Go Juu Nana

18.4K 2K 355
                                    

Haechan terbangun, kesadarannya perlahan penuh dan menatap lekat wajah tidur di hadapannya.
Napas Haechan tercekat, menahan gejolak dalam hatinya.

Perlahan mencoba menjauh, tapi tangannya ditahan oleh genggaman pria itu dalam tidurnya.

"Jangan pergi..." gumamnya, menatap manik Haechan yang berkaca.

Menghela nafas, pria itu merasa bersalah saat ini karena menahan Haechan. Mark, melepaskan genggamannya menyingkap selimut dan mendudukkan tubuhnya.

"Maaf, aku tertidur di sini semalam. Bagaimana keadaanmu saat ini Haechan?"

Haechan memunggungi Mark tak sanggup menatap lama wajah yang persis menurun ke anak gadisnya. Dia menahan emosinya yang terpendam begitu lama.

"Pergi..." lirih Haechan.

Mark tampak menatap sendu, dia sudah menebak kondisi ini.

"Tidak, sebelum kita bicara berdua."

Haechan menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak ada yang perlu dibicarakan. Pergi, Mark—"

"Ada, Haechan!" Bentak Mark. Hampir saja amarahnya meluap jika saja pria itu tak ingat tujuannya kemari.

"Apalagi?! Kau mau menyalahkanku? Menghukumku? Apalagi, Mark Lee?! Sudah cukup kau membawa anakku sampai Diana berani membentakku dengan bilang jika aku yang pergi darimu! HATIKU SAKIT MARK, hiks..."
emosi yang selama ini Haechan pendam terhadapnya pun meluap. Dia bahkan sedikit lupa jika bentakannya tadi membuat dua orang lain di rumahnya yang baru saja bangun terkejut.

Mark memilih bungkam. Rasanya ingin Mark memeluk tubuh itu dengan erat dan lantunan kata cinta tapi hal itu adalah ekspetasi nihilnya. Karena pada realita hal ini sungguh sulit.

Tok! Tok!

Ketukan terdengar, Mark bangkit membukakan pintu. Terlihat sang ayah dengan mimik bertanya kepada Mark. Tapi tampaknya pria itu acuh, dia memilih pergi meninggalkan sang ayah yang menggeleng takjub dengan tingkah Mark.

"Haechanie," Panggil Chanyeol.

Pemuda beranak satu itu memutar posisi duduknya dengan posisi masih menunduk menutup tangisnya.

"Paman mohon berbincanglah dengan Mark. Dia punya alasan kuat kemari, nak. Berikan dia kesempatan menjadi pria yang baik untukmu dan ayah yang baik untuk anak kalian, Diana."

Haechan diam tak merespon, kupingnya sudah pengang mendengar nama pria itu. Chanyeol sudah pasrah, setidaknya dia berusaha sedikit membantu putra kurang ajarnya itu demi cucu cantiknya.

Chanyeol pun menutup pintu kamar Haechan kembali, setelahnya pemuda itu merasa begitu lemah dia menangis tanpa suara sejadi-jadinya hingga puas.

"DADDY~!" Pekik Diana girang melihat sang ayah yang keluar dari rumahnya. Dia sendiri tengah bermain pasir membentuk istana dari ember serta mobil pengangkut pasir mainan yang kakeknya belikan.

Mark berjalan menuju gadis kecilnya, memeluk tubuh mungil itu lalu menggendongnya ke atas.

"Huwaaa Daddy~ haha~" Diana begitu girang.

Mark menurunkan tubuh gadis kecil itu, "Mau ikut daddy?"

"Kemana?!"

Mark tersenyum lebar, "Apa ada yang akan menolak es krim dan ayam goreng?"

Dia menatap serius ayahnya, meletakkan tangan di dahi dengan posisi hormat.

"CIAP, TIDAK!"

"Okay bersihkan bajumu dulu cantik dari pasirnya"

[Part II] Let's Being A GayWhere stories live. Discover now