Bab 11 Garam

127 27 2
                                    

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽













Dipta menatap akuarium di depannya ini tanpa minat. Disini ia hanya menemani Jericho membeli beberapa ikan hias padahal Jericho sendiri memiliki 3 ekor kucing. Memangnya dia gak takut apa ikan-ikannya dimakan kucingnya? Kalau Dipta sih masa bodoh, yang penting nanti dikasih traktiran donat J.Co saja.

"Mau beli apa sih Jer? Lo cuman bolak-balik gak ada juntrungnya gitu hah?! " tanya Dipta yang mulai kesal disini.

"Bentar... Lagi cari ikan pesenan mami dulu. Ntar ngamuk dianya. Btw, mami sempet nanyain lo yang udah gak ke rumah selama sebulanan ini. "

Dipta menyadari bahwa ia sedikit berubah semenjak kejadian sang ayah yang meminta Hita untuk membujuknya agar mau bertemu bunda. Ia tau ia salah karena membentak Hita yang bahkan tak tau apa-apa tentang dirinya, keluarganya, dan masa lalunya. Ia hanya takut jika Hita akan memberikan garam di atas lukanya yang bahkan belum mengering dengan sempurna.

"Ta, ayo ke J.Co! " ajak Jericho yang kini sudah kembali berada di sebelahnya tanpa membawa apa-apa. Dipta bingung kenapa Jericho tak membawa apa-apa. Sadar akan arah pandang Dipta, Jericho berkata lagi, "Tenang ikan-ikannya mau dibawa si akang ke rumah gue ntar, "

Lalu mereka berdua keluar dari toko ikan hias itu dan menyebrang menuju mall yang ada. Toko J.Co terlihat ada di bagian depan mall dan itu sebuah keberuntungan bagi mereka yang sudah mager untuk berjalan lebih jauh lagi.

"Lo pesen kayak biasa kan Ta? " tanya Jericho yang langsung diangguki Dipta.

Kemudian, Jericho menuju kasir untuk memesan sedangkan Dipta mencari tempat untuk duduk. Dipta memilih tempat yang dekat jendela agar bisa melihat keadaan diluar.

Akhirnya gue duduk, batin Dipta setelah meletakkan pantatnya di bangku sofa ini. Ia menatap ke sekeliling. Hanya ada beberapa orang yang menikmati makanan mereka.

Setelah merasa bosan, ia memilih memandangi jalanan luar. Matanya sedikit memincing ketika melihat Hita sedang ditarik oleh seseorang di trotoar sana. Pokoknya jangan kesana Ta. Jangan kesana! Disini aja duduk sambil makan donat aja. Stay disini Ta!, batinnya.

Akan tetapi, otaknya berkata lain. Ia merasa sakit ketika melihat Hita ditarik begitu saja oleh perempuan itu. Ia langsung bangkit dan sedikit berlari keluar dari J.Co yang tentu saja membuat Jericho bingung.

"Ta lo mau kemana? " teriak Jericho yang tak didengar Dipta. Ia memilih menuju salah satu bangku dan duduk disana. Mungkin tu anak kebelet, pikirnya.

Kini Dipta celingak-celinguk mencari keberadaan Hita yang tadi ditarik-tarik oleh wanita asing. Ahhh itu mereka, batinnya sambil berusaha mendekati kedua orang itu. Ia berpura-pura duduk di dekat mereka dan mendengarkan perdebatan itu.

"Kamu itu jadi gadis kok kegatelan banget! Upss mungkin aja kamu udah gak gadis lagi. Kamu itu udah godain suamiku sekarang anakku juga. Otak kamu itu udah pindah ke dengkul ya?! " teriak wanita itu.

Untung saja orang-orang disana abai  dengan perdebatan kedua wanita itu. Sementara itu, Dipta hanya mengerutkan dahinya bingung. Sejak kapan Hita suka menggoda? Daripada dia menggoda banyak lelaki yang sukarela menjadi budak cinta gadis itu.

"Sudah saya bilang. Saya tidak pernah menggoda suami atau anak Anda. Saya malas berbicara omong kosong dengan Anda. Saya permisi, " kata Hita sambil membalikkan badannya.

Tangan wanita itu langsung menarik rambut Hita yang kebetulan digerai saat ini. Ia menariknya kuat-kuat hingga Hita meneteskan matanya kesakitan.

"Cih perempuan murahan kayak kamu bisa nangis juga ya? " ejek wanita itu sambil tetap menarik rambut Hita.

Awalnya Dipta hanya ingin menonton aksi kedua wanita itu tapi hati nuraninya berkata ia harus melerai keduanya. Dengan cepat, ia bangkit dan menarik tangan wanita yang sudah memasuki kepala 4.

"Jangan pakai kekerasan Teh. Kita kan bisa berbicara baik-baik atuh, "

Wanita itu akhirnya melepaskan rambut Hita dan bersilang dada. Ia menatap Dipta dari bawah ke atas. Senyum remehnya muncul di kedua belah bibirnya.

"Kamu pacarnya perempuan murahan ini kan? Pantas saja dia menggoda suami dan anakku. Ternyata kamu itu miskin sampai-sampai perempuan ini berpaling. Menjijikan sekali! " kata wanita itu dengan nada sombong.

"Jangan Nyonya menghina teman saya. Nyonya bahkan tidak tau tentang saya ataupun dia  tapi mulut Anda terlalu licin mengeluarkan kata hinaan. Sepertinya Nyonya tidak datang di pembagian akhlak waktu Nyonya masih jaman embrio, "

Pffft Hita kok ngomong gitu sih?, batin Dipta sambil menahan tawanya.

"Ingat ya, kalau aku liat kamu ada di sekitar suami atau anak aku. Hati-hati aja hidupmu akan kubuat susah- sesusahnya, " Kata wanita itu lalu pergi.

Hita memilih diam dan ingin beranjak pergi dari sini. Ia tak bisa bertahan lama-lama di dekat Dipta. Jujur saja, ia tak menyangka dapat bertemu Dipta lagi dalam keadaan seperti ini.

"Dia siapa Ta? " tanya Dipta.

"Perempuan gila di perempatan jalan, " jawab Hita asal.

"Lo punya masalah apa sih sebenarnya? " tanya Dipta lagi. Ia yakin kalau Hita tak mungkin menggoda suami dan anak dari wanita tadi. Hita terlalu baik untuk melakukan hal kotor seperti yang diucapkan wanita tadi.

"Lo pernah bilang kan jangan ikut campur urusan lo, jadi lo gak usah ikut campur sama masalah gue. But, makasih banget tadi lo udah belain gue. Gue duluan, " kata Hita sambil meninggalkan Dipta dalam kebingungan.

Dipta hanya bisa melihat punggung Hita uang menjauh dari jangkauan penglihatannya. Ternyata Hita yang terlihat sempurna pun memiliki luka yang tak bisa dilihat oleh siapapun. Kayaknya pertanyaan gue tadi benar-benar menambah garam di atas luka dia yang mungkin masih basah,

TBC

Sweet Pain Where stories live. Discover now