San Juu San

23K 2.4K 207
                                    

Haechan memejamkan matanya sambil meraup nafas perlahan ketika mulut kekasihnya asik mengulum dadanya. Tangan lemah Haechan menahan perlahan bahu Mark, seolah-olah dapat menurunkan hentakan yang dia terima.

Di tengah pergulatan, pria itu menghentikan aksinya. Haechan bahkan agak kaget melihat raut khawatir kekasihnya.

"Apa kau sakit, sayang? Kau terlihat tak bergairah beberapa hari ini." ujar Mark yang menyadari perubahan kekasihnya setelah libur musim panasnya berakhir. Tepat hari itu pula, sang ibu yang membaik memutuskan kembali pulang ke rumahnya setelah mendapat kecupan di pipi dari 'sang bayi'.

Wajah Haechan kelihatan lelah, meski bukan tubuhnya saja yang lelah. Dia mencoba tersenyum tipis menanggapi kekasihnya itu.

"Mungkin, aku sedikit kelabakan dengan kelas dan magang."

Mark mengusap wajah pemuda manis itu, "Kau ada masalah, bukan? Katakan saja padaku, aku akan menyelesaikannya untukmu."

Pemuda itu balik mengusap wajah gagah kekasihnya, sinar mata Mark membuatnya kalut.

"Tidak apa-apa, aku bisa mengatasinya. Kau sendiri juga punya banyak kerjaan, Mark. Mana mungkin aku membiarkanmu menangani masalah kecilku" -masalah hatiku lebih tepatnya.

Mark langsung menenggelamkan wajahnya di dada pemuda itu. Tempat ternyaman yang pernah dia temukan bahkan lebih nyaman dibanding belahan paha mulus wanita-wanita yang pernah dia pakai.

"Kau sangat aneh, Haechan" gumam Mark, menutup mata menikmati usapan lembut di kepalanya.

"Kau juga aneh, Mark." -kau membuatku bingung.

Tak lama Mark mendongak sedikit, menatap kekasihnya yang bingung itu.

"Oh ya, apa minggu depan kau bisa menemaniku?"

Haechan mengerutkan dahinya, "Kapan?"

"Malam, sekitaran jam 8."

Jawaban itu membuat Haechan ragu, dia ingat telah membuat janji dengan Koeun pada hari yang sama.

"Maaf, aku tidak bisa. Ada kelas yang harus kudatangi bersama teman-temanku." jawab Haechan dengan kebohongan. Setidaknya argumen itu lebih kuat untuk menolak Mark, bukan?"

Mark kecewa mendengarnya tapi dia paham posisi Haechan. Bagaimana pun dia juga pernah menjadi mahasiswa yang berjuang untuk mendapat nilai yang bagus.

"Kau tidak marah kan?" Tanya Haechan dengan wajah sedihnya.

Mark kembali memeluk erat tubuh kekasihnya, "Kau membuat hatiku kecewa, apa aku tidak bisa mendapatkan obatnya?"

Haechan menghela nafas, dia tau sendiri kalimat Mark mengarah kemana. Sambil membuka lebar kakinya, Haechan mulai melontarkan kalimat yang membuat Mark 'panas' lagi.

"Baiklah, Haechan-mu akan melayani anda malam ini, tuan~"

Hingga mereka melewati waktu subuh.

---

Wajah wanita itu terus menatap hasil tangkapan penguntit yang mengikuti seseorang sedari kurang sebulan dari hari itu. Mengelus perut datarnya, dia tersenyum sangat lebar tak sabar untuk kembali mendapatkan apa yang pantas dia dapatkan.

"Aku bersumpah atas Tuhan, kau harus menjadi milikku, Mark Lee"

•••

Haechan kalang kabut saat mendapati bekas pengaman yang Mark kenakan tercecer kemana-mana. Lebih dari itu dia ingat jika kekasihnya itu kehabisan pengaman.

[Part II] Let's Being A GayWhere stories live. Discover now