TAKDIR TERLALU BERMAIN-MAIN DENGAN KITA YA?

63 53 12
                                    

06:20 pagi, kelas XI mipa 1 s2

Drrrt!! Ponsel Raka bergetar pelan, menandakan sebuah notifikasi masuk. Tanpa membuka mata, Raka meraih ponsel di sampingnya. Saat ini Raka tengah tidur dengan menyatukan 4  bangku sebagai alas tidurnya, kelelahan begadang belajar semalaman. Raka membuka mata sedikit, menyipit mencoba membaca notif di layar.

5 detik
Raka tersentak bangun sempurna, beranjak duduk tiba-tiba. Bibirnya tersenyum samar membuat lesung pipinya terlihat. Ah menawan…
Walau termasuk sebagai siswa yang paling sering memenangkan lomba, tapi kali ini sedikit berbeda.

3 hari lalu Raka mengirimkan paper hasil penelitiannya tentang rekayasa genetika terbaru kepada universitas Harvard di belahan bumi yang lain yang mengadakan event tersebut, dan hasilnya benar-benar impas dengan perjuangannya berjam-jam melakukan riset dan penelitian di lab sekolah hingga jam 7 malam, dan begadang berhari-hari demi melakukan uji coba terhadap teorinya. Raka menempati posisi pertama sebagai paper paling mengesankan dari ribuan bahkan jutaan paper lain dari seluruh penjuru bumi.

Raka memeriksa saldo rekeningnya, sejumlah uang yang terbilang sangat banyak telah masuk, Raka nyengir lebar.

Ponselnya kembali bergetar beberapa kali, Raka menghiraukannya. Ah paling tawaran untuk memasuki universitas atau undangan menjadi salah satu partisipan pada suatu proyek atau penelitian tertentu.

Hahaha..hal itu sudah terbilang lumrah bagi Raka kawan.

Baiklah, saatnya ia bersiap-siap. Raka memakai jas osis kebanggaannya, keluar kelas untuk mengikuti upacara bendera pagi ini sekaligus upacara pemberian penghargaan baginya.

***
Melisa turun dari mobil super mewah milik Rendra, mencengkran erat tali tasnya yang hanya berisi make up (seluruh buku dan peralatan sekolahnya ada di loker miliknya).
Rendra ikut keluar, memeriksa jam di pergelangan tangannya, menghampiri Melisa.

“Mel..10 menit lagi upacara dimulai, lo mau ikut apa ke uks aja?” Rendra bertanya, terkesan menawarkan Melisa untuk membolos upacara pagi.

Plak!!
Jangan tanya itu suara apa.
Rendra meringis, memasang tampang tersakiti.

Mereka melangkah keluar dari parkiran, menuju ruang kelas di gedung utama.

Sementara itu di lapangan…

“Woi!! Jangan jongkok!! Dek jangan banyak gerak!! Itu topinya jangan di jadiin kipas!! Kak, nggak usah neduh gitu..aelah takut item banget sih..”

Raka berteriak-teriak, tenggorokannya serek, mencoba mengatur barisan siswa s2 yang terkesan amburadul.

Setelah 10 menit yang melelahkan, Raka akhirnya kembali ke belakang barisan, bertugas menjaga dan mengawasi peserta upacara jikalau ada yang kurang fit. Raka mengeluarkan ponselnya dari saku, hendak ngechat salah satu orang terpenting di hidupnya.

Ya..tentu saja Raka harus menyempatkan diri ngebucinin Sindy.

>Sindy-nyaRaka👀💕

Selamat pagi sayang..
Kunantikan dirimu..
Di upacara ini..
Menantikan kamu~

Drrt!

Sindy menatap datar layar ponselnya, menoleh kearah barisan osis di belakang barisan anak s2, mencoba mencari pelaku penghancur moodnya. Tak berhasil..Sindy mengangkat bahu tak acuh, hendak kembali menyimpan ponselnya ke saku namun getaran notifikasi sekali lagi menghentikannya.

>babu🔪

Gue punya berita yang sedikit membanggakan, lo mau tau nggak?^^

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang