maka tamatlah riwayatnya.

"Iya nih pa, rapatnya baru aja selesai. Sekarang aku sama Rendra mau ke aula buat pemotretan.." Melisa berbicara senormal mungkin, menyembunyikan kegugupannya.

"Makin lengket aja nih si Rendra sama Melisa. Heh! Rendra!! jangan modusin Melisa mulu kamu..." Raditia memukul bahu putranya pelan, terkekeh.

"Nggak kok pa, Melisa tuh yang sering modusin aku.." Rendra mengaduh, ia dihadiahi cubitan maut dari Melisa.
Raka yang sadar diri perlahan berjalan mundur, ia tak punya ruang di sini.

"Eh, ini siapa Mel? Teman kalian??" Raditia yang pertama kali menyadari pergerakan Raka menyapa. Raka terpaksa menghentikan rencana kaburnya. Ia melangkah maju, sejajar dengan Raka dan Melisa.

"Ini Grayver Akasa om, te –teman Osis Melisa." Melisa melirik Raka tidak enak.

"Halo om, saya Raka." Raka mengangguk sopan.

"AH!! GRAYVER AKASA YANG ITU?? SISWA TERBAIK SELAMA 2 TAHUN BERTURUT-TURUT??!"

Raditia bertanya antusias, ia akhirnya berhasil bertemu dengan anak jenius yang mendapat beasiswa full sampai perkuliahan nanti yang telah menjuarai berbagai macam kompetisi internasional dalam segala mata pelajaran.

"Iya om!! Bahkan baru-baru ini paper-nya Raka jadi salah satu paper yang berhasil mengesankan para dosen di Harvard." Melisa menjelaskan dengan antusias, Raka menggaruk tengkuk, canggung.

"Wah..selamat!! Pertahanin prestasi kamu dan terus jadi kebanggaan Cenderawasih ya.." Raditia maju, ia menepuk-nepuk pundak salah satu murid kebanggaannya.

"Anak ini s1 apa s2?"
Pertanyaan sinis itu terlontar dari mulut Asharan yang daritadi memilih mengamati percakapan. Rendra melirik Raka lalu tersenyum miring.

"Saya anak s2 om." Raka menjawab tanpa ragu. Asharan berdecih, meremehkan.

"Buat apa pinter kalau miskin? Nggak punya masa depan!"

"AYAH!!" Melisa berteriak kesal, menatap pacarnya dengan pandangan penuh rasa bersalah. Raka hanya mengangguk, mengisyaratkan bahwa ia baik-baik saja. Ia sudah terbiasa...
Rendra kembali memasang senyum mengejek.

"Justru orang pintar yang masa depannya terjamin om. Dia dibutuhin di mana aja dan kapan aja. Kalau modal kaya doang suatu saat pasti akan kesulitan kalau hartanya udah habis." Raka tersenyum, menjaga suaranya agar sesopan mungkin. Walau kenyataannya  semua orang sadar bahwa perkataannya sudah tergolong dalam ketidak sopanan yang di sengaja.

Semua orang menatap Raka dengan pandangan terkejut. Melisa sendiri tak menyangka jika Raka akan membalas perkataan ayahnya dengan sekeren itu.

"Eh, sebaiknya kita melanjutkan perjalanan Ash.. waktunya agak mepet sama meeting nanti siang." Raditia yang sadar situasi memanas langsung mengambil sikap. Asharan hanya mendengus, mereka melanjutkan langkah.

Sebelum kelompok bapak-bapak konglomerat itu benar-benar pergi, dari lapangan segerombol siswi tiba-tiba berhamburan keluar dari asrama mereka.

Mereka menjerit histeris. Bahkan teriakan mereka terdengar sampai ke gedung s1 di lantai tempat Melisa berada.

"Ada apa itu?" Raditia selaku pemilik sekolah langsung membalikkan badan, melangkah kembali menuju tempat anaknya berdiri.

Rendra yang di beri pertanyaan seperti itu mengangkat bahu. Mana dia tahu, daritadi dia belum beranjak dari tempatnya berdiri.

Anggota Osis dari dalam ruangan pun berhamburan keluar dengan panik. Devano selaku ketua Osis langsung menghampiri Raditia untuk melaporkan kegentingan yang terjadi.

"Ada apa Devan?? Kenapa siswi s2 berhamburan keluar asrama dan membuat kekacauan seperti itu??"

Devano mengatur nafas, ia keringat dingin. Dengan tubuh bergetar tak terkendali ia menjawab terbata-bata.

"A-ada yang bunuh diri pak."
 
 
 

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang