[B3] Divine Doctor: Daughter of the First Wife (神医嫡女)

Chapter 600

Sepuluh Ribu Mil Kesulitan bagi Hati Warga

Feng Yu Heng melakukan penghitungan cepat dan memperkirakan tidak lebih dari sepuluh pejabat dari Da Shun yang datang untuk merayakan ulang tahun. Termasuk keluarganya, mayoritas tidak bisa diselamatkan.

Seseorang merangkak maju beberapa langkah dan berkata sambil menyeka air mata: "Nama yang rendahan pejabat yang bersalah ini akan menodai telinga Yang Mulia dan puteri kekaisaran. Tidak apa-apa jika tidak membicarakannya. Perjalanan ke Utara ini dilakukan dengan harapan menjilat Duan Mu An Guo dalam upaya untuk mengambil langkah maju dalam peringkat resmi; Namun, siapa yang tahu bahwa Duan Mu An Guo memiliki ambisi yang kuat dan benar-benar tunduk pada Qian Zhou. Itu membuat upayaku untuk menjilat menjadi tindakan pengkhianatan. Terlepas dari semua liku-liku, itu adalah kesalahanku sendiri dan harus dihukum. Aku awalnya berpikir bahwa ini akan menjadi akhir yang tak terhindarkan; Namun, aku tidak berharap Yang Mulia dan puetri kekaisaran berusaha keras untuk menyelamatkan kami, benar-benar berhasil menggali kami. Rahmat terlahir kembali akan sulit untuk dibayar kembali dalam hidup ini. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku untuk menebus kejahatan ini. Pejabat yang bersalah ini ingin tetap di Utara untuk membantunya mengembangkan masa depan yang lebih cerah!"

Dengan dia berbicara lebih dulu, pejabat lainnya membuat pendirian mereka jelas, menyatakan bahwa mereka ingin melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk Da Shun.

Xuan Tian Ming mengangguk tetapi tidak menjawab para pejabat. Dia baru saja menghadapi warga Song Zhou dan dengan keras berkata: "Pangeran ini akan membuat beberapa pernyataan yang tidak memihak. Sebenarnya, apakah provinsi-provinsi ini milik Qian Zhou atau Da Shun tidak terlalu berpengaruh bagi kebanyakan warga negara. Jika itu milik Qian Zhou, kamh masih akan tinggal di sini. Jika itu milik Da Shun, kamu masih tidak dapat melihat Yang Mulia setiap hari. Politik dan pembagian wilayah pada mulanya dikelola oleh pengadilan. Adapun hal yang sebenarnya terkait denganmu adalah apakah kamu bisa hidup dengan baik atau tidak. Siapapun yang bisa memberimu kehidupan terbaik adalah orang yang seharusnya menjadi penguasamu."

Kata-katanya membuat warga berpikir dengan hati-hati. Semua orang kemudian terdiam dan tidak membicarakannya dengan orang lain. Mereka memusatkan perhatian mereka pada Xuan Tian Ming sambil memikirkan apa yang baru saja dia katakan.

Adapun Xuan Tian Ming, dia belum selesai berbicara. Dia melanjutkan: "Dalam 100 tahun terakhir, kegagalan terbesar pengadilan Da Shun adalah mempercayai keluarga Duan Mu untuk memimpin Utara. Ini terutama terjadi pada Duan Mu An Guo. Dia mencoba menanamkan ide bahwa akarmu berasal dari Qian Zhou di benakmu. Dia ingin kamu merasa bahwa Qian Zhou lebih baik. Dia ingin kamu merasa bahwa kamu perlu bersama Qian Zhou. Tapi sebenarnya, akarmu ada di sini. Tanah ini tidak bergerak. Kamu telah tinggal di sini selama beberapa generasi, tetapi apakah ada perbedaan dari sebelumnya? Sebaliknya, Duan Mu An Guo-lah yang menggunakan keuntungan dari pembebasan pajak untuk membuatmu tidak punya pilihan selain mengirim putrimu yang di bawah umur ke Istana Musim Dingin, membiarkan mereka mati atau menderita penghinaan untuk bertahan hidup. Namun, yang tidak kamu ketahui adalah bahwa Da Shun tidak pernah memungut pajak dari Utara selama lebih dari 100 tahun!"

Kata-kata ini segera menyebabkan riak di kerumunan. Pejabat Da Shun, termasuk Zhao Tian Qi, mulai membantu Xuan Tian Ming memberi tahu warga tentang kebijakan Da Shun untuk Utara. Baru sekarang orang-orang Song Zhou tiba-tiba mengerti bahwa mereka semua telah ditipu oleh Duan Mu An Guo. Penipuan ini telah berlangsung selama beberapa generasi.

Dari warga, ada seorang pria tua yang bereaksi pertama. Mereka hanya melihatnya bergerak maju dan berlutut di tanah sambil gemetar sebelum dengan keras berkata: "Apakah Yang Mulia pangeran kesembilan tolong beri kami keadilan. Maukah Yang Mulia pangeran kesembilan memberi kami kehidupan yang damai!"