Go Juu

19.6K 2.2K 386
                                    

Langit malam berganti subuh. Matahari perlahan-lahan ingin mengintip sebelum berani terang-terangan hadir.

Haechan berbalik dari kasurnya. Tangan kanannya meraba-raba, terasa kosong. Matanya yang terpejam terbuka tiba-tiba. Haechan bangkit setengah mengantuk mencari keberadaan putri kecilnya itu.

"Diana—hoammh" panggil Haechan menguap dengan tangan yang mengucek mata.

Hingga keberadaan Diana berada di pandangan Haechan. Gadis kecil itu duduk di terasa belakang yang menghadap langsung ke laut.

Haechan mengambil duduk di sebelah Diana, sama-sama menatap ke lautan.

"Papa" panggil Diana.

"Iya, nak?"

"Diana mau sama Papa Mark ya, pa!"

"Haechan, aku akan bawa Diana."

"Eh?"

Haechan tersentak, terbangun dari tidurnya. Hari masih subuh tapi mimpi aneh yang sangat gila membangunkan dirinya.

Jantung Haechan berdebar, menoleh ke samping menghela nafas dalam. Bersyukur putri kecilnya masih berada di sana. Haechan mengelap beberapa air mata yang sempat jatuh, memeluk tubuh mungil gadis kecil itu.

Diana yang merasakan pelukan itu terbangun kecil, mengerjap-ngerjap mata.

"Papa, kenapa?" Tanya si kecil saat sadar mata papanya berkaca-kaca.

Haechan tidak menjawab, dia menenggelamkan wajahnya ke bahu kecil itu.

"Papa jangan menangith. Papa mimpi buluk ya? Hush! Pergi mimpi buluk papanya Diana, jangan buat papa thedih!"

Suasana hati Haechan berubah karena tingkah menggemaskan Diana dengan wajah serius menghalau-halau mimpi buruk dengan tangan kecilnya.

"Anak papa manis sekali~"

"Iyaaa, papa gak boleh thedih—hoamh Diana ngantuk papa..."

"Lanjut tidur saja, masih ada beberapa jam lagi kok."

Haechan membalikkan posisi, sekarang dia mendekap tubuh gadis itu dalam pelukannya. Mengusap kepala putri kecilnya, menyenandungkan syair pengantar tidur.

Begitu Diana kembali ke alam mimpi, wajah Haechan mendadak sendu.

"Jangan tinggalkan papa, Diana." Gumam Haechan merapikan rambut yang berantakan di wajah kecil tertidur tersebut.

•••

Suasana kantor Leon Company berjalan sibuk seperti biasa. Namun kali ini makin sibuk menjelang musim panas.

Tak terkecuali lantai ruangan direktur utama. Sekretaris itu bolak-balik masuk lalu menjamah ruang rapat untuk beberapa kepala divisi. Setelah usai, sang sekretaris mengikuti direktur utama dengan salah satu tangan kanannya berjalan menuju ruang rapat.

"Sir, kami percaya padamu. Bagaimana pun ini adalah proyek pertama besar kau untuk membuktikan kredibilitas layak atau tidaknya kau berada di atas." Ujar sekretaris dengan surai brunette-nya.

Sang direktur utama itu sedikit menahan gugup, mengatur nafasnya yang berantakan.

Tangan seorang pria mengusap lengan atas sang bos.

"Kau bisa. Lakukan seperti biasa, kami akan membantumu sesuai dengan pemahaman kami."

Sang direktur menundukkan kepalanya sejenak, lalu bangkit kembali menatap pintu kaca buram ruangan khusus rapat besar yang juga dihadiri petinggi dan owner Leon Group.

[Part II] Let's Being A GayUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum