Bab 31 Kebenaran

122 19 3
                                    

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🄼🄴🄼🄿🄴🅁🅂🄴🄼🄱🄰🄷🄺🄰🄽
















Dipta menatap tajam pada ayahnya Hita yang kini sedang memandanginya dari atas ke bawah. Ia muak disini. Terlebih lagi ia dan Hita dipaksa berlutut di hadapan beliau.

"Daddy biarkan mereka menjelaskan apa yang -----"

"Diam!! " bentak Indra sambil memberikan kode pada Sandra agar membawa Yahya keluar dari ruangan kerjanya.

Lalu, Sandra menarik Yahya keluar dari ruangan kerja sang suami. Ia tau bahwa suaminya tidak pernah menyukai yang namanya bantahan dan hari ini secara tidak langsung Hita membantah perintah Indra untuk melanjutkan lamarannya dengan Hita.

"Kau mau menjadi gadis seperti apa?! " bentak Indra sambil menatap Hita.

"Aku? Seperti Anda peduli saja," balas Hita.

Plakkk

Sebuah tamparan Indra layangkan pada Hita hingga Hita terjatuh. Hita hanya dapat tersenyum karena pipinya terasa seperti mati rasa. Tapi rasanya tak sebanding dengan luka di hatinya yang masih menganga belasan tahun lamanya.

"Ta, lo gapapa? " tanya Dipta sambil mendekat pada Hita.

Hita berdiri dan berkata, "Ta, lo mendingan pulang. Gue masih mau bicara dengan beliau, "

"Nggak. Nanti lo kenapa-kenapa lagi?!! " tolak Dipta yang membuat Hita memilih terdiam sebentar.

Tiba-tiba saja bodyguard disamping Hita langsung memukul Dipta hingga terjatuh. Hita mengepalkan tangannya marah dan membalas memukul bodyguard itu.

"Berhenti!! Hita, kamu membela dia? Orang yang bahkan belum kamu kenal begitu lama? " tanya Indra tak percaya.

"Dia tidak hanya terlihat baik, tapi memang dia benar-benar baik. " jawab Hita.

"Baik ya? Tapi dia gay. Gay adalah orang paling menjijikkan di dunia ini. Sudah berapa laki-laki yang pernah kau pakai hah?! " balas Indra dengan decihan.

Hita menutup matanya saat mendengar itu. Entah kenapa hatinya juga ikut sakit mendengar penghinaan yang terlontar dari bibir ayahnya untuk Dipta.

"Jangan sok suci Anda! Anda pikir Anda itu orang yang paling benar di dunia apa?!"

"Ta, udah Ta. Jangan adu mulut lagi, " kata Dipta sambil menarik tangan Hita. Ia merasa bersalah karena dirinyalah yang kini menjadi sumber pertengkaran sepasang ayah dan anak ini.

"Kamu sudah memberikan Hita apa? Sampai-sampai dia membela kamu, " tanya Indra sambil mengacungkan jari telunjuknya pada Dipta.

"Maaf maksud An-----"

Perkataan Dipta terpotong dengan Hita yang membungkam mulutnya secara tiba-tiba. "Lebih baik kami pamit pulang saja. Saya tidak ingin Anda menjelek - jelekkan Dipta lebih banyak lagi, " kata Hita sambil melepaskan tangannya dari mulut Dipta.

"Ayo kita pergi aja, Ta. Energi saya juga sudah habis untuk meladeni pria tua ini," lanjut Hita sambil menarik Dipta keluar dari ruangan ini.

Sementara itu, Indra langsung mengambil gelas dan meminum isinya dengan cepat. Matanya menengok pada sebuah foto dimana dirinya sedang menggendong Hita yang baru saja berusia 2 tahun di sawah. Senyum getir mulai terlukis di bibirnya. Ia tak menyangka jika hubungannya dengan sang putri sulung akan semakin memburuk tiap detiknya.

.




























.

"Maafin gue, karena lo jadi terlibat di pertengkaran tadi. Gila emang itu orang,"

"Kayaknya gue yang harus minta maaf. Kali ini kayaknya gue yang jadi sumber debat kalian sampai lo ditampar gini. Pasti sakit kan? " tanya Dipta sambil menyentuh pipi Hita yang masih agak kemerahan.

"Lo tenang aja. Ini gak sakit kok," dusta Hita.

Gimana caranya biar gue tenang kalau lo disakitin kayak gini Ta?,

Hita berhenti melangkah dan menatap Dipta dalam. "Rasanya kalau boleh gue pengen jadi gadis normal lainnya dan gak pernah ngerasain semua ini, " ucap Hita yang membuat hati Dipta teriris.

Dipta mengeratkan genggaman tangan mereka berdua dan menjawab, "Kalau begitu ayo kita bersenang-senang seperti orang-orang seusia kita lainnya. Kita harus bahagia dari detik ini. Bagaimana?"

"Call. Yuk kita langsung masuk ke ruangan Bunda, " jawab Hita sambil tersenyum tanpa beban.

Tanpa mereka berdua sadari, ada Jericho yang memperhatikan keduanya. Jadi mereka berdua emang ada hubungan ya? Tapi kenapa Dipta sama sekali gak pernah cerita soal ini?
















.

Yahya menengok pada semua teman-temannya yang sibuk sendiri. Ia menatap Hita yang sedang tiduran di pojok perpustakaan ini dan Dipta yang di sebelahnya sedang membaca buku. Ia hanya menghela nafas saat melihat keduanya yang tentu saja membuat tanda tanya besar bagi teman-temannya.

"Ya, lo udah move on? " tanya Chandra mewakili rasa bingung teman-temannya yang lain.

"Lagi proses ini, " jawab Yahya yang membuat Sonya heboh seketika.

"Memangnya kenapa lo mau move on? " tanya Reno serius. Ia tau bahwa Yahya bisa dibilang sudah cinta mati dengan Hita.

Yahya menarik nafasnya perlahan. Tak mungkin ia bercerita masalah keluarganya yang begitu rumit. "Karena gue sadar kalau Dipta lebih cocok sama Hita, "

Jawaban Yahya tadi tidak hanya sekedar kebohongan. Namun, memang ia menyadari di gelapnya dunia ini hanya Dipta yang menggenggam tangan Hita dengan kuat. Mereka berdua terlihat seperti saling berbagi segalanya.

"Lo gak lagi sakit kan? " tanya Tonny sambil mengecek panas tubuh Yahya dari dahi.

"Gue sehat walafiat kok, " Jawab Yahya sambil menatap Hita dan Dipta lagi.

TBC

Sweet Pain Where stories live. Discover now