FRIENDSWEET

63 52 4
                                    

“Dan akhirnya aku sadar kalau berbagi senyummu dengan orang lain itu menyebalkan.”

Knock..knock..


Melisa yang tengah asyik memeriksa galeri Handphone Rendra yang ketinggalan menoleh kearah pintu. Seseorang yang sudah lama dirindukannya muncul sambil menenteng sekotak coklat kesukaan Melisa.

“Hai Mel…” Hito tersenyum, berjalan mendekat.

“Hito mau pelukkk—“ Melisa merentangkan kedua tangannya seperti anak kecil, menggemaskan.

“Ya udah sini…” Hito duduk di atas ranjang Melisa, membawa perempuan itu kedalam dekapannya yang hangat.

“Lo kemana aja sih?”

“ Nggak kemana-kemana Mel.”

“Ish..lo tuh ya! Udah di bilangin dateng ke acara gue, nyatanya sampe acara selesai wujud lo nggak muncul-muncul. Dongkol kan gue..” Melisa memberengut kesal, mengintrogasi sahabatnya itu.

“Gue ada sedikit urusan dengan teman-teman lama gue.” Melisa mengangguk mengerti.

“A mission?”

“Yeah.”

“Eh btw, gue mau pamer cincin dong..”

Melisa mengangkat tangan kanannya dimana sebuah cincin berdesign hati sudah terpasang rapi di jari manisnya. Hito diam beberapa saat namun kembali mengontrol ekspresinya. Hito mencubit pipi Melisa, gemas dengan tingkah kekanakannya.

“Lo tuh masih bocah tau nggak? Nyari jodohnya kecepetannn! Batalin aja udah..” Hito terkekeh sementara Melisa mengusap pipinya yang sakit.

“Sakit tauuu!! Udah di tampar pa—“
Eh!! Melisa membekap mulutnya yang keceplosan. Hito yang terlanjur mendengar itu terkejut, ia menarik paksa dagu Melisa, memeriksa pipi cewek itu. Dan benar saja, sebuah bekas tamparan memerah di pipi kanan Melisa. Cewek itu meringis saat merasakan Hito mencengkram dagunya terlalu keras.

“Siapa?” Hito bertanya dingin, emosinya naik.

“Aw..lepasin Hito!!” Melisa meringis kesakitan. Hito yang sadar akhirnya menjauhkan tangannya.

“Siapa Mel?” Hito memejamkan matanya. Sungguh.. ia ingin sekali membunuh siapapun yang menyakiti perempuan ini walau seujung kuku. Melisa diam, menggeleng takut-takut.

“JAWAB MELISA!!!” Hito membentak Melisa.

“Ayah..”

“Shit!” Hito mengumpat. Orang itu lagi!! Ini bukan pertama kalinya bajingan itu menyakiti Melisa-nya. Andaikan dia bukan sosok yang Melisa panggil ayah, pasti Hito sudah menghabisnya.

“Gue pergi dulu.” Hito berdiri, hendak pergi. Wajahnya merah padam, ia.. butuh pelampiasan. Namun baru satu langkah ia menjauh, sepasang tangan memeluknya dari  belakang. Tangan mungil milik Melisa…

“Don’t leave me alone.”
Melisa berujar pelan, mengeratkan pelukannya, mencegah laki-laki itu pergi. Melisa sangat tau bagaimana Hito saat marah.
Hito menghela nafas, mati-matian menahan emosinya yang mendidih. Walau bagaimanapun, Melisa lebih membutuhkannya disini. Sepertinya dia akan mengesampingkan masalah bajingan itu untuk sekarang.

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang