KABUT INI TERASA NYATA

57 53 3
                                    

Suasana tiba-tiba hening. Ketegangan terasa mengambang di lapangan itu.
Lamat-lamat tangis Melisa reda, Raka masih membeku di tempatnya, berusaha mencerna kejadian yang menimpanya barusan.

Perlahan Raka merasa ada sesuatu yang ganjil, perempuan ini..Melisa sudah berhenti menangis, namun pelukannya mengendur dengan cepat lalu terlepas, Melisa jatuh terduduk, Raka reflex menangkapnya.

Kecurigaannya benar, Melisa pingsan.

“Eh, oi!”
Raka yang mendekap Melisa sambil duduk menepuk-nepuk pipi perempuan itu, mencoba menyadarkannya.

“Eh, buset dah! Nih anak orang kenapa?? Perasaan gue nggak ngapa-ngapain.” Raka panik, teringat bahwa pagi ini dia sudah mandi jadi tidak mungkin Melisa pingsan gara-gara bau badannya kan?

“Yaelah, kenapa cuma pada nonton? Bantuin kek!! Anak PMR mana??” Raka berteriak jengkel melihat para murid dan guru-guru hanya berdiri bengong.
Raka berusaha mengangkat tubuh Melisa, namun tangannya di tepis kasar oleh seseorang.

“Apaan sih!” Raka mendongak, matanya bertatapan langsung dengan Rendra yang balik menyorotnya dingin. Ah!! Rendra ingat, cowok brengsek ini yang ia hadiri pertunangannya pekan lalu, jadi perempuan di dekapannya sekarang adalah—
“Singkirin tangan najis lo dari tunangan gue.” Rendra berkata datar, tak ada lagi wajah jenala nan lucu miliknya.
“Eitt..sans bro, gue Cuma pengen nolongin.” Raka berkata ketus, auto melepaskan dekapannya pada Melisa, perempuan itu sekarang berbaring di lapangan. Dasar!! Masih untung cewek lo gue tangkap, kalau nggak udah gegar otak kali.. Raka mendumel dalam hati.

Rendra melepas jas seragam abu-abunya, mengikatkannya di pinggang tunangannya, lalu berdiri sambil menggendong tubuh lemah Melisa.
Rendra berlalu pergi di sertai tatapan iba para murid. Raka masih di tempatnya berdiri, mencoba mencerna kejadian aneh barusan.

Sindy!
Malang, hanya 1 kata yang berhasil ia cerna, pacarnya…
Sebuah alarm panik menyerang Raka, apakah gadis itu melihatnya?? Tepat saat itu Raka melihat selintas seorang gadis yang keluar barisan dengan potongan rambut sebahu.
Gawat!!
Raka mengejarnya, upacara dibubarkan.

***

Apakah Sindy cemburu?
Entahlah… Sindy masih bingung dengan perasaannya.
Tidak mungkin ia move on secepat itu kan? Yang benar saja~
Tak lama Sindy berpapasan dengan seorang laki-laki yang terlihat seperti juniornya, ia menghentikan langkah, memanggil laki-laki itu.
“Kenapa?” Laki-laki itu mendekat, Sindy mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dari dalam tasnya, mengulurkannya ke cowok itu.
“Ambil.” Sindy menyodorkan kotak itu, laki-laki itu mengerutkan kening, menatap kotak hitam di tangan seniornya itu. Sebuah kotak berisi jam  tangan seharga ratusan juta. Laki-laki itu menggeleng pelan, menolak halus.

