Bab 43 Kemarahan

107 16 4
                                    

Sebenarnya kemaren mau double update, tapi akunya ketiduran hehehehe. Semoga kalian suka ya....

Hita masih memejamkan matanya— tidur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hita masih memejamkan matanya— tidur. Walaupun dirinya sudah tidur beberapa jam setelah keluar dari rumah sakit, tapi ia merasa tubuhnya masih lemas dan kepalanya juga pusing. Cuaca yang dingin turut mendukung Hita untuk semakin melanjutkan tidurnya.

We go up go up up up we go up

Mata Hita membuka dan tangannya mengambil ponsel di nakas. Nama Jericho terpampang nyata di layar ponsel. Tumben sekali si Jericho nelpon,

"Ta, lo bisa ke rumah Dipta sekarang?? "

Hita bingung dengan ucapan Jericho. Dari nada suaranya terdengar kalut, sedih, dan khawatir. Ia tak bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi.

"Memangnya kenapa Dipta? Kayaknya tadi pas dia antar gue pulang dia sehat-sehat aja, "

"Huft, dia nangis di depan kamar orang tuanya sambil gedor-gedor pintu gitu. Kasian gue liatnya. Dia sampe duduk di lantai gitu. Gue sama orang tua gue bujuk dia berhenti, dia kekeh mau gitu terus. Orang tua gue juga bujuk orang tuanya biar keluar tapi tetep aja orang tuanya cuman diam. Bahkan bundanya Dipta cuman nangis aja dari tadi, "

"Mereka habis berantem? " tanya Hita khawatir.

"Gue gak tau. Gue sekeluarga baru aja pulang bersamaan sama bokap lo yang keluar dari rumahnya Dipta, "

Hita terdiam sebentar. Lalu otaknya berputar memikirkan alasan kenapa sang ayah datang mengunjungi rumah Dipta. Jangan-jangan dia memberitahukan ayah dan bunda mengenai Dipta yang pernah menjadi gay?

"Okay, gue kesana sekarang. Lo terus bujuk Dipta biar dia berhenti nangis, "

Lalu sambungan telepon terhenti. Ia langsung berdiri dan memakai sweater miliknya. Ia berjalan dengan perlahan sambil sesekali memegang kepalanya yang masih pusing.

Ia menuruni tangga dengan perlahan. Matanya langsung melihat sang dad, mommy, dan Yahya yang sedang duduk di sofa. Tiba-tiba amarahnya tersulut begitu saja mengingat ucapan terakhir Jericho. Pastinya sang dad telah mengatakan sesuatu mengenai Dipta hingga kedua orang tuanya marah.

"Tuh kan mommy dah nyuruh kamu bawain makanannya kakak kamu dan kamu ngeyel kan. Ini kakak kamu sampe ke bawah cuman untuk makan, " ucap Sandra sambil menjewer telinga Yahya.

"Sorry mom. Kan sekarang emang belum waktunya makan malam disini. Ya udah Ta ayo makan, " kata Yahya sambil berdiri dan melepaskan diri dari jerewan sang mommy.

Hita menggeleng dan menatap ayah kandungnya dengan sengit. Ia mengepalkan kedua tangannya. " Aku tidak mau makan. Aku harus pergi ke tempat Dipta, "

"Sayang, kamu kan sakit. Makan aja ya? Tadi kan udah ketemu Dipta bahkan Dipta yang antar kamu ke rumah sakit, " bujuk Sandra.

"Aku tidak akan kesana kalau dia tidak berbuat ulah, " cibir Hita sambil menatap tajam Indra.

Sweet Pain Where stories live. Discover now