“Ambil atau gue buang di tempat sampah?” Sindy memaksa, menarik paksa tangan laki-laki itu dan meletakkan kotak itu ke tangannya. Laki-laki itu diam, tidak menolak lagi, kan sayang jika barang semahal itu di buang. Dia menolak tadi hanya sebagai formalitas kawan~
Tepat saat laki-laki berkacamata itu mengangguk berterima kasih, sebuah teriakan terdengar yang memanggil namanya. Seseorang yang sedang tidak ingin ia temui.
“Sindy!” Raka berlari mendekat, Sindy berdiri tak bergeming, menatap datar Raka yang ngos-ngosan.
“Sebelum lo nampar gue kayak di drama-drama, lo harus dengerin du—“
“Hadiah lo..” Sindy memotong perkataan Raka. Raka yang masih mengatur nafas mengerutkan kening, bingung.
“Hadiah?”
“Dari gue atas kemenangan lo.”
Oh..Raka akhirnya mengerti, wajah paniknya berubah cerah, senyumnya terkembang sempurna. Mata raka berbinar, jadi Sindy membelikannya hadiah?? Jadi Sindy peduli??apakah Sindy sudah punya ra—
“Gue sumbangin ke orang lain.” Sindy berkata datar, Raka jatuh.. kakinya kembali menapaki pahitnya kenyataan.
“Lah kok gitu??” Raka cemberut maksimal, Sindy memalingkan wajah tak peduli.
“Minta aja hadiah dari selingkuhan lo, lagian dia lebih kaya dari gue.”

Gawatt!! Sindy marah!!

“Astaga, dengerin gue. Ok gue emang tau perempuan itu. Dulu pas SMP, gue pernah nolongin dia pas dia kejebak bentrok, udah gitu aja. Gue udah nggak ada komunikasi lagi abis itu, bahkan gue sempat lupa sama dia.
“Nah pas minggu lalu kita ngehadirin pertunangannya, gue baru ingat dia lagi, tapi sumpah!! Gue nggak pernah punya perasaan sedikitpun sama dia!! Sedikitpun nggak Dy!!”
Raka panik, ia menjelaskan dengan tergesa-gesa. Sindy walau masih memandangnya datar, dia mendengarkan penjelasan Raka. Perempuan itu mencerna setiap kata, mencoba mencari kebohongan, namun nihil. Raka tidak berbohong sedikitpun…
“Gue nggak nambah-nambahin ataupun ngurang-ngurangin fakta.” Raka berkata pelas, matanya menatap Sindy dengan tatapan memelas, Sindy menghembuskan nafas.
“Gue ke kelas.” Sindy berkata datar setelah lama bungkam, bebalik badan hendak melangkah pergi, namun tangannya di tarik oleh Raka, laki-laki itu mencegahnya pergi. Sindy menoleh, memasang ekspresi yang tak sanggup Raka baca.
“Lo…”
Raka tercekat, berusaha melanjutkan kalimatnya. Sungguh, pertahanan Raka lemah di depan orang-orang yang di sayanginya. Raka terlalu menintai Sindy, terlalu takut kehilangan untuk kesekian kalinya.
“Percaya.. kan?” Raka melanjutkan dengan ragu-ragu, percuma ia menjelaskan panjang lebar jika perempuan ini memilih tak percaya, jika Sindy memilih pergi..
Dada Raka sesak, takut jika Sindy memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Sebut saja Raka pengecut karena takut di putusin cewek, tapi sebenarnya itulah gentleman yang sebenarnya..tidak memandang remeh sebuah hubungan.

20 detik hening.
“Hm.” Sindy berdehem, ia menganggukkan kepalanya sekilas, pegangan Raka mengendur seketika. Laki-laki itu berjongkok, ia menghembuskan nafas lega, perasaannya benar-benar tenang sekarang.

Sindy melirik Raka yang berjongkok di sampingnya. Laki-laki itu mendongak, menatap Sindy dengan tatapan teduh, tersenyum penuh ketulusan. Sedangkan Sindy, perempuan itu tertegun. Baru kali ini ada orang yang tersenyum sehangat dan setulus laki-laki di depannya ini.. ah biasanya mereka tersenyum dan mendekatinya gara-gara punya maksud lain, tapi laki-laki ini…berbeda.

Sindy menarik sudut bibirnya, mencoba tersenyum. Raka tertawa gemas melihat kekakuan Sindy.
Ah~ cinta ternyata se-tulus ini…
 
 

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